Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Peraih Nobel Belajar Banyak dari Indonesia, Bagaimana dengan Kita Sendiri?

lonelylontongAvatar border
TS
lonelylontong
Peraih Nobel Belajar Banyak dari Indonesia, Bagaimana dengan Kita Sendiri?
Balik lagi dengan obrolan kelas warung kopi.

Seorang jurnalis dari Filipina, untuk pertama kalinya memboyong pernghargaan nobel ke negara tersebut. Seandainya dulu Pramoedya Ananta Toer tidak terjegal isu politik, mungkin kita yang mendahului Filipina membawa penghargaan Nobel.

Namun demikianlah sejarah mencatat Indonesia yang beberapa kali anak bangsanya masuk nominasi Nobel, kedahuluan dengan tetangganya.

Ga apa-apalah, moga-moga jadi pelecut buat anak bangsa Indonesia, boleh kalah duluan, tapi bisa menang jumlah. Apalagi kalau nobel yang diraih anak Indonesia nanti dari bidang sains, wah kan lebih keren lagi.

Ok, cukup sudah intermezzo-nya, sekarang kembali ke topik trit.

Dalam sebuah wawancara, Maria Ressa (demikian nama peraih nobel dalam bidang jurnalisme ini), bercerita banyak tentang Indonesia. Rupanya dia sempat lama tinggal di Indonesia dan sempat mengalami masa-masa jatuhnya Presiden Soeharto. Sebuah periode yang menjadi pintu menuju sebuah perubahan besar di Indonesia.

Ada beberapa hal yang dia katakan tentang Indonesia, salah satu yang ingin TS kutip di sini adalah :

Quote:



Mengapa hal ini menarik buat TS? Karena sepengetahuan TS Maria Ressa bukanlah satu-satunya orang asing yang kagum melihat keberagaman di Indonesia. Kagum pada kemampuan bangsa ini untuk menyerap berbagai nilai baru, memilah mana yang baik, mana yang buruk dan kemudian meramunya dengan budaya lokal yang lebih dahulu ada dan melahirkan tradisi baru yang unik.

Bolehkah TS merasa galau, kalau melihat bahwa saat ini keberagaman di Indonesia justru mendapatkan serangan dari beberapa kelompok maysarakat Indonesia sendiri.

Sampai-sampai dalam obrolan di dunia nyata, terasa sekali oleh TS, orang mulai menghindari isu-isu tertentu untuk menjadi bahan obrolan, bahkan yang bernada santai dan penuh canda.

Mengapa kedewasaan untuk menerima perbedaan justru terkesan menghilang dari kita?

Mengapa suasana santai dan gayeng antar teman dan tetangga, terkadang terasa seperti ada yang sedikit mengganjal dan tidak selumer dulu?



Sumber referensi:
1. https://kumparan.com/kumparannews/ce...pramoedya/full

2. https://kumparan.com/kumparannews/ki...ia-1wicFPW8PvT
andrerain5
andrerain5 memberi reputasi
1
646
8
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread84KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.