• Beranda
  • ...
  • Buku
  • Insomniac City: Cara Bill Hayes Merayakan Kehidupan

dizu1208Avatar border
TS
dizu1208
Insomniac City: Cara Bill Hayes Merayakan Kehidupan
Buku memoar lagi? Ya, betul! Belakangan otak ini memang lagi malas mengikuti narasi fiksi yang terlalu rumit. Entah kenapa. Mungkin saja saya lagi kena karma dari genre buku memoar. Sama seperti Just Kids, buku karya Bill Hayes ini menceritakan kisah personalnya dengan seseorang yang spesial dan juga tentang kota yang sama, yaitu New York. Meskipun latar kehidupan pada Buku Hayes jauh lebih kekinian karena berlangsung pada tahun 2000-an.
Saya pertama kali mendengar soal ini dari unggahan salah satu toko buku yang akunnya saya ikuti di Instagram. Judulnya berhasil memantik rasa penasaran. Setelah membaca beberapa review, akhirnya saya membeli dari salah satu toko buku online. Hanya butuh waktu dua hari saja untuk bisa menyelesaikan buku ini. Saya benar-benar terhanyut dalam kisah Hayes saat mencoba mengawali hidup baru. Berkenalan dengan kota baru yang jadi tempat tinggalnya. Jatuh cinta lagi, dan harus kembali merasakan kehilangan.

Baca juga: Kisah Putri Tidur di Abad 21

Jatuh cinta kepada New York, jatuh cinta kepada “O”
Cerita berawal dari kepindahan sang penulis dari San Fransisco, tempat tinggalnya selama lebih dari dua dekade. Kematian tiba-tiba sang kekasih memberikan dorongan untuk memulai hidup di tempat yang baru. New York menjadi pilihan Hayes. ‘Kota yang tak pernah tidur’ ini menawarkan pesona tersendiri bagi Hayes. Apalagi bagi penderita insomnia seperti dirinya. Waktu tengah malam kerap ia habiskan dengan menelusuri kota, mengunjungi klub hingga berjalan-jalan di taman. Ia bertemu dengan aneka ragam karakter penduduk New York. Interaksi dengan sopir taksi, jalur kereta yang rumit, dan kecintaan penduduknya terhadap aktivitas membaca, membuat Hayes dengan cepat jatuh cinta kepada New York.

Di kota itu, Hayes kembali jatuh cinta lagi. Ia terpikat dengan seorang neurolog dan penulis terkenal, Oliver Sacks. Karakter “O” yang unik sungguh kontras kondisi New York. He was without a doubt the most unusual person I had ever known, and before long I found myself not just falling in love with O; it was something more, something I had never experienced before. I adored him.” “everything. It requires a certain kind of unconditional love to love living here.Bayangkan saja, Sacks masih menulis dengan pena model lama, Ia juga hanya membaca karya sastra yang terbit sebelum tahun 1950-an.
Buku Memoar yang merayakan kehidupan
Buku memoar ini tak hanya berisi kenangan tentang kisah cinta Hayes dan Sacks saja. Insomniac City juga surat cinta terhadap New York. Detail kota yang digambarkan tidak hanya berkutat pada hal-hal cantik. Hayes menceritakan kebobrokan kota itu dari sudut pandangnya. Apartemen yang tak layak. Gembel yang berkeliaran di jalanan. Musim dingin yang kejam. Sistem kereta bawah tanah yang berantakan. Daya tariknya justru muncul dalam berbagai interaksi Hayes dengan beragam orang di sekitarnya. Pertemuannya dengan model veteran Lauren Hutton hingga interaksi sehari-hari dengan pegawai toko majalah. Seakan-akan semua orang di kota ini sesungguhnya merindukan interaksi sebagai cara untuk bertahan hidup.

Baca juga: My Cat Yugoslavia: Buku Novel Tentang Dua Sisi Kehidupan Imigran

Beberapa bagian jurnal yang turut dimasukkan sesungguhnya cukup mengganggu kesederhanaan gaya tutur. Namun ada juga beberapa adegan cukup menggugah yang digambarkan. Adegan unik, sumber referensi karya lain (lagu dan buku), serta citraan imajinatif kadang digunakan Hayes untuk menyampaikan emosi dan siratan pemikiran. Beberapa foto karya Hayes yang diambil dari berbagai sudut kota turut merefleksikan kesan intim dan nostalgik. Seakan-akan sang penulis hendak mengabadikan penggalan kehidupan sebagai kenangan.

Berkenalan dengan Oliver Sacks
Sebelum membaca buku ini, saya sesungguhnya belum pernah mendengar nama Oliver Sacks. Setelah tahu sedikit cerita tentangnya lewat memoar ini, saya jadi tertarik untuk membaca bukunya. Salah satu penggemar tulisannya adalah Bjork. Interaksi antara keduanya bahkan digambarkan cukup dekat. Sang penyanyi bercerita bahwa salah satu judul albumnya terinspirasi dari judul buku Sacks. Hayes turut bercerita tentang dua kali perjalanannya bersama Sacks ke rumah sang penyanyi eksperimental itu di Reykjavik.
“The most we can do is to write—intelligently, creatively, critically, evocatively—about what it is like living in the world at this time.” Kata-kata yang disampaikan Oliver ketika berjuang menyelesaikan buku sebelum kanker mengalahkannya menjadi cambuk bagi Hayes untuk menulis memoar ini. Insomnniac City tak hanya menjadi cara penulisnya mengekalkan kenangan bersama sang kekasih. Memoar ini hendak mengajak pembaca untuk merayakan kehidupan.

Baca juga: Bonsai: Novel Pendek Terbaik Alejandro Zambra




Diubah oleh dizu1208 05-03-2019 08:37
0
740
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Buku
BukuKASKUS Official
7.7KThread4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.