gagal.jadi.nabiAvatar border
TS
gagal.jadi.nabi
FSO Safer: Bom Waktu Bagi Kehidupan Di Perairan Laut Merah Dan Sekitarnya
.
Perihal kapal tanker FSO Safer, milik Pemerintah Yaman yang terkatung-katung di tengah laut dan terbengkalai selama bertahun-tahun akibat perang saudara di sana, kembali menjadi sorotan di bulan ini.

Tulisan para pakar atau pekerja profesional yang akrab dengan keamanan pekerjaan di bidang gas dan minyak bumi di the New Yorker dan Yahoo mengingatkan kemungkinan kapal tanker tersebut meledak karena semakin membesarkan tekanan gas hidrokarbon yang terbentuk dan mengumpul di dalam tangki-tangki penyimpanan minyak buminya akibat semakin memburuknya keadaan kapal tanker tsb. Peristiwa ledakan besar di Kota Beirut pada 2020 seharusnya dapat menjadi pelajaran.

Lebih dari kekhawatiran akan terjadinya kebocoran pada tangki-tangki penyimpanan minyak buminya.


Gbr 1. Kapal tanker FSO Safer untuk bongkar-muat minyak bumi yang ditambatkan di tengah laut sejauh enam - tujuh kilometer dari Pelabuhan Laut Ras Isa, Yaman, sejak 1987. Kapal tanker tsb saat ini masih memuat 1.1 Juta barel minyak bumi dengan keadaan badan kapal dan sistem perpipaannya rawan mengalami kebocoran. Sumber


Sejak 2017, kapal tanker FSO Safer dalam keadaan tanpa tenaga untuk memutar boiler uap airnya karena kehabisan bahan bakar. Boiler adalah jantung dari satu kapal tanker untuk menghasilkan uap air (steam) untuk menjalankan sistem vital pada kapal.

Dua generator diesel yang ada pada geladak hanya bekerja untuk kebutuhan mendasar di kapal tanker tsb dan tidak dapat lagi memanaskan boler untuk menghasilkan uap air yang selanjutnya dipompakan ke tangki-tangki penyimpanan minyak bumi. Uap air, sebagai gas yang tidak mudah bereaksi (inert), sangat penting untuk menetralisasi atau menggantikan gas hidrokarbon- yang mudah meledak (flammable) - yang terbentuk dan mengumpul di dalam tangki-tangki penyimpanan minyak bumi. Proses keselamatan kerja di atas disebut sebagai inerting.

Sebelum teknologi inerting di atas umum diterapkan, pada 1960-an hingga 1970-an, kapal-kapal tanker sering meledak secara mengejutkan dengan akibatnya yang mematikan. Pada Desember 1969, tiga kapal tanker meledak dalam 17 hari dan menewaskan empat orang.

Sejak boiler pada FSO Safer berhenti bekerja pada 2017, kapal tanker tersebut menjadi rawan mengalami ledakan yang bisa dipicu oleh listrik statis, amunisi yang ditembakkan atau diledakkan di sekitar kapal hingga puntungan rokok menyala yang dilemparkan padanya.


Perhatian sebelumnya lebih tertuju pada ancaman kebocoran minyak bumi

Sebelumnya, perhatian pada kapal tanker FSO Safer lebih tertuju pada kemungkinan terjadinya kebocoran pada tangki-tangki penyimpanan minyak buminya mengingat perkaratan pada badan kapal dan sistem perpipaannya semakin memprihatinkan.

Setiap saat tangki penyimpanan minyak buminya bisa bocor sehingga minyak keluar dan mencemari Laut Merah. Pada Mei 2020, terjadi kebocoran di ruang mesin, selanjutnya ditambal dan air laut yang telah masuk ke dalam kapal dipompa keluar.

Kapal tanker tersebut masih menyimpan 1.1 Juta barel minyak bumi dan dibiarkan begitu saja bertahun-tahun hingga sekarang. Jika semua minyak bumi simpanannya itu tumpah karena kebocoran tangki atau pengeboman, maka itu setara dengan empat kali banyaknya tumpahan minyak yang paling merusak lingkungan di dunia, yaitu bencana Exxon Valdez 1989



Gbr 2. Letak kapal tanker FSO Safer pada peta. Sumber


Gambar-gambar berikut ini menunjukkan keadaan kapal tanker FSO Safer yang sangat buruk saat ini yang diambil pada 2019 - 2020, khususnya akibat perkaratan pada sekujur badan kapal hingga sistem perpipaannya.


Gbr 3. Dokumen internal dari The Associated Press menunjukkan air luat telah memasuki ruang mesin kapal tanker FSO Safer, yang tidak dirawat selama lebih dari lima tahun sehingga menyebabkan kerusakan pada jalur pipa dan meningkatkan resiko kapal tenggelam.


Spoiler for Gambar-gambar keadaan kapal tanker FSO Safer berikutnya:


Jika itu terjadi, maka tumpahan minyaknya akan merusak ketersediaan air bersih yang dihasilkan dari pabrik penyulingan air laut (desalination plants) di sekitar Laut Merah bagi sembilan juta orang di Arab Saudi dan Eritrea. Hal itu juga akan merusak ekosistem laut, penangkapan ikan dan mengganggu pelabuhan-pelabuhan laut di sekitarnya sehingga memperburuk krisis kemanusiaan negara itu.

Sekitar 68 persen bantuan kemanusiaan ke Yaman masuk melalui pelabuhan Hodeidah dan Salif, yang masih cukup dekat dengan FSO Safer yang ditambatkan di tengah laut itu, dan lebih dari setengah populasi Yaman bergantung pada bantuan kemanusiaan.

Jauh dari pantai, para peneliti memodelkan potensi polusi udara yang terjadi setelah minyak bumi tsb tumpah memenuhi lautan. Mereka memperkirakan polusi udara yang terjadi bisa mencapai bagian tengah dan utara Yaman, termasuk ibukota Sana'a, sehingga meningkatkan risiko masalah kesehatan kardiovaskular dan pernapasan.

Satu tim peneliti gabungan dari Stanford University, Harvard University dan UC Berkeley menerbitkan hasil pemodelan ilmiah mereka terhadap dampak kemungkinan tumpahan minyak bumi dari FSO Safer. Pemodelan ilmiah tersebut dapat dipelajari di Jurnal Ilmiah Nature.

FSO Safer harus dikosongkan secepatnya. Itu berarti beberapa langkah penting harus diambil secepatnya, yang meliputi: pemeriksaan kapal secara menyeluruh, perbaikan pada beberapa bagian kapal dan kemudian secara aman mengeluarkan minyak bumi dari kapal tanker tsb.


Fungsi Kapal Tanker FSO Safer

FSO Safer adalah kapal tanker yang dibuat pada 1976 oleh Perusahaan Hitachi Zosen Corporation di Jepang untuk Esso (ExxonMobil), Jepang. Panjangnya 362 meter dengan berbobot mati 406,640 ton dan memiliki 34 tangki penyimpanan minyak bumi dengan kapasitas sebesar 3 Juta barel.

Pada 1987, kapal tanker tersebut dimodifikasi menjadi tanpa mesin, lalu dibeli oleh Pemerintah Yaman dan selanjutnya mengubah namanya menjadi FSO Safer. Dari sejak dibeli hingga sekarang, FSO Safer ditambatkan di tengah laut yang berjarak sekitar enam - tujuh kilometer dari Pelabuhan Laut Ras Issa dan tidak pernah dipindah-pindahkan. Pelabuhan laut tersebut dan lautan di sekitarnya saat ini di bawah kendali milisi Houthi.

Fungsinya untuk menyimpan (floating storaging) 3 Juta barrel minyak bumi yang dipompakan dari ladang minyak bumi di Provinsi Marib, di timur Yaman, dan selanjutnya muatan minyak itu akan dikeluarkan (offloading) untuk diekspor. Tidak dijelaskan apakah ada proses produksi atau eksplorasi di tengah laut pada kapal tanker tsb.

Perang saudara di Yaman yang berlarut-larut selama enam tahun lebih hingga sekarang menyebabkan kapal tanker tsb terbengkalai atau hampir tanpa perawatan.


Upaya PBB untuk mengakfirkan kapal tanker FSO Safer terkendala oleh sikap Houthi (dan Koalisi pimpinan Arab Saudi)

PBB meminta jaminan keamanan dari Houthi (Ansar Allah / Ansarullah) untuk memeriksa kapal tanker tsb, mengosongkan muatan minyak buminya dan selanjutnya memindahkannya ke tempat yang lebih aman atau dibesituakan. Kapal tanker minyak buni tersebut sekarang praktis ditinggalkan dengan hanya sedikit petugas di dalamnya. Berkali-kali pula Houthi menolak permintaan PBB tersebut.

Pada Juni 2021, Dewan Keamanan PBB menuduh pemberontak sekutu Iran tsb menunda penilaian teknis FSO Safer yang seharusnya terjadi pada Bulan Maret, meskipun sebelumnya telah memberikan izin.

Sebagian garis pantai Yaman di Laut Merah di Provinsi Hoidedah berada dalam kendali Houthi atau kemampuan militernya bisa meledakkan kapal tersebut setiap saat. Termasuk adanya kemungkinan bahwa Houthi telah memasang sejumlah bom di perairan di sekitar FSO Safer.

Houthi telah dituduh oleh lawan-lawan mereka dengan sengaja menunda solusi untuk mengatasi krisis FSO Safer sebagai upaya untuk mendapatkan keuntungan politis. Houthi juga terkesan meremehkan risiko tumpahan minyak bumi dari kapal tanker tersebut di masa lalu.

Houthi menjadikan krisis tersebut sebagai alat tawar agar Koalisi pimpinan Arab Saudi menghentikan blokade parsial yang diberlakukan pada pelabuhan-pelabuhan laut yang dikuasai oleh mereka yang menyebabkan krisis kemanusiaan hebat di daerah-daerah di Yaman yang dikuasai oleh Houthi.

Blokade tersebut dilakukan untuk mencegah penyeludupan senjata kepada milisi Houthi.


Tetap mengabaikan FSO Safer bisa menyebabkan ledakan besar seperti yang terjadi pada gudang amonium nitrat di Kota Beirut 2020

Para pakar atau pekerja profesional yang akrab dengan keselamatan kerja di lingkungan mengingatkan bahwa kapal tanker FSO Safer dapat meledak setiap saat dengan alasan yang telah dijelaskan di atas tadi setelah tiga - empat tahun steam boiler-nya tidak berfungsi sama sekali.

Mereka mengingatkan bahwa ledakan sangat besar yang terjadi gudang penyimpanan amonium nitrat di pelabuhan laut di Kota Beirut, Libanon, pada tahun lalu, bisa terjadi pada FSO Safer. Ledakan tersebut mengguncang Beirut, membunuh 218 orang dan menghancurkan sebagian kota tersebut di mana hampir 80 apartemen rusak berat. Ancaman akan terjadinya ledakan yang dapat meluluhlantakkan Beirut tersebut sudah diperkirakan dan diingatkan, bahkan enam bulan sebelumnya oleh para petugas yang berwenang setelah mereka memeriksa amonium nitrat titipan tsb. 

Ahmed Kulaib, mantan direktur Safer Exploration and Production Operations Company (SEPOC) yang dulunya menangani kapala tanker tsb, mengatakan bahwa FSO Safer baginya adalah "bom".


Ancaman lain, sebagaimana sejumlah pengamat yakini, bahwa Houthi telah memasang bom di perairan di sekitar FSO Safer ditambatkan. Kawasan-kawasan perairan Laut Merah lainnya yang berada di bawah kendali Houthi juga telah dipasangi jebakan bom (booby-trap) dengan cara yang sama seperti pada perairan di sekitar FSO Safer itu. Tidak ada yang mengetahui di mana bom-bom tersebut ditempatkan persisnya.

Mengacu kepada sumber-sumber di Ras Isa, pelabuhan laut terdekat ke kapal tanker tsb, orang yang bertanggung jawab terhadap penempatan bom-bom tsb telah tewas. Jika itu benar, semakin sulit untuk melacak keberadaan persisnya bom-bom tsb.


Sementara, sejumlah pakar keselamatan kapal tanker dan mantan pegawai SEPOC lebih khawatir pada tenggelamnya daripada meledaknya kapal tanker tsb mengingat keadaan perkaratannya yang sangat buruk. Seperti yang sudah disampaikan di atas bahwa pada 2020 telah terjadi kebocoran pada ruang mesin dan selanjutnya telah diperbaiki.

Jika FSO Safer tenggelam, maka ada dua skenario berikutnya yang mungkin terjadi. Pertama, kapal tanker tsb lepas dari jangkarnya dan kemudian mengantam batu-batuan di laut. Kedua, badan atau lambung kapal terbelah.


Namun, bagi penulis adalah sangat memungkinkan setiap saat terjadinya ledakan gas di sana setelah tiga - empat tahun gas hidrokarbon yang terbentuk di dalam tangki-tangki penyimpanan tidak dikeluarkan jika memang benar tidak ada perlakuan apapun selama itu untuk itu.

Skenario manapun yang terjadi, ujung-ujungnya adalah minyak bumi di dalam tangki-tangki penyimpanan akan tumpah-ruah menyelimuti perairan Laut Merah di sekitarnya dan bencanapun terjadi.

FSO Safer adalah bom waktu bagi kehidupan di perairan Laut Merah dan sekitarnya, termasuk manusia yang bergantung pada laut tersebut.

Kita tidak ingin hal terburuk terjadi, tetapi semua yang terlibat perang saudara di Yaman - kubu anti-Houthi maupun Houthi - tampaknya "bermain dengan api". Sampai kapankah mereka tetap bertahan demi ego mereka masing-masing??

emoticon-Cool*sok serius



Sumber tulisan:

Spoiler for spoiler:


Sumber gambar Gbr 3 s.d. Gbr 7:

Spoiler for spoiler:

Diubah oleh gagal.jadi.nabi 22-10-2021 09:28
tepsuzot
Unspammer
koi7
koi7 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
3.6K
22
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar NegeriKASKUS Official
78.9KThread10.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.