Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sonnyaryaAvatar border
TS
sonnyarya
Nasib Keluarga DN Aidit Pasca Runtuhnya Partai Komunis Indonesia
Nasib Keluarga DN Aidit Pasca Runtuhnya Partai Komunis Indonesia

Pada tahun 1945 nama Dipa Nusantara atau lebih dikenal dengan DN Aidit menjadi perbicangan di tanah air. Hasil kongres yang dilakukan pada tahun itu menjadikan DN Aidit masuk menjadi salah satu anggota Central Comitee (CC) Partai Komunis Indonesia (PKI).

Kariernya yang cemerlang dalam dunia politik terutama di dalam internal partai membuatnya namanya melejit. Tanpa memakan waktu yang lama DN Aidit terpilih menjadi Sekretaris Jendral PKI.

Dibawah kepemimpinannya partai berlambang palu arit itu menjelma menjadi partai yang amat disegani di tanah air. bahkan menjadi partai komunis terbesar ketiga di dunia di bawah Uni Soviet dan Tiongkok.

Kemampuan DN Aidit dalam memimpin tidak lepas dari latar pendidikan dan pengalamannya.

Dikutip dari Wikipedia, pria kelahiran Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, 30 Juni 1923 itu pergi mengadu nasib ke Jakarta pada tahun 1940.

Saat masih kanak-kanak, DN Aidit sempat mengenyam pendidikan di negara Belanda.

Ayahnya, Abudullah Aidit adalah seorang pemimpin gerakan pemuda di Belitung pada saat zaman kolonial. Ayah DN Aidit sempat menduduki kursi anggota dewan mewakili Kabupaten Belitung.

Abdullah Aidit juga seorang pendiri perkumpulan keagamaan yang berorientasi kepada Muhammadiyah yang diberi nama “Nurul Islam”.


Keluarga Aidit sendiri merupakan orang asli Maninjau, Agam, Sumatra Barat.
Saat berada di Jakarta DN Aidit mendirikan sebuah perpustakaan yang diberi nama “Antara”. Perpustakaan tersebut berlokasi di Tanah Tinggi, Senen, Jakarta Pusat.
DN Aidit pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Dagang “Handelsschool”.

Melalui Perhimpunan Demokratik Sosial Hindia Belanda yang kemudian berubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI), DN Aidit memperoleh banyak ilmu politik Marxis.

Dalam kancah politiknya DN Aidit juga membangun relasi dengan banyak tokoh-tokoh yang menjadi tokoh penting dalam perjalanan pemerintahan Indonesia. Yakni Adam Malik, Chaerul Saleh, Bung Karno, Bung Hatta, serta Muhammad Yamin.

Menurut dari sejumlah sahabatnya, DN Aidit memiliki hubungan yang erat dengan Mohammad Hatta. Tetapi seiring berjalannya waktu hubungan mereka mulai renggang dikarenakan memiliki visi politik yang berbeda.


DN Aidit juga seorang pendukung setia Presiden Soekarno. Meskipun ia seorang Marxis yang merupakan anggota Komunis Internasional (Komintern) sedangkan soekarno adalah seorang yang berpaham Marhaenisme, DN Aidit tetap setia mendukung sang presiden pertama tersebut. Bahkan ia membiarkan partainya berkembang tanpa menunjukan keinginan merebut kekuasaan. Karena dukungan penuhnya terhadap Soekarno, DN Aidit berhasil menduduki jabatan Ketua di PKI.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai ketua, Aidit mengembangkan berbagai program untuk sejumlah kelompok masyarakat. Antara lain Pemuda Rakyat, Gerwani, Barisan Tani Indonesia (BTI) dan Lekra.

Dan peristiwa G30S/PKI pun terjadi. Peristiwa penculikan dan pembunuhan yang dilakukan kelompok militer Let.Kol.Untung. DN Aidit yang merupakan tokoh PKI menjadi buronan karena dianggap bertangguang jawab atas peristiwa tersebut.
PKI dan DN Aidit dituduh sebagai dalang atas peristiwa tersebut. Akibatnya DN Aidit beserta anggota PKI lainnya menjadi buronan TNI AD.

Setelah peristiwa G30S/PKI kehidupan DN Aidit berubah. Bukan hanya dirinya, keluarga terutama anak beserta istri juga harus menerima dosa dari kejahatan yang DN Aidit perbuat.

Berikut kisah keluarga DN Aidit pasca G30S/PKI yang dikutip dari buku ‘Aidit: dua wajah Dipa Nusantara’ seri buku Tempo: Orang Kiri Indonesia.

1. Ayah dari DN Aidit

Pada malam tanggal 30 September 1965, ayahanda dari DN Aidit, Abdullah Aidit sedang menginap di rumah sang anak. Saat kejadian tersebut Abdullah melihat anaknya dibawa pergi oleh tiga tentara bersama dengan pengawal pribadinya yang bernama Kusno.

Abdullah sebenarnya sudah menetap di Belitung saat peristiwa G30S/PKI terjadi.
Saat hari dimana kelima Jendral yang diculik dan dibunuh oleh Let.Kol.Untung ditemukan, banyak orang yang mendatangi rumah DN Aidit sambil berteriak.
3 tahun setelah peristiwa G30S/PKI Abdullah Aidit jatuh sakit. hingga kemudian jenazah Abdullah ditemukan membusuk di kediamannya sendiri.

2. Adik DN Aidit

Adik DN Aidit, Basri Aidit sedang merampungkan pekerjaannya di kantor Central Comitte PKI di Kramat, Jakarta pusat saat peristiwa G30S/PKI terjadi.

Basri kemudian ditangkap dan dijebloskan ke penjara Kramat sehari setelah kejadian. Pada tahun 1969, Basri diasingkan ke pulau Buru  yang pada akhirnya Basri menjalani sisa-sisa hidupnya menjadi pengajar bahasa inggris di kota Bogor.

3. Istri DN Aidit

Terjadi pertengkaran antara DN Aidit dan sang istri Tanti saat DN Aidit dijemput oleh sekelompk tentara. Tanti menginginkan Aidit untuk tetap berada dirumah dan tidak menuruti kemauman sekelompok tentara tersebut. Walaupun begitu DN Aidit tetap pergi.

Baca juga : G30S/PKI dan Makna Pengibaran Bendera Setengah Tiang


Tiga hari setelah penjemputan DN Aidit oleh sekelompok tentara, Tanti beserta ketiga anak DN Aidit pergi meninggalkan rumah untuk menyusul sang suami ke Boyolali. Di Boyolali Tanti bertemu Bupati Boyolai yang juga merupakan tokoh PKI.
Setlah pertemuan tersebut Tanti dan sang bupati pergi ke Jakarta dan menyamar sebagai pasangan suami istri

Hingga penyamaran tersebut terbongkar dan keduanya akhirnya ditangkap. Selama menjalani masa tahanannya Tanti berulangkali dipindahkan sampai tahun 1980. Tanti selama masa penahanannya pernah mendekam di Rutan Kodim 66 dan Penjara Bukit Duri.

Setalah selesai menjalani masa tahanannya Tanti sempat membuka praktek dokter. Kemudian pada tahun 1991 Tanti meninggal dunia karena sakit yang diidapnya.

4. Anak DN Aidit

Nasib yang kurang mengenakan juga dialami anak DN Aidit, Ilham Aidit. Saat peristiwa G30S/PKI Ilham masih berusia 6,5 tahun.

Saat itu Ilham pernah melihat tulisan yang bertuliskan “Gantung Aidit” yang membuat dirinya sempat mengalami trauma dan minder.


“Entah kenapa seperti ada yang berbisik pada waktu itu, kalau mulai hari ini hidup saya akan lebih sulit,” jelas ilham dikutip dari Tribun Kaltim.

Ilham Aidit juga menceritakan bagaimana kegiatan kesehariannya dengan DN Aidit sebelum peritiwa G30S/PKI.


Ilham akhirnya diadopsi oleh sepasang suami istri. Meskipun sudah memiliki keluarga baru Ilham Aidit selalu mendapatkan ejekan dari teman-teman sekolahnya dengan sebutan ‘Aidit Gantung’.

Kehidupan Ilham Aidit saat remaja begitu berat. Bahkan Ilham sempat menghapus nama Aidit dibelakang namanya karena dosa sang ayah yang harus ditanggungnya

Klik disini!!! Untuk mengetahui berita dan isu politik dalam negeri lainnya
Diubah oleh sonnyarya 01-10-2021 14:09
hantupuskom
Cosmoflip
fachri15
fachri15 dan 5 lainnya memberi reputasi
-2
3.7K
60
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Citizen Journalism
Citizen JournalismKASKUS Official
12.8KThread4.7KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.