- Beranda
- Wedding & Family
Galau: Gelisah antara Lanjut atau Udahan. Bijak Memutuskan, Tetap Tinggal atau Pergi?
...
TS
elvici
Galau: Gelisah antara Lanjut atau Udahan. Bijak Memutuskan, Tetap Tinggal atau Pergi?
Bagaimana kamu memutuskan untuk tetap tinggal, atau pergi; penjelasan hubungan antara toxic relationshipdengan fight or flight response; serta bagaimana memilih untuk menetap ketika kamu ingin pergi
Apa itu Fight or Flight Response?
Pada keadaan dengan pernyataan: "Aku mencintainya tanpa syarat meskipun dia sering menyakiti hatiku" atau "Sikapnya membuatku tidak bisa memaafkannya lagi" terlihat sebagai keputusan yang cukup jelas. Tetap tinggal, atau pergi. Namun, di antara keputusan itu, ada area abu-abu tempat dari semua alasanmu untuk tetap tinggal meskipun terkadang tidak bahagia, dan semua alasan yang harus kamu tinggalkan meskipun terkadang bahagia.
Orang yang memilih meninggalkan suatu hubungan setelah melewati segala perdebatan di atas, mungkin akan mengalami fobia komitmen atau lazim disebut relationship anxiety. "Penyebab fobia komitmen sama beragamnya dengan orang yang menderita itu," tulis John Grohol, Psy.D. Dia telah menemukan bahwa banyak orang dengan fobia komitmen enggan untuk berkomitmen pada hubungan romantis kembali karena pengalaman buruk mereka sebelumnya, atau yang telah mereka saksikan, seperti perceraian orang tua.
Penyebab umum lainnya termasuk: takut hubungan berakhir tanpa ada tanda-tanda, ketidakmampuan untuk menentukan dan memercayai bahwa ini adalah hubungan yang "benar", hubungan yang tidak sehat sebelumnya (pengabaian, perselingkuhan, pelecehan, dll.), atau trauma masa kecil seperti besar dan tumbuh di tengah keluarga yang rusak.
Orang-orang dengan fobia komitmen biasanya ingin berada dalam hubungan jangka panjang, tetapi kecemasan mereka mengalahkan keinginan itu. Pada beberapa kasus, ada yang benar-benar mencegah dirinya terlibat hubungan romantis sama sekali. Sebagian lagi mungkin berkomitmen pada awalnya, tetapi hanya tinggal dalam hubungan jangka pendek, selama hitungan hari atau minggu saja. (Grohol, 2015)
Ketika suatu hubungan menjadi sulit, kamu sering tergoda untuk menyalahkan diri sendiri, pasangan, atau keduanya. Sibuk menyalahkan itu membuat kamu tidak lagi melakukan hal yang diperlukan oleh hubungan, tulis penulis buku percintaan, Linda dan Charlie Bloom. Sebagian orang ada yang memulai hubungan baru sambil berharap kali ini akan berubah atau berbeda, atau menghindari hubungan sama sekali.
Namun, apa pun yang dipilih, kamu sedang melakukan hal untuk: menerima tanggung jawab atas kebahagiaanmu sendiri, meminta pertanggungjawaban diri sendiri, mengakui kemampuanmu untuk melakukan perubahan, melepaskan pikiran bahwa orang lain bertanggung jawab atas perasaanmu, mengampuni mereka yang telah mengecewakanmu, dan memaafkan diri sendiri atas kesalahan dan pilihanmu yang buruk, menjadi lebih membuka hati sambil memberikan keamanan dan kenyamanan diri sendiri, membuat dan menjaga komitmen untuk integritas diri sendiri, mengakui nilai-nilai dirimu dan menjalankan apa yang kamu pikir penting. (Bloom & Bloom, 2012)
Sejumlah mitos salah tentang relationshiptelah membuat sebuah hubungan yang kuat sekalipun menjadi sulit dipertahankan--bahkan tidak mungkin. Seperti beberapa hal umum ini:
Hubungan yang baik berarti kamu tidak perlu mengusahakannya
Hubungan yang baik mungkin tampak mudah, tetapi tetap saja membutuhkan perhatian. Lisa Blum, Psy.D, menjelaskan bahwa selama kedua pasangan berusaha dan melihat perubahan positif sedang dibuat, itu pertanda baik. Masalah muncul ketika kamu tidak bahagia karena tidak mendapatkan kadar kebahagiaan yang kamu standarkan, atau ketika hanya satu pasangan saja yang melakukan upaya.
Baca juga: Dia Memandangmu Pasangan atau Selingkuhan? Kenali Tanda-tandanya
Dia harus tahu bagaimana perasaanku
Tidak adil dan tidak realistis jika mengharapkan pasanganmu menjadi pembaca pikiran. Namun, apakah pasanganmu benar-benar mendengarkan kata-katamu saat kamu menyampaikan perasaan, sebaiknya itu yang dijadikan ukuran.
Jika keduanya benar-benar jatuh cinta, gairah tidak akan pernah pudar
Gairah surut dan mengalir dan belum tentu merupakan indikasi bahwa hubunganmu sedang dalam masalah. Blum mengatakan bahwa rutinitas harian dapat menjadi biang keladinya dan menyarankan pasangan menemukan cara untuk menciptakan waktu bagi satu sama lain.
Pertengkaran merusak hubungan
Sesuatu yang meruntuhkan hubungan justru jika memilih tidak menyelesaikan pertengkaran kalian. "Pertengkaran bisa benar-benar sehat, dan merupakan bentuk komunikasi yang penting dan membersihkan suasana," kata Blum. Pertengkaran juga bentuk dari usaha bagaimana kalian melawan masalah. Menunjukkan penghinaan pada pasangan melalui superioritas, kritik, tuduhan, atau penghinaan adalah tidak produktif. Argumen yang produktif termasuk keputusan bersama tentang bagaimana mengelola perselisihan. (Tartakovsky, Blum, 2016)
Terapi pasangan hanya untuk hubungan yang bermasalah
Sementara orang sering menunggu sampai mereka menderita untuk waktu yang lama sebelum mencoba terapi, terapi bisa lebih bekerja efektif pada saat tanda-tanda pertama konflik. Lebih mudah untuk mengatasi apa yang terjadi dan mengembangkan masalah sejak dini, sebelum pola negatif tertanam dan lebih sulit untuk berubah.
Referensi: mariadroste| Ilustrasi: google
Mempertahankan eksistensi yang bahagia dengan manusia lain memiliki tantangan, bahkan dengan seseorang yang sangat kamu pedulikan. Seperti semua di dunia ini, hubungan berubah seiring waktu dan pasti memiliki setidaknya beberapa masalah.
Hubungan dan Dorongan Fight or Flight Response
Apa itu Fight or Flight Response?
Pada keadaan dengan pernyataan: "Aku mencintainya tanpa syarat meskipun dia sering menyakiti hatiku" atau "Sikapnya membuatku tidak bisa memaafkannya lagi" terlihat sebagai keputusan yang cukup jelas. Tetap tinggal, atau pergi. Namun, di antara keputusan itu, ada area abu-abu tempat dari semua alasanmu untuk tetap tinggal meskipun terkadang tidak bahagia, dan semua alasan yang harus kamu tinggalkan meskipun terkadang bahagia.
Orang yang memilih meninggalkan suatu hubungan setelah melewati segala perdebatan di atas, mungkin akan mengalami fobia komitmen atau lazim disebut relationship anxiety. "Penyebab fobia komitmen sama beragamnya dengan orang yang menderita itu," tulis John Grohol, Psy.D. Dia telah menemukan bahwa banyak orang dengan fobia komitmen enggan untuk berkomitmen pada hubungan romantis kembali karena pengalaman buruk mereka sebelumnya, atau yang telah mereka saksikan, seperti perceraian orang tua.
Penyebab umum lainnya termasuk: takut hubungan berakhir tanpa ada tanda-tanda, ketidakmampuan untuk menentukan dan memercayai bahwa ini adalah hubungan yang "benar", hubungan yang tidak sehat sebelumnya (pengabaian, perselingkuhan, pelecehan, dll.), atau trauma masa kecil seperti besar dan tumbuh di tengah keluarga yang rusak.
Orang-orang dengan fobia komitmen biasanya ingin berada dalam hubungan jangka panjang, tetapi kecemasan mereka mengalahkan keinginan itu. Pada beberapa kasus, ada yang benar-benar mencegah dirinya terlibat hubungan romantis sama sekali. Sebagian lagi mungkin berkomitmen pada awalnya, tetapi hanya tinggal dalam hubungan jangka pendek, selama hitungan hari atau minggu saja. (Grohol, 2015)
Ketika suatu hubungan menjadi sulit, kamu sering tergoda untuk menyalahkan diri sendiri, pasangan, atau keduanya. Sibuk menyalahkan itu membuat kamu tidak lagi melakukan hal yang diperlukan oleh hubungan, tulis penulis buku percintaan, Linda dan Charlie Bloom. Sebagian orang ada yang memulai hubungan baru sambil berharap kali ini akan berubah atau berbeda, atau menghindari hubungan sama sekali.
Namun, apa pun yang dipilih, kamu sedang melakukan hal untuk: menerima tanggung jawab atas kebahagiaanmu sendiri, meminta pertanggungjawaban diri sendiri, mengakui kemampuanmu untuk melakukan perubahan, melepaskan pikiran bahwa orang lain bertanggung jawab atas perasaanmu, mengampuni mereka yang telah mengecewakanmu, dan memaafkan diri sendiri atas kesalahan dan pilihanmu yang buruk, menjadi lebih membuka hati sambil memberikan keamanan dan kenyamanan diri sendiri, membuat dan menjaga komitmen untuk integritas diri sendiri, mengakui nilai-nilai dirimu dan menjalankan apa yang kamu pikir penting. (Bloom & Bloom, 2012)
Pertimbangan untuk Menetap Ketika Kamu Ingin Pergi
Sejumlah mitos salah tentang relationshiptelah membuat sebuah hubungan yang kuat sekalipun menjadi sulit dipertahankan--bahkan tidak mungkin. Seperti beberapa hal umum ini:
Hubungan yang baik berarti kamu tidak perlu mengusahakannya
Hubungan yang baik mungkin tampak mudah, tetapi tetap saja membutuhkan perhatian. Lisa Blum, Psy.D, menjelaskan bahwa selama kedua pasangan berusaha dan melihat perubahan positif sedang dibuat, itu pertanda baik. Masalah muncul ketika kamu tidak bahagia karena tidak mendapatkan kadar kebahagiaan yang kamu standarkan, atau ketika hanya satu pasangan saja yang melakukan upaya.
Baca juga: Dia Memandangmu Pasangan atau Selingkuhan? Kenali Tanda-tandanya
Dia harus tahu bagaimana perasaanku
Tidak adil dan tidak realistis jika mengharapkan pasanganmu menjadi pembaca pikiran. Namun, apakah pasanganmu benar-benar mendengarkan kata-katamu saat kamu menyampaikan perasaan, sebaiknya itu yang dijadikan ukuran.
Jika keduanya benar-benar jatuh cinta, gairah tidak akan pernah pudar
Gairah surut dan mengalir dan belum tentu merupakan indikasi bahwa hubunganmu sedang dalam masalah. Blum mengatakan bahwa rutinitas harian dapat menjadi biang keladinya dan menyarankan pasangan menemukan cara untuk menciptakan waktu bagi satu sama lain.
Pertengkaran merusak hubungan
Sesuatu yang meruntuhkan hubungan justru jika memilih tidak menyelesaikan pertengkaran kalian. "Pertengkaran bisa benar-benar sehat, dan merupakan bentuk komunikasi yang penting dan membersihkan suasana," kata Blum. Pertengkaran juga bentuk dari usaha bagaimana kalian melawan masalah. Menunjukkan penghinaan pada pasangan melalui superioritas, kritik, tuduhan, atau penghinaan adalah tidak produktif. Argumen yang produktif termasuk keputusan bersama tentang bagaimana mengelola perselisihan. (Tartakovsky, Blum, 2016)
Terapi pasangan hanya untuk hubungan yang bermasalah
Sementara orang sering menunggu sampai mereka menderita untuk waktu yang lama sebelum mencoba terapi, terapi bisa lebih bekerja efektif pada saat tanda-tanda pertama konflik. Lebih mudah untuk mengatasi apa yang terjadi dan mengembangkan masalah sejak dini, sebelum pola negatif tertanam dan lebih sulit untuk berubah.
Referensi: mariadroste| Ilustrasi: google
betiatina dan 45 lainnya memberi reputasi
46
12.7K
212
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Wedding & Family
8.9KThread•11.8KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya