icasarmah730Avatar border
TS
icasarmah730
HOLD ME karya DEWA AMOUR
Hi, agan semua..
Othor balik lagi buat share novel Othor yang berjudul HOLD ME.

Happy reading!!

____ ll ____

Mobil Jeep Wrangler keluaran terbaru, dengan warna putih tampak terparkir di halaman SMA Gumilang School. Entah angin apa yang membawa Devan datang ke sekolah Alice siang itu.

Langkah kaki Devan terlihat gagah menuju ruang kepala sekolah. Pandangannya lurus ke depan dengan kacamata hitam yang menutupi sebagian wajahnya. Suasana cukup sepi di sekitar sekolah, mungkin karena sudah jam pelajaran. Pasti semua murid sedang berada di kelasnya masing-masing.

"Ma-Mas Devan?" tukas Bimo, guru olahraga berbadan kekar itu tampak begitu kaget melihat Devan sedang berdiri di depan pintu.
Ya, dia sudah tiba di ruang kepala sekolah. Guru yang lain langsung bangkit dari bangkunya dan memandang Devan dengan tatapan bengong seperti sedang melihat hantu.

"Mas Devan ada perlu apa datang kemari? Silahkan masuk, Mas." Mamad selaku kepala sekolah langsung menghampiri Devan dengan tergopoh-gopoh.

Devan membuka kacamatanya sambil menaikan sudut bibirnya. Tentu saja mereka sangat segan padanya. Secara, ayahnya-lah pemilik yayasan SMA Gumilang School. Sekolah elit terbaik di Jakarta masa itu.

"Selamat datang Mas Devan. Silahkan," sambut para guru lainnya. Bimo dan Mamad langsung mengajak Devan duduk di sofa yang ada di sudut ruangan itu. Devan masih terdiam dengan paras angkuhnya yang menawan.

Renita selaku guru yang baru bertugas beberapa bulan di sekolah itu tampak heran melihat sikap para guru lainnya yang tampak begitu menghormati pemuda tampan berkulit putih dengan kemeja hitam itu. Siapa dia? Renita masih berpikir tanpa berani bertanya.

"Mas Devan, saya senang sekali anda mau datang ke sekolah. Ini suatu kehormatan bagi kami, selaku para Guru di sini," tukas Mamad sambil tertawa lebar.
Devan hanya tersenyum tipis.

"Iya, Mas Devan. Sudah lama lho, Mas Devan nggak pernah ke sekolah. Ya kurang lebih, sejak Mas Devan lulus dari sini, hehe.." Bimo ikut menimpali.
Keduanya tampak begitu menyanjung Devan. Para guru lain pun ikut nimbrung. Hanya Renita saja yang masih diam menyimak.

"Saya ke sini mau menemui seorang siswi di sini," ucap Devan tanpa mengurangi wajah anggkuhnya. Mamad dan Bimo saling pandang heran

"Siswi di sini? Siapa Mas?" Bimo langsung buka suara.
Mamad dan guru lainnya hanya menyimak dengan wajah antusiasnya.

"Siswi kelas XII IPA. Namanya Alicia Michaela Prahadie," jawab Devan datar.
Mamad dan Bimo kembali saling pandang, juga para guru lainnya yang tampak heran.

"Alicia, itu murid kamu kan, Bu Renita?" tanya Bimo sambil menoleh pada Renita yang sedang berdiri di sebelahnya.

"Iya, Pak." Renita Mengangguk. Namun dia juga agak heran, untuk apa Devan ingin menemui Alice. Gadis itu muridnya yang paling cerdas, apakah Devan akan menawarkan beasiswa? Pertanyaan demi pertanyaan mulai bermunculan di kepalanya.

"Tolong panggilkan dia. Saya mau bertemu dengannya," perintah Devan dengan ekpresi seolah sedang menyuruh pelayan di rumahnya saja. Mamad segera menoleh pada Renita, dan guru perempuan itu pun langsung meninggalkan ruangan.

***

Alice tampak sedang berada di kelas kala Renita tiba-tiba datang. Celsea dan Alice saling pandang heran saat wali kelas mereka itu meminta Alice untuk ikut dengannya ke ruangan kepala sekolah. Ada apa ini? Jangan-jangan pihak sekolah sudah mengambil keputusan tentang beasiswa kuliah itu. Alice mulai gelisah sambil mengikuti langkah flatsoes Renita menuju ruangan paling ujung di sekolahnya.

"Ayo masuk, Alice." Renita membuka pintu ruangan itu usai menoleh padanya.
Jantung Alice mulai berdebar. Terlebih saat ia melihat sosok lelaki yang sedang duduk di sofa bersama para guru lainnya.

'Kak Devan?'guman Alice dalam hati

Astaga, ada apa ini? Apakah Devan telah mengatakan sesuatu pada kepala sekolah? Kenapa semua guru menatapnya agak aneh. Alice menelan salivanya dengan perasaan gusar. Sembari berjalan di belakang Renita, Alice berusaha memalingkan wajahnya ke semua arah. Dia sangat gugup melihat tatapan Devan padanya.

"Ini anaknya, Mas Devan. Alice termasuk murid favorit saya," tukas Renita sambil tersenyum pada Alice. Sedangkan Alice hanya memasang wajah herannya. Dia masih bingung kenapa Devan ada di ruangan kepala sekolah.

"Wah, cantik sekali murid Bu Renita ini," timpal Bimo sambil tersenyum lebar.

Devan menaikan sudut bibirnya dengan tatapan sinisnya pada Alice. Gadis itu segera memalingkan wajahnya jauh-jauh. Sial! Jantungnya terasa seperti mau copot karenanya.

"Baiklah, tinggalkan kami berdua." perintah Devan sukses membuat semua guru saling pandang heran. Apa maksud lelaki itu? Kenapa dia ingin berdua'an dengan Alice? Semua pertanyaan itu muncul di benak mereka. Namun tak seorang pun yang berani berucap.

"Tentu saja, Mas Devan. Silahkan," tukas Mamad yang langsung berdiri sembari tertawa kecil disusul oleh para guru lainnya.
Renita menoleh pada Alice sebelum ia meninggalkan ruangan. Beragam pertanyaan kembali bermunculan di kepalanya. Ada perlu apa Devan dengan Alice?

Alice masih berdiri sambil meremas tepi rok pendek sekolahnya. Semua guru sudah keluar. Kini hanya tinggal dirinya dan lelaki bejat itu, yang masih duduk di sofa sambil menatapnya dengan menyeringai.

"Sini kamu." Devan memintanya untuk duduk di sampingnya.
Alice memalingkan wajahnya sambil memejamkan matanya. Ya Tuhan, apa yang akan dilakukan lelaki itu di ruangan kepala sekolah begini? Alice masih ragu untuk mendekat. Devan tersenyum seringai lagi padanya. Sialan, gadis itu tidak merespon ucapannya tadi. Dia menjadi kesal.

"Aku bilang, sini kamu!" Devan mulai berteriak.
Alice sangat tersentak sampai terperanjak, dia pun mulai mendekat perlahan.

"Bagus. Sekarang buka seragam kamu," pinta Devan begitu santainya. Alice menoleh padanya. Dia sangat kaget sampai mulutnya kebuka tanpa suara

"Nggak denger? Aku bilang, buka seragam kamu!" Devan kembali membuatnya tersentak

"Tapi Kak, ini di ruangan kepala sekolah. Aku ..." Alice tak bisa melanjutkan ucapannya karena lelaki si sampingnya itu segera membungkam mulutnya dengan ciumannya.
Alice bersandar pada sandaran sofa, dan Devan mulai melakukan aksinya.

Jari-jemari Alice meremas ujung bantal sofa yang menopang kepalanya. Sungguh gila! Devan melakukannya di ruangan kepala sekolah. Alice memejamkan matanya menahan perasaan yang sedang Devan berikan. Dia membiarkan lelaki itu memberikan protein untuk bayinya.

"Aah Alice," desah Devan seraya meliarkan bibirnya pada ceruk leher Alice, dengan miliknya yang masih menacap di bawah sana. Entah apa yang ada di otaknya. Tiba-tiba saja dia sangat ingin berhubungan dengan gadis SMA itu usai menonton sebuah video panas di laptopnya. Memang gila! Dia sampai datang ke sekolah untuk mendapatkan kenikmatan itu. Persetan dengan apa pun! Lagipula siapa yang berani menghardiknya. Bahkan semua guru pun begitu menghormatinya, bukan?

"Kak ...," desah Alice setelah keduanya sama-sama telah sampai.
Setan apa yang sudah merasukinya. Kenapa dia mau saja menuruti keinginan gila lelaki itu. Entahlah, sejak mengandung bayi Devan, Alice pun terkadang sering menginginkan sentuhan lelaki bejat itu. Bahkan dia tampak menikmatinya tadi.

"Pakai seragam kamu, kita akan segera pulang," perintah Devan sembari membenahi kancing kemejanya.
Alice hanya mengangguk sambil mengenakan jas sekolahnya.

***

Para guru masih berdiri di depan pintu dengan wajah-wajah yang mulai gelisah. Apa yang sedang Devan dan Alice lakukan di dalam sana? Sudah satu jam lebih berlalu. Hh, mereka sungguh sangat penasaran.

Pintu ruangan itu mulai terbuka. Para guru menoleh serempak ke arah pintu. Tampak Devan sedang berdiri sejajar dengan Alice. Dan tangan lelaki itu tampak menggenggam erat jemari mungil Alice. Renita menatap muridnya itu dengan intens. Ya, kancing seragam Alice tampak agak terkoyak. Dan tanda merah pada lehernya itu cukup menjelaskan semuanya. Apa yang baru saja mereka lakukan di dalam sana.

"Kalian sudah boleh masuk," tukas Devan dengan ekpresi acuhnya. Semua guru masih tampak heran. Namun sebelum mereka melontarkan unek-uneknya, Devan langsung menyeret Alice pergi menuju mobilnya. Pelajaran belum usai, mau kemana mereka? Renita memandangi punggung keduanya.

"Ayo masuk!"
suara Mamad mengagetkan Renita. Dia segera menyusul para guru lainnya.

"Pak Mamad, Alice masih harus mengikuti pelajaran. Tapi Mas Devan mau membawanya kemana?" tanya Renita sambil memasang wajah cemas pada Mamad

"Bu Renita, Mas Devan itu adalah putera tunggal Pak Anthony Raiden Gumilang, pemilik yayasan ini. Saya tidak bisa melarangnya," pungkas Mamad.

Renita menelan salivanya. Apa-apaan ini? Pelecehan terjadi di ruang kepala sekolah, tapi pihak sekolah tampak biasa saja. Apakah sebegitu hebatnya keluarga Gumilang itu?

____ll____

~Wihh, penasaran khann? Kuy baca selengkapnya di Aplikasi Wattpad. Chapter lengkap dan sudah tamat.
Othor tunggu kedatangan Agan yaa... see uuu...
agnesamelia2904
master.nikob165
phyu.03
phyu.03 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.9K
12
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Buku
Buku
icon
7.7KThread4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.