Sumber




Buat kalian yang sering nonton film-film hollywood bertemakan koboi, mungkin udah gak asing sama istilah Sheriff. Biasanya, istilah ini disematin kepada kepala polisi daerah di Amerika Serikat. Tapi, baru-baru ini, istilah Sheriff santer terdengar di telinga para penikmat sepakbola, ketika sebuah klub dari Liga Moldova berhasil nembus fase grup Liga Champions untuk yang pertama kalinya.

Nama klub itu adalah FC Sheriff Tiraspol, yang didirikan pada 4 April 1997 lalu oleh Polisi Rahasia Uni Soviet bernama Victor Guşhan. Kebetulan, nama Sheriff itu sendiri diadopsi dari nama perusahaan jasa keamanan yang juga dipimpin oleh Guşhan.


Victor Guşhan, Owner FC Sheriff Tiraspol

Sedikit background, jadi Guşhan adalah seorang pengusaha sukses yang mendirikan perusahaan Sheriff pada 1993 lalu bersama rekannya waktu jadi agen KGB (intelejen Uni Soviet), Ilya Kazmaly.

Nah, perusahaan ini sebetulnya gak cuma menawarkan jasa keamanan aja, tapi me-monopoli hampir seluruh industri yang ada di Transnistria, negara tak berdaulat yang ada di dalam Moldova. Bisa dibilang, Sheriff itu kayak perusahaan induk yang menaungi banyak cabang bisnis.

Oleh karena itu, uang perusahaan Guşan ini banyak banget, sehingga dia mampu buat bikin klub bola sendiri. Sheriff punya bisnis supermarket, SPBU, stasiun TV, dan lain-lain.


Mungkin muncul pertanyaan di benak kalian. "Kok bisa ada negara (Transnistria) di dalam negara (Moldova)? Mari kita bahas secara singkat, ya. Jadi, transnistria adalah sebuah wilayah yang terletak di sebelah barat Moldova, tepatnya di antara sungai Dniester dan perbatasan ke Ukraina.

Negara seluas 4.163km2 ini memerdekakan dirinya pada 1990 lalu, karena ingin jadi negara mandiri. Meski begitu, negara ini gak diakui dunia. PBB masih nganggep Transnistria itu bagian dari Moldova, di mana Moldova sendiri juga menjadikan Transnitria sebagai daerah otonomi khusus.

Atas kemegahan yang diberikan oleh Guşan, klub bisa berprestasi di kancah domestik. FC Sheriff punya koleksi 19 gelar liga, sekaligus jadi tim tersukses di Moldova dengan torehan 39 gelar sejak berdiri. Sejak 2001, “The Yellow-Blacks" juga rutin ngikutin kualifikasi UCL, meski baru bisa tembus musim ini.

Adapun pentas Eropa perdana yang mereka ikuti adalah UEL 2009/10, di mana mereka bisa finis di peringkat 3 fase grup. Skuat FC Sheriff juga selalu didominasi oleh pemain asing, sebagai model bisnis klub buat meraup untung dari penjualan kembali.


Tapi, apa yang terjadi di FC Sheriff itu aneh. Meskipun diatur oleh Guşhan di Transnistria yang memimpin secara otoriter, klub ini bisa punya stadion seharga 150 juta euro. Padahal, Moldova adalah salah satu negara termiskin di dunia yang 9% dari 2 juta penduduknya itu hidup di bawah garis kemiskinan.

Ternyata, selain memonopoli bisnis di Transnistria, Guşhan juga dikenal sebagai mafia yang punya bisnis ilegal di pasar gelap. Tidak cuma itu, Guşhan juga diketahui kerap melakukan tindakan korupsi lewat keuntungan cabang bisnis perusahaannya. Ibaratnya, kan itu yang mimpin dia-dia juga, ya udah deh, duitnya muter ke dia aja.


Antony Golec, Eks Badak Lampung

Eks bek Badak Lampung asal Australia, Antony Golec, pernah nyeritain gimana pengalaman dia main di FC Sheriff pada 2016 lalu, ke sebuah media lokal yang berbasis di Sydney. Golec bilang, suasana di Tiraspol itu mencekam banget, kayak abis perang. Udah gitu, Golec dan rekan timnya pun ngerasa selalu 'dijagain' tiap detik. Mereka harus nurut sama arahan Guşhan selaku pemilik Sheriff.

Bahkan, meski juara liga, mereka bisa aja gak digaji. Yang paling miris, Golec juga bilang kalo ketimpangan sosial di sana itu jelas banget. “Stadion & fasilitas latihan klub mewah kayak di Inggris, tapi, penduduk di sana miskin banget," tutur Golec.

Well, menarik kita tunggu sejauh mana FC Sheriff Tiraspol bisa melangkah di Liga Champion Eropa. Apakah akan gugur di fase grup? atau malah membuat kejutan sebagai tim kuda hitam? Let's see