god.romushaAvatar border
TS
god.romusha
Jenderal Top AS Khawatir soal Senjata Hipersonik China
Jenderal top AS, Mark Milley, mengaku sangat khawatir mengenai uji coba senjata hipersonik China.

Kepala Staf Gabungan AS memberikan konfirmasi resmi perdananya tentang uji coba senjata hipersonik China yang pertama kali diwartakan oleh Financial Times.

Menurut sejumlah pakar militer, uji coba tersebut menunjukkan kemampuan Beijing dalam mengembangkan senjata termutakhir dan mampu menghindari sistem pertahanan rudal.

Baca juga: Soal Senjata Hipersonik, AS Tertinggal Bertahun-tahun di Belakang China

Sejak China dikabarkan melakukan uji coba senjata hipersonik, Kementerian Pertahanan AS berusaha keras untuk menghindari konfirmasi.

Padahal, Presiden AS Joe Biden dan beberapa pejabat lainnya telah menyatakan keprihatinannya tentang pengembangan senjata hipersonik China.

Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email

Kini, Milley secara eksplisit mengonfirmasi uji coba tersebut sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (27/10/2021).

Dia bahkan menyebut uji coba tersebut sangat dekat dengan momen Sputnik.

Baca juga: AS Mengaku Tidak Tahu Cara Menghadapi Rudal Hipersonik China dan Rusia

Momen Sputnik merujuk pada peluncuran satelit buatan manusia pertama pada 1957 oleh Uni Soviet. Itu membuat Moskwa unggul dalam perlombaan antariksa era Perang Dingin.

“Apa yang kami lihat adalah peristiwa yang sangat signifikan dari uji coba sistem senjata hipersonik. Dan itu sangat mengkhawatirkan,” kata Milley kepada televisi Bloomberg.

Sejumlah senjata nuklir mengatakan uji senjata China tampaknya dirancang untuk menghindari pertahanan AS dalam dua cara.

Pertama, hipersonik bergerak dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara, atau sekitar 6.200 kilometer per jam sehingga membuatnya lebih sulit untuk dideteksi dan dicegat.

Baca juga: China Bantah Telah Uji Coba Rudal Hipersonik seperti Ramai Diberitakan

Kedua, beberapa sumber mengatakan kepada Reuters bahwa AS yakin uji coba China melibatkan senjata yang pertama kali mengorbit bumi.

Itu adalah sesuatu yang dikatakan para ahli militer sebagai konsep Perang Dingin yang dikenal sebagai pengeboman orbit fraksional atau fractional orbital bombardment (FOB).

Bulan lalu, Sekretaris Angkatan Udara AS Frank Kendall menyinggung kekhawatirannya tentang sistem semacam itu.

“Jika Anda menggunakan pendekatan semacam itu, Anda tidak perlu menggunakan lintasan ICBM (rudal balistik antar-benua), yang langsung dari titik peluncuran ke titik target," katanya.

“Ini adalah cara untuk menghindari pertahanan dan sistem peringatan rudal,” sambung Kendall.

Baca juga: China Klaim Obyek yang Diuji Coba adalah Pesawat Luar Angkasa, Bukan Rudal Hipersonik

FOB juga akan menjadi cara bagi China untuk menghindari pertahanan rudal AS di Alaska, yang dirancang untuk mencegat sejumlah senjata dari negara seperti Korea Utara.

Di sisi lain, pada pertengahan Oktober, China membantah laporan yang menyebut pihaknya menguji coba rudal hipersonik berkemampuan nuklir.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan kepada media bahwa laporan itu tidak benar sebagaimana dilansir BBC.

Zhao mengeklaim bahwa tindakan yang sebenarnya terjadi pada Juli adalah tes rutin untuk memverifikasi berbagai jenis teknologi pesawat ruang angkasa yang dapat digunakan kembali.
0
359
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar NegeriKASKUS Official
78.9KThread10.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.