Dalam Konferensi Forum Rektor Indonesia yang ditayangkan di Youtube, Universitas Gajah Mada. Presiden Joko Widodo menyampaikan permintaan kepada perguruan tinggi untuk melibatkan berbagai industri dalam mendidik para mahasiswa agar mampu bersaing dalam pasar kerja di era yang kian terbuka dan terglobalisasi ini.
“Ajak industri ikut mendidik para mahasiswa sesuai dengan kurikulum industri, bukan kurikulum dosen, agar para mahasiswa memperoleh pengalaman yang berbeda dari pengalaman di dunia akademis semata," ungkap beliau. (
http://kompas.com(27/7)).
Pendidikan di perguruan tinggi sejatinya adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Dengan kata lain, pendidikan di tingkat tersebut diharapkan mampu mencetak intelektual-intelektual yang ahli dalam bidangnya. Tentu saja demi terwujudnya kemajuan bangsa.
Namun, sayang sekali kurikulum pendidikan saat ini malah diarahkan untuk menjadi kurikulum industri, yang tujuannya untuk menyiapkan alumni kampus agar bisa memenuhi tuntutan industri.
Hal ini menunjukan bahwa fokus pendidikan hanya untuk menjadikan para mahasiswa sebagai calon tenaga kerja yang akan berkontribusi dalam kelangsungan bisnis-bisnis korporasi. Cita-cita mahasiswa dialihkan dari mempelajari dan mendalami ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan umat, menjadi hanya ingin selesai kuliah supaya bisa kerja dengan harapan terbebas dari hidup melarat.
Bekerja sesuai dengan apa yang didalami saat belajar di perguruan tinggi tentu boleh saja. Namun, jika hanya itu tujuannya. Dan hal itu dipertahankan dalam jangka panjang. Bisa saja Indonesia akan kehilangan keberadaan sumber daya manusia (SDM) yang pakar dan ahli. Sama sekali tak bisa berinovasi, dan hanya menjadi buruh di negeri sendiri.
Sementara itu, dalam kenyataannya setelah menyelesaikan pendidikan di bangku kuliah. Para alumni perguruan tinggi yang terdidik dengan kurikulum industri pun tetap saja harus berjuang keras untuk bisa memenuhi kebutuhan ekonomi. Lowongan pekerjaan yang tak seberapa pun bahkan diisi oleh pekerja yang bukan dari bumi pertiwi.
Sangat miris. Begitulah sistem sekuler kapitalis yang tampak sekali gagal dalam merealisasikan hal yang bahkan direncanakan sendiri. Aturan yang dibuat hanya mementingkan keberlangsungan keentingan korporasi. Sementara rakyat, tak mendapatkan haknya secara pasti.
Tentu berbeda dengan sistem islam. Di mana pendidikan memang ditujukan untuk menyiapkan generasi berprestasi.
Agar bisa berkontribusi untuk negeri. Bukan hanya untuk memperkaya diri. Dipersiapkan untuk menjadi pribadi yang bertakwa. Bukan hanya siap kerja.
Pendidikan juga menjadi hal yang mudah dijangkau. Karena negara langsung yang memfasilitasi. Biaya murah, kurikulum yang selalu terikat pada hukum syara. Adapun hal yang dipelajari, diharapkan mampu berpengaruh dalam kehidupan. Menjadi ilmu yang mampu mengantarkan setiap pribadi pada surga yang abadi.