- Beranda
- Stories from the Heart
[CURHAT] Depresi karena ABORS* setelah dihamili FWB
...
TS
kutilkuda1202
[CURHAT] Depresi karena ABORS* setelah dihamili FWB
NOTE: Kisah ini adalah kisah nyata dari seorang narasumber yang mengirim pesan kepada TS. TS hanya menuliskan kembali dan menyamarkan nama serta alamat. Semua ini demi privasi narasumber.
Haloooooo teman teman kaskusers semuanya.. kembali lagi KUTILKUDA hadir dengan kisah nyata dari teman-teman, keluarga, relasi dan juga sahabat online yang curhat ke TS. Kali ini ada DM kisah nyata dari sobat online TS. Semoga bisa menjadi pembelajaran buat kita semua. Selamat membaca....
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Haloooooo teman teman kaskusers semuanya.. kembali lagi KUTILKUDA hadir dengan kisah nyata dari teman-teman, keluarga, relasi dan juga sahabat online yang curhat ke TS. Kali ini ada DM kisah nyata dari sobat online TS. Semoga bisa menjadi pembelajaran buat kita semua. Selamat membaca....
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Perkenalkan namaku EVIS. Aku seorang wanita yang telah berusia 29 tahun. Pekerjaanku setiap hari hanyalah seorang tukang sapu (office girl) di sebuah kantor kredit motor dan keuangan di kecamatan tempat aku tinggal. Di kesempatan kali ini, aku ingin menceritakan kisah hidupku yang sebenarnya membuatku enggan untuk membicarakannya. Jangankan membicarakannya, saat mengingat saja pun aku sudah muak rasanya. Tetapi setelah aku pikir-pikir, bila aku hanya diam saja, sepertinya akan ada banyak orang yang bisa saja jatuh dan mengalami problema yang sama sepertiku.
Di usiaku yang menginjak 29 tahun ini, aku belum menikah dan sepertinya tidak akan menikah. Aku mengalami trauma mendalam mengenai pernikahan. Mengapa? Karena aku pernah melakukan dosa besar dan membuatku depresi. Aku pernah menggugurkan kandunganku di saat usiaku masih 21 tahun. Dan semenjak itu aku mengalami trauma secara pribadi perihal seks dan relasi. Semuanya berawal dari kisah percintaan remaja yang aku jalin bersama Mas Tian sepuluh tahun lalu.
Tepat di tahun 2010, aku sedang menghadapi Ujian Nasional tingkat SMK. Aku mulai menjalin asmara dengan Mas Tian. Mas Tian saat itu berusia 20 tahun dan bekerja sebagai kurir pengantar paket. Pria ini memang tampan. Tingginya 173 cm, badan berisi, kulit coklat bersih, dan rambut lurus rapi. Aku memang menyukai pria berisi dan bisa dibilang “gendut”. Pria seperti ini lah yang bisa membuatku nyaman, dan rela menghabiskan waktuku bersama nya berjam-jam. Aku bahkan berbohong pada ibuku yang saat itu sudah menjadi janda karena ayahku meninggal dunia untuk menginap di kost Mas Tian. Aku berkata ada acara kemah, ada acara perpisahan kelas, dan sebagainya demi bersama Mas Tian.
Aku akui, semenjak mengenal mas Tian, aku menjadi semakin liar dan nakal. Di usiaku yang masih 18 tahun, dan belum lulus SMK, aku sudah mengenal kegiatan seks selayaknya suami istri. Aku bisa mengerti bagaimana menghindari kehamilan dengan alat kontrasepsi, dan juga bagaimana memuaskan mas Tian saat di ranjang. Semua aku peroleh dari internet dan grup facebook pasutri kala itu. Aku semakin dekat dan erat dengan mas Tian. Hingga aku lulus SMK dan bekerja sebagai seorang buruh pabrik di suatu perusahaan yang memproduksi plastik makanan di kota.
Hubungan kami berjalan mulus selama 1 tahun, hingga di tahun 2011 setelah aku berulang tahun ke 19 tahun, Mas Tian mulai menjauh. Ia sibuk dengan kerjanya di kampung, sedangkan aku di kota bekerja juga. Kami jarang bertemu, kami sibuk dengan kehidupan kami masing-masing. Di suatu titik, aku pun mulai merasa Mas Tian mulai tidak mencintaiku lagi. Dia mulai tidak perhatian lagi. SMS dan telepon mulai tidak dibalas dan diangkat. Aku merasa kecewa dan mulai mempertanyakan hubungan kami. Dan akhirnya Mas Tian meninggalkan ku dan aku merasakan sakit hati karena seorang pria. Aku sudah merelakan keperawananku kepadanya. Tetapi dia malah meninggalkanku dengan alasan tidak masuk akal.
Aku sakit hati dan mulai terobsesi menjadi seorang bad girl. Aku mulai menjalin asmara dengan berbagai pria. Aku bertujuan untuk menyakiti hati pria setelah menikmati tubuh pria itu. Ku buat pria menjadi budak cintaku tetapi setelah itu kutinggalkan. Seperti lirik lagu UTOPIA yang berkata ,”ku ajak kau melayang tinggi, dan ku hempaskan ke bumi”. Seperti itulah prinsipku. Hingga di satu titik, aku melakukan hubungan badan secara bebas tanpa pengaman dengan seorang pria mahasiswa di kota ini. Kami berkali kali melakukan hubungan seks tanpa pengaman. Pikirku aku sudah minum KB setelah ku beli di apotek tanpa tahu bagaimana aturan pakai atau sistem obat KB. Yang ku tahu, obat KB itu membuat orang jadi tidak hamil. Makanya aku meminum nya setiap kali sesudah hubungan badan dengan pria tanpa pengaman.
Tetapi ternyata, aku kebobolan. Aku hamil dan benar-benar aku merasa ketakutan. Aku tidak mungkin menyampaikan kondisiku kepada ibu, sedangkan pria itu bukan pacarku. Kami hanya FWB alias Friends with benefit. Aku benar-benar bingung. Dan tanpa pikir panjang, aku berusaha untuk menggugurkan janin tersebut. Pria itu yang kupanggil dengan Hendi pun mendukung aksi aborsi ini. Saat itu kehamilan baru berjalan 2 bulan. Mulai dari pijat, lompat lompat, olahraga dan kerja berat hingga minum obat macam-macam. Dan akhirnya luruh juga calon bayi tersebut.
Setelah aku keguguran, aku mengalami sakit perut yang tidak tertahankan dan Hendi membawaku di rumah sakit. Dan aku harus di kuret. Semua biaya ditanggung oleh Hendi. Ia bertanggung jawab atas kondisiku. Untungnya aku masih selamat dan hidup sampai sekarang. Tetapi sepulang dari rumah sakit, aku mengalami gangguan secara mental. Aku seperti dihantui rasa bersalah dan juga ketakutan yang besar. Sering mendengar suara bayi menangis, merasa seperti akan di penjara dan semua ketakutan. Hingga aku mengalami depresi.
Aku merasa gagal melindungi janin ku, aku gagal melahirkan bayi. Sebagai wanita aku sebenarnya ingin menjaga anak ini. Tetapi saat itu aku masih muda, belum menikah dan aku hamil dengan mahasiswa yang statusnya masih FWB bukan pacar atau tunangan. Aku merasa cemas atas dosa yang telah ku perbuat. Aku takut masuk neraka, aku benar benar merasa bersalah. Tubuhku rasanya lemas, pusing, jantung berdebar, sering sakit kepala dan sakit perut. Tidak tenang rasanya menjalani hari hari hidupku.
Aku takut ketemu dengan orang-orang. Apalagi saat melihat orang hamil atau menggendong bayi, rasanya seperti ada rasa bersalah dan sedih mendalam di hatiku. Jujur lebih baik aku menghindari hal hal berhubungan dengan bayi dan ibu hamil. Aku menangis sepanjang hari dan rasanya ingin bunuh diri saja. Tetapi Hendi selalu menguatkanku dan berkata akan menikahiku setelah ia lulus kuliah. Aku putus asa dan merasa tidak bisa mampu menjalani hidupku. Rasanya ingin bunuh diri saja. Aku merasa ketika aku membunuh diriku, itu sebagai ganti dosa atas apa yang kuperbuat kepada calon bayiku dulu. Berkali-kali aku digagalkan oleh Hendi dan beberapa tetangga kost saat aku hendak bunuh diri. Mungkin Allah masih memberi kesempatan aku hidup.
Dan aku makin tidak bisa mengendalikan diriku. Dan akhirnya aku sering sakit serta lemah tidak berdaya. Lalu Hendi memanggil keluargaku yaitu ibuku dan adikku yang saat itu masih SMA kelas 1.Dan dari situlah semua aib terbongkar. Dan aku pun dibawa ke rumah sakit jiwa karena aku mengalami gangguan jiwa. Aku menangis tiada henti selama 7 hari setelah ibuku tahu bahwa aku aborsi. Ibuku dan adikku menyembunyikan rahasia ini. Tidak ada satupun yang tahu. Hanya aku, Hendi, ibuku dan adikku. Disaat Hendi akan menikahiku, aku menolak dan tidak mau menikah. Aku benar benar trauma dengan pernikahan dan seks.
Aku masih tinggal di kota bersama ibuku sekitar satu tahun hingga masa pengobatan selesai, dan aku bisa hidup seperti manusia biasanya hanya saja lebih sensitif dengan perihal kehamilan. setelah sehat dan mulai bisa mengendalikan diri serta mulai bisa menjalani kehidupan normal. aku dibawa ibuku pulang ke kampung. Hendi pun sudah tidak ada lagi hubungan denganku semenjak permintaan pernikahan yang ku tolak dengan kasar kala itu. Ia sudah benar benar menghilang seperti ditelan bumi. Aku dan ibuku kembali ke kampung dan aku memulai kehidupan baru di kampung. Aku pun bekerja sebagai office girl di kantor ini.
Mungkin cerita yang kusampaikan ini tidak detail dan runtut karena aku sendiri juga agak susah mengingat kembali dengan detail. Maklum, aku sendiri mengalami depresi saat itu sehingga tidak bisa mengingat bagaimana kejadiaannya. Aku hanya merasakan gelap mata, sedih tidak berujung, rasa ketakutan dan tidak sadarkan diri. Jangankan melihat sekitar, memikirkan diriku saja tidak bisa. Pokoknya hanya rasa sedih, takut, merasa berdosa dan bersalah hingga ingin bunuh diri. Sampai lama lama mulai berkurang dan mulai sadar akan kondisi diriku.
Kiranya kalian bisa lebih berhati-hati. Dan tidak melepaskan kendali diri sendiri.
Sekian.
Evis, Jawa Barat
Quote:
desspus dan 74 lainnya memberi reputasi
73
24.8K
176
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.2KThread•46.3KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya