Dulu ketika aq masih Aliyah/MA saudara qu yang masih keturunan sunan Giri Dan Sunan Ampel bertanya kepada qu,
*"zi nak sampean oleh bojo wong Bangkalan meduro noo piye?? "*
Saat itu aq masih fanatik, aq mengatakan
*" Moh lek (paman),aq gk gelem ro wong meduro"*
aq lupa alasan nya😅 belakang Ini hal semacam itu berubah (aq malah di beri rasa cinta pada keturunan orang madura asli, yakni orang bangkalan) adakalanya Allah memberitahu hikmah Nya melalui hal yang terjadi di waktu yang akan datang seperti kisah qu ini. perubahan itu di dukung ketika dulu aq mendengar kan ungkapan Almarhum seorang Guru Mursyid Thoriqoh Qodiriyah Naqsyabandiyah (TQN) yakni kiai qu sendiri yang
*membahas tentang cinta sesuai etika dalam tasawuf*.
aq berubah pandangan bahwa suatu saat nanti siapapun yang menjadi istri qu baik itu orang madura atau manapun, aq akan menerima nya dengan ikhlas dan aq usahakan untuk memuliakan nya karena hakikatnya sama "hamba" Untuk saling mengasihi untuk mendapatkan ridho-Nya. Kalau yang qu fahami
*"cinta iku gak cukup, yen gak di barengi asih ngasihi/saling kasih sayang"*