Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

penacintaAvatar border
TS
penacinta
Kurebut Istri yang Selalu Kau Sakiti
Kurebut Istri yang Selalu Kau Sakiti

“Silahkan diminum tehnya,” ujar wanita di rumah Ramlan, ia menyuguhkan dua gelas teh padaku dan Ramlan yang sedang asyik membicarakan proyek karena kami berdua satu tim di kantor. Setelah teh tersaji, iapun berlalu.


“Lan, itu bini lu, si Alya?” tanyaku tak percaya. Wanita itu terlihat kurus, pucat, dan tampak kurang sehat.


“Bukan, dia babu gue!” jawab Ramlan tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop.


“Serius, Lan? Gak mungkin, gue masih kenal kalau dia Alya.”


“Ya iya, lah dia Alya. Ngapain gue bayar pembantu segala untuk urusan rumah yang gak seberapa? Kenapa?” tanya Ramlan.


“Kayaknya bini elu lagi sakit, dia pucet banget!” ujarku. Disaat bersamaan, terdengar tangisan bayi di ruangan lain rumah itu.


“Ah, elu gak usah sok perhatian, deh! Dia itu bini pemalas! Biarin aja, lah! Lihat aja tampangnya, kucel begitu. Bikin malu banget kalau dibawa-bawa acara kantor.”


“Elu jangan begitu, Lan! Biar gimanapun dia bini elu, yang melahirkan anak elu juga!”


“Ah, bodo amat! Susah punya bini gak mau dandan. Boro-boro dandan, mandi aja kadang dia ogah.”


“Elu bantuin dia ngurus rumah dan anak elu, gak?” tanyaku.


“Ya kagak, lah! Ngapain? Kan itu tugasnya dia! Ngapain gue capek-capek kerja cari duit kalau harus ikut ngurus rumah?”


“Jangan begitu, lah, Lan! Bini di rumah juga capek kerja, Lan. Gak baik bersikap egois begitu.”


“Aduh, Ga, elu itu belum pernah berumah tangga, jangan sok tau, deh! Elu lihat, abis melahirkan badannya jadi gak keurus begitu, dilihat juga gak enak, tau?”


“Bukan gitu, Lan! Elu harusnya bersyukur, bini elu itu mengorbankan waktunya demi mengurus elu dan anak elu.”


“Jangan bilang elu masih naksir sama Alya, Angga!”


Deg! Jantungku seketika berdegub. Alya, wanita cantik yang dulu aku cintai, namun terpaksa memilih hidup bersama Ramlan akibat dijodohkan oleh orang tuanya, kebetulan pula kini Ramlan jadi rekan kerjaku.


“Elu ke sini mau bahas kerjaan apa mau ngomentarin bini gue, sih?” Ramlah mulai terlihat marah.


“Sory … gue cuma kasihan aja lihat bini elu.”


“Elu mau bilang kalau gue gak becus jadi suami? Asal elu tau aja, ya! Alya itu gue jatah dua juta sebulan, kurang enak apa?”


“Dua juta cuma untuk dia atau termasuk uang belanja, listrik, dan lainnya?”


“Ya untuk semuanya, lah! Gitu aja dia masih suka ngeluh kurang, lah, gak cukup, lah. Bini gak bersyukur!”


“Ya ampun, Lan. Tega bener elu jadi suami. Gaji elu sepuluh kali lipatnya, dan rumah segede gini listriknya aja udah berapa, Lan?”


“Ah, elu gak usah ikut campur, deh! Mana tu bayi berisik amat lagi! Alya … elu bisa ngurus anak gak, sih?” teriak Ramlan dengan lantang. Aku yang mendengarnya jadi terkejut, betapa menderitanya Alya di rumah ini.


“Lan, sabar dikit, lah! Kasihan anak elu juga.”


“Ini sebabnya, gue gak pernah betah ada di rumah ini.” Ramlan menggebrak meja saking kesalnya. Inilah sifat Ramlan yang paling aku tak suka. Ia tempramental, dan selalu merasa benar.


Alya, andai saja waktu bisa diputar, pastinya aku akan memperjuangkanmu lebih keras. Ada rasa sakit jauh di dalam hati, melihat Alya diperlakukan sangat tak manusiawi, oleh seorang lelaki bergelar suami.


bukhorigan
ades15795
pulaukapok
pulaukapok dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.3K
7
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.