Mata Najwa memang sering kali mengundang perhatian publik. Program gelar wicara yang tayang di Trans7 itu baru-baru ini menayangkan sesuatu yang cukup berani atau malah kelewat nekad yakni membongkar praktik pengaturan skor dalam sepak bola Indonesia.

Bintang tamu yang diundang adalah seorang wasit yang mengaku terlibat dalam permainan skor di Liga 1 namun karna masalah keamanan, identitas wasit tersebut dirahasiakan. Entah apakah wasit tersebut berkata benar atau tidak namun dia mengakui bahwa praktik pengaturan skor masih berlangsung dan diatur oleh orang-orang yang ada 'diatas sana.'

Dan karna hal itulah ketua komite wasit PSSI, Ahmad Riyadh, menuntut agar identitas wasit tersebut dibuka kepada publik. Singkatnya, pihak PSSI ingin menyangkal adanya pengaturan skor dan karna itulah mereka ingin identitas si wasit dibuka dan membuktikan bahwa si wasit narasumber berbohong.



Narasumber yang dirahasiakan identitasnya memang tak bisa dijamin kredibilitasnya. Mungkin saja narasumber itu sebenarnya bukanlah wasit PSSI melainkan orang random yang dibayar untuk menjawab dengan mengikuti naskah. Lalu bagaimana tanggapan Najwa Shihab dengan tuntutan tersebut?

Sayangnya Najwa Shihab menolak gugatan tersebut. Undang undang nomor 40 tahun 1999 mengenai Pers membuat seorang wartawan memiliki hak untuk menolak mengungkap identitas narasumbernya. Peraturan ini dibuat dengan tujuan agar narasumber maupun saksi bisa bebas menyampaikan kesaksian tanpa takut akan hal yang tidak diinginkan.

Undang-undang ini memang penting namun kadang disalahgunakan. Banyak orang yang membuat berita hoax dengan narasumber khayalan dan kemudian dirahasiakan identitasnya dengan dalih undang-undang pers. Meski demikian saya cukup yakin orang seperti Najwa Shihab tidak akan melakukan hal ini karna jika sampai begitu maka reputasinya akan hancur seperti gelembung yang ditusuk cula badak.



Namun bagaimana menurut Anda? Apakah PSSI benar-benar memiliki praktik pengaturan skor? Diluar negeri praktik seperti ini cukup sering terjadi karena beberapa alasan seperti merusak pasar taruhan, ingin meloloskan tim tertentu atau hanya sekedar hiburan semata. Di Indonesia yang penuh dengan tikus-tikus berdasi dimana-mana, bukan tak mungkin praktik ini memang sungguh ada.

Sekian dari saya mari bertemu di thread saya yang lainnya.

sumur