Bulan oktober sudah banyak sekolah mulai menerapkan tatap muka, dan hasilnya cukup mengejutkan. Siswa-siswi yang biasa belajar online di rumah ketika mulai melakukan pengajaran kembali secara konvesional hasilnya banyak yang tak mengerti pelajaran yang sudah mereka pelajari selama 2 tahun belakangan ini.

Guru-guru juga agak susah untuk memberikan pengajaran agar murid cepat mengerti, sistem online membuat anak-anak menjadi lebih bodoh dan yang pintar adalah ibunya karena banyak dari mereka yang mengerjakan pelajaran dirumah adalah orang tua.



Entah alasannya apa, entah itu biar cepet beres, biar dapat nilai yang bagus, bahkan tidak hanya orang tua saja anak-anak bahkan lebih suka bertanya pada google. Jadi tinggal salin dan beres soal yang diberikan guru dalam pelajaran online.

Terlebih buat anak-anak yang baru kelas satu dan dua SD, di masa pandemi mereka tidak ada pengajaran di Taman Kanak-Kanak karena terkendala kerumunan maka mendaftar Sekolah Dasar pun harus menggunakan online, hasilnya si anak yang dahulu guru kelas satu SD tidak harus banyak mengajarkan huruf dan baca tulis, maka saat ini ada saja dari muridnya yang masih buta baca dan tulis maka guru harus bekerja lebih ekstra lagi.



Begitu juga dengan siswa yang dari awal masuk hingga naik kelas tidak pernah bertemu dengan teman sebangkunya, bahkan untuk siswa SMK yang harus banyak praktek dibandingkan teori akan kesusahan untuk menyerap ilmu dari yang diajarkan sekolah.

Bayangkan bila kamu sekolah tehnik mesin tapi sama sekali tak pernah megang mesin, hanya tau dari gambar dan teori ini dan itu hasilnya sudah pasti kualitas murid akan jauh menurun dari tingkat kelas yang ia capai.



Untuk golongan SMP dan SMU juga pasti mengalami kendala yang serupa, terlebih mereka yang lulus dimasa pandemi ujungnya sudah pasti pengangguran karena banyak produksi terhenti, pabrik-pabrik tutup dan tidak memperkerjakan karyawan yang full.

Ijazah seakan hanya jadi pajangan usang, tak bisa dipakai untuk mencari rezeki padahal untuk menempuh pendidikan itu perlu waktu dan biaya yang tak sedikit. Namun penyerapan tenaga kerja terhambat karena pandemi, dan juga bersaing dengan adanya WNA yang banyak datang ke Indonesia karena perjanjian kerjasama yang sudah disepakati.



Namun untuk sektor SDM siap pakai sekolah kejuruan yang paling terdampak karena lulusan mereka tidak siap pakai, ilmu yang dipelajari ternyata tidak membuat mereka jadi ahli tanpa bimbingan guru karena hanya online. Ini semua efek pandemi yang cukup lama.

Tak heran bila sekolah tatap muka ternyata sangat penting, selain dapat berinteraksi dengan kawan dan guru namun praktek ilmu yang sudah dipelajari langsung akan cepat diserap oleh pikiran dibandingkan dengan online yang membuat pembelajaran kurang optimal.





Bagaimana untuk kamu yang menjadi orang tua, siswa dan juga guru apa keluhan di hari pertama sekolah tatap muka?

Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, bila ada kritik silahkan disampaikan dan semoga thread ini bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. See u next thread.







"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2021
referensi : klik
Pic : google