Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Dalam Islam, Enggak Ada yang Nyeleneh. Kamu Aja Maennya Kurang Jauh

cangkeman.netAvatar border
TS
cangkeman.net
Dalam Islam, Enggak Ada yang Nyeleneh. Kamu Aja Maennya Kurang Jauh
Dalam Islam, Enggak Ada yang Nyeleneh. Kamu Aja Maennya Kurang Jauh

Cangkeman.net - Sedang ramai dibahas tentang seorang ulama yang mengatakan bahwa Islam belumlah sempurna. Tentu saja bagi masyarakat Islam yang meyakini bahwa agama Islam adalah agama yang sempurna langsung meradang dan dianggap pemhaman ulama tersebut adalah hal yang aneh, janggal, dan nyeleneh.

Ada banyak kritik yang dilayangkan oleh ulama-ulama lainnya terhadap ulama yang dianggap nyeleneh tadi. Baik dari ulama yang memang sejak lama berbeda afiliasi dengan beliau, maupun dari ulama-ulama yang satu afiliasi.

Emang yang benar gimana sih? Kok makin kesini makin banyak banyak pemahaman-pemahaman nyeleneh yah?

Hmmm sebenarnya kita harus telisiki lebih dahulu tentang maksud dari nyeleneh ini. Ini sebenarnya pemahaman seseorang yang nyeleneh, atau dasar yang digunakan berbeda, atau ternyata justru kamu yang nyeleneh? Karena biasanya orang akan menganggap orang lain itu nyeleneh ketika orang lain mengemukakan pendapat yang berbeda dari dirinya. Hal itu normal. Karena manusia selalu berpikir dari yang terdekat dahulu, entah lingkungannya, keluarganya, atau dirinya sendiri.

Dulu dalam bergama aku juga mengalam masa-masa kagetan di mana ketika aku melihat hal yang baru menurutku, aku anggap itu sebuah kenyelenehan.

Misal gini, dulu sewaktu aku kecil, aku hidup di lingkungan yang mayoritas menggunakan qunut ketika salat subuh. Lalu suatu waktu ada tentangga yang menikahi orang dari perantauan yang memiliki pemahaman bahwa salat subuh enggak pakai qunut. Aku dan beberapa orang desa sempat kaget, bahkan ada yang nuduh yang enggak-enggak. Belum lagi ketika ada keluarga yang meninggal, enggak semua orang melakukan prosesi tahlilan. Untuk sebagian orang, tahlilan justru dianggap hal yang berdosa atau minimal makruh. Nah bagi aku dan warga desaku yang melakukan tahlilan, tentu melihat orang yang engga tahlilan dianggap janggal dan nyeleneh. Padahal di belahan bumi lainnya, mungkin orang yang tahlilan yang dianggap nyeleneh.

Aku yang mengalami shock perbedaan ini lama-lama mengerti kenapa ada orang yang subuhnya qinit, kenapa ada yang enggak. Kenapa ada yang tahlilan kenapa ada yang enggak. Semakin aku memiliki jejaring teman dari berbagai macam pihak, aku semakin sadar bahwa apa yang mereka lakukan semuanya memiliki dasar.

Pernah suatu waktu aku menemui seseorang yang punya pandangan kalau yang disembelih nabi Ibrahim AS bukanlah Ismail AS, melainkan Ishak AS. Tentu aku yang memiliki doktrin kuat tentang prosesi penyembelihan Ismail tentu bertanya-tanya. Aku sempat menduga kalau orang tersebut bukanlah orang Islam. Karena memang agama samawi lainnya seperti Kristen danYahudi menganggap prosesi penyembelihan itu dilakukan oleh Ibrahim AS kepada Ishak. Eh ternyata dalam Islam juga ada yang berpandangan demikian. Seperti pada beberapa kitab tafsir seperti tafsir Al-Qurtubi menyebutkan beberapa sahabat seperti Umar r.a., Ali r.a.,al-Abbas r.a., Ibnu Masud, dan Kaab Al-Ahbar adalah orang-orang yang memiliki pandangan bahwa yang disembelih itu Ishak, bukan Ismail.

Karena banyaknya bertemu dengan orang dengan berbagai pandangan di kepalanya, serta banyak guru dengan berbagai pengajarannya, aku jadi maklum dengan segala perbedaan. Aku tidak lagi malebeli sesorang dengan sebutan nyeleneh apalagi sampai mengolok-ngolok dia kafir, masuk neraka, dsb. Aku sadar, ternyata mereka yang berbeda dengan kita bukan berarti telah menyimpang. Bisa jadi kitanya aja yang enggak paham.

Terus kalau kitanya paham dan tetap berbeda pendapat dengan sesorang yaudah jangan ikutin. Wong enggak sependapat mau gimana lagi? Gak usah pening gitu. Toh kalau konsep kita lebih mudah diterima masyarakat toh yang laku yah konsep kita tadi.

Sebenarnya, Islam sendiri sudah cukup dewasa dalam menghadapi hal-hal seperti ini. Para ulama dari jaman dulu sering kali berbeda pendapat, tapi mereka saling menghormati serta mengakui keahlian ulama-ulama lainnya meski tidak sependapat. Jadi yah yang suka meributkan perbedaan yahh mungkin dewasanya telat heuheu

Tulisan ini ditulis oleh Fatio Nurul Efendi di Cangkeman pada tanggal 5 November 2021.


0
708
6
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread84.3KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.