Kukila Karsa
Esok Bila Ayah Tiada
Assalamualaikum Warokhmatullahi Wabarokatuhu Gansist yang selalu berbahagia di manapun kalian berada. Ane kembali lagi ngaskus untuk ngeriview sebuah buku yang bakal bikin pembacanya menemukan arti hidup. So, buat Gansist yang lagi galau, lagi merenung atau mencerna kenapa hidup begini? Misalnya, mungkin Gansist perlu membuka mata dengan membaca.
Konon membaca adalah jendela dunia dan konon hanya orang-orang yang kuat atau maaf diberikan kekuatan oleh Tuhanlah yang bisa bertahan dan selalu bersemangat untuk melanjutkan hidup.
Quote:
Usai badai, kukila kecil belajar bagaimana bertahan dan melanjutkan hidup. Sebagian yang lain terkapar mati dalam sisa-sisa badai tak mampu melanjutkan. Demikian pula yang terjadi dalam hidup-mu, hidupku, hidup kita semua, bertahan atau terkapar mati.
Buku Kukila Karsa ini sekilas bahasanya kayak curhatan ya, Gansist. Namun ehmmm ... maknanya luar biasa. Based of true story jadi ngena di hati.
Ayahku pun sama, terhantam badainya sendiri. Setelah gelombang lain berlalu, pada akhirnya badai itu hadir di saat dan dengan cara yang tak terduga-duga. Ini tentangnya, tentang burung kecil dalam badai, dan sama seperti kukila bertahan, selalu ada karsa di luar mata badai yang tak selalu sama.
Intra Axia atau bahasa sederhananya adalah tumor otak. Cara kedua orang tersayang sang penulis pergi. Ivan Tirdianata merupakan penulis yang berhati lembut dalam pandangan ane. Hingga kepergian sang ayah dan editornya menjadikan inspirasi buat kak Ivan (sapaan ane pada penulis) untuk membuat buku berjudul Kukila Karsa.
Mungkin Gansist bertanya, apa itu Kukila Karsa? Kukila menurut kak Ivan adalah nama atau sebutan pada burung kecil yang terdampar pada badai. Sedangkan karsa adalah hikmah suatu kejadian. Jadi selalu ada karsa setiap badai itu datang, lalu kemudian pergi.
Quote:
Ane sendiri sudah memberikan komentar secara pribadi tentang buku Kukila Karsa sebelum buku ini dicetak. Hal ini karena ane merupakan salah satu beta reader buku Kukila Karsa.
Abang yang Nusantara, Ayah yang hebat mampu bertahan, meski pernah dipisahkan takdir dengan sosok orang tua lelakinya. Surat Ayah sebelum kepulangannya dari aksi pemberontakan GAM juga seluruh perabot rumah yang dijual. Bertanggung jawab atas segala perasaan dan karena burung biru itu juga mengabarkan kalau Ayah masih hidup dalam aliran darah dan tubuh sang anak. Ayah aku ikhlas. Membacanya aku diajak menelanjangi kehidupan tiga generasi. Lebaran Ayah denagan Kakung yang membuatku menangis. Berjanjilah untuk mempertahankan–tentang nasib anak setelah perceraian. Makan daging ular, biawak, rusa, juga ular yang mengembangkan kepalanya di teras rumah. "Pernikahan itu bukan tentang anak. Yang penting kalian bahagia ...." Aku turut bersyukur atas sosok Ayah yang begitu pahlawan. Terimakasih untuk Kukila Karsa. Buku juara serupa petualang mengarungi takdir–memaknai hidup tentang pilihan, perjuangan, dan cinta_Warna Senja. (catatan; warna senja adalah nama pena ane)
Aku pribadi bukan ahli astrologi, tapi rasanya kalau terus-terusan berada di antara badai seperti ini, siapa pun pasti akan terbawa pusarannya yang mematikan. Firasatku sore itu buruk, kupandang lagi Grizelda,masih tertidur. Awan hitam bergulung semakin menyeramkan. (catatan; Grizelda adalah anak perempuan kak Ivan)
Quote:
Pengertian Kukila Karsa
Kukila Karsa, batinku, burung-burung yang terbang setelah badai biasanya ke sana kemari merayakan sambungan napas dengan pengharapan yang ditempel di ujung paruh-paruh mereka, mematuk satu dua titik biji kecil, lalu terbang ke sangkar mereka.
Quote:
Memang banyak yang kupikirkan ketika mengemudi, biasanya hal-hal aneh, yang satu duanya kucatat dalam note dan menurunkannya sebagai ide gagasan atau sekadar menjadi catatan note saja.
Quote:
Salah satu ide membuat buku Kukila Karsa
Kukila Karsa, berangkat dari sana, pikiranku pun melayang-layang tentang burung-burung kecil yang hinggap kedinginan setelah diterjang badai. Mata mereka terbuka dan tertutup, tubuh mereka menggigil dibalik bulu-bulu lembut yang mekar. Tidak ada yang berkicau di antara mereka, hanya bayi-bayi burung yang kelaparan dalam sangkar, mengintip sampai hampir tersandung dan jatuh ke tanah bekas badai.
Pikiranku sungguh rumit, kadang aku tidak sanggup menggapainya, kadang aku butuh waktu mencerna semuanya, tipikal penulis yang punya banyak ide, tapi tidak sanggup menumpahkan semuanya.
Quote:
Terdapat Hikmah Tentang Mendidik Anak dalam Buku Kukila Karsa
"Anak laki-laki harus bisa pakai parang. Nanti kalau sudah sembuh, kita belajar potong kayu," kata Ayahku.
Aku mengangguk. Dia tersenyum, dengan kerlingan mata menggoda karena tahu itu tak akan mudah. Langkah Ayah terhenti di depan sebuah pohon rambutan yang sebagian batangnya diserang penyakit keputihan, semacam benalu pada kulit tanaman. Hal tersebut pernah kupelajari dari buku biologi abangku tahun lalu, saat dia masih kelas 2 SMA.
Tanpa ragu, Ayah menyuruhku mundur dari tempatku, dan diamengayunkan tangannya ke batang kayu dengan cepat. Sekali tebas, setengah batangnya terpotong. Ditariknya keluar, dan ditebaskan lagi sebanyak tiga kali. Batang pohon rambutan itu ambruk, ranting dan daunnya seperti anggota tubuh manusia yang pingsan.
Quote:
Ane menangis tersedu-sedu saat membaca bab 9
Pada bab 9 buku Kukila Karsa ini berjudul Anak yang Dipisahkan Takdir.
Ayahku adalah anak kecil yang merindukan Ayahnya. Saat masih balita, ibhnya berpisah dengan sang Ayah. Bersama Budeku, Prapti dan Pakdeku Ryanto, Mbah Uti membawa Ayah, anak bungsunya dengan rambut sedikit memerah dan kulit putih terlihat tidak biasa di dalam kapal besar.
Selama berminggu-minggu, mereka baru sampai di ujung Sumatera, di salah satu pelosok Aceh Tengah yang nantinya dikenal sebagai daerah Pondok. Ayahku masih terlalu kecil untuk memahami arti perceraian. Dia tumbuh dan beranjak besar, bertemu Mamaku lewat sebuah perjodohan singkat, lalu menikah.
Quote:
Seperti halnya hari yang dihabiskan dengan baik, membawa tidur yang membahagiakan, demikian juga hidup yang dihabiskan dengan baik membawa kematian yang membahagiakan
-Leonardo da Vinci -
Akhirnya kak Ivan Tirdianata menulis buku Kulika Karsa untuk mengenang betapa singkatnya hidup, betapa terbatasnya waktu yang dia punya bersama sang Ayah. Melalui buku Kukila Karsa inilah dia ingin berbagi buah pemikirannya tentang arti hidup yang begitu fleksibel.