Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
Rusia Akan Segera Mengirim Sistem Pertahanan Udara Pantsir S-1 ke Myanmar
Meski kondisi di Myanmar belum sepenuhnya kondusif setelah terjadi kudeta oleh pihak militer, akan tetapi pihak Rusia dikabarkan akan segera mempersiapkan sistem pertahanan udara Pantsir S-1 untuk negara tersebut. Saat ini aksi protes dari masayarakat sipil memang masih terjadi, akan tetapi intensitasnya tak lagi tinggi seperti yang terjadi pada bulan Februari dan Maret.

Dikutip dari laporan Army Recognition, Rusia dan Myanmar telah menandatangani kesepakatan untuk pengadaan Pantsir S-1 pada bulan Januari 2021. Rusia mengatakan bahwa, pengiriman Pantsir-S1 sudah berada di jalur yang tepat meski sedang terjadi kudeta militer di Myanmar pada Februari 2021. Walau belum diketahui pasti kapan jadwal pengirimannya, akan tetapi Rusia sudah bertekad untuk mengirim Pantsir S-1 sesuai kesepakatan.

Dmitry Shugayev, seorang pejabat senjata Rusia mengatakan bahwa: "Kami akan mengirimkan (sistem) sesuai dengan syarat dan ketentuan yang ditetapkan dalam kontrak".Sementara itu menurut artikel yang ditulis oleh The Irrawaddy, hubungan bilateral antara Myanmar dengan Rusia telah mencapai tingkat baru sejak kudeta pada Februari 2021 kata juru bicara rezim Mayor Jenderal Zaw Min Tun.

Berikut pernyataan juru bicara tersebut: “Kedua negara mempertahankan hubungan baik di bawah pemerintahan Liga Nasional untuk demokrasi, tetapi hubungan dengan Rusia lebih dalam sekarang. Kini Rusia memainkan peran penting dalam memasok sistem pertahanan udara Myanmar, diikuti oleh China. Dan kerja sama antara angkatan udara terus berkembang". Menurut juru bicara tersebut Mayor Jenderal Zaw Min Tun memuji Rusia karena teknologi persenjataannya yang canggih. Junta sangat menginginkan sistem pertahanan udara terbaik dari Rusia, tambahnya.


Quote:



Mengutip artikel Army Recognition, delegasi militer dari Myanmar yang dipimpin oleh Jenderal Maung Maung Aye kini berada di Moskow untuk menghadiri International Military Technical Forum “Army 2021” sekaligus berpartisipasi dalam International Army Games.

Jenderal Maung Maung Aye adalah salah satu petinggi militer Myanmar yang sedang naik daun, ia juga dilaporkan akan melihat langsung pesawat tempur Sukhoi Su-30 yang belum dikirim Rusia ke Myanmar, drone Orlan-10 dan sistem senjata rudal pertahanan udara Pantsir-S1. Dikabarkan bahwa Myanmar akan memesan enam jet tempur Sukhoi Su-30SM dalam kontrak senilai sekitar US$ 204 juta pada 2018.

Mengutip laporan rferl.org, Wakil Menteri Pertahanan Rusia Aleksandr Fomin telah mengunjungi Myanmar pada bulan Maret 2021. Sementara pemimpin kudeta Jenderal Senior Min Aung Hlaing menghadiri konferensi keamanan internasional di Moskow dan mengunjungi beberapa tempat, termasuk pabrik senjata, di Rusia. Hal ini menunjukkan semakin eratnya hubungan kedua negara.

Masih dari artikel yang ditulis oleh The Irrawaddy, analis politik Dr Khin Zaw Win mengatakan: “Rezim militer hanya bisa mengandalkan China dan Rusia sekarang. Rezim Militer juga mendapat bantuan dari India dan Thailand sebagai sumber sekunder. Namun, Rusia telah menjadi negara utama yang membantu junta. Mereka terus membantu dan menjual senjata kepada rezim militer,” kata Dr. Khin Zaw Win. “Rusia akan merebut pasar dari China. Angkatan Laut Rusia menginginkan akses ke Samudra Hindia. Rusia memiliki angkatan laut yang besar tetapi berjuang untuk mencapainya. China dan AS sudah memiliki kekuatan di lautan,” tambahnya.


Quote:



Meski Sempat Jadi Sasaran Empuk Untuk Drone, Pantsir S-1 Tak Boleh Diremehkan


Meski selama konflik di Libya, Suriah, sampai Nagorno-Karabakh Pantsir S-1 jadi bulan-bulanan drone Bayraktar TB2, akan tetapi hal tersebut tidak bisa dijadikan tolak ukur utama untuk menilai kemampuan Pantsir S-1. Sebagai salah satu sistem pertahanan udara jarak menengah, alutsista ini bisa beroperasi secara mandiri dan bisa dipindahkan dengan mudah. Pasalnya meriam dan rudal dikemas dalam satu platform.

Tak cuma senjata, platform Pantsir S-1 dapat bergerak mandiri dengan generator, perangkat sensor, ruang kendali FCS (fire control system) dan radar yang kesemuanya terintegrasi dalam satu truk. Hal ini menjadikan operasional Pantsir S-1 lebih efisien dan cepat.  Meski bisa beroperasi secara mandiri, untuk melindungi wilayah yang luas, maka beberapa Pantsir S-1 dapat dikontrol secara bersamaan oleh Mobile Command Post.

Salah satu senjata yang terpasang Pantsir S-1 adalah meriam laras ganda tipe 2A38M kaliber 30×165 mm buatan Tulamashzavod, senjata ini diadopsi dari meriam GSh-30. Tipe 2A38M mengusung dua laras dalam satu sistem, alhasil Pantsir S-1 total mempunya empat laras meriam. Laras paling luar dibekali alat pengukur kecepatan peluru, yang bertugas memasok data ke komputer pengendali tembakan sebagai satu komponen perhitungan untuk menyasar target.

Kecepatan tembak meriam ini memcapai 1.950 – 2.500 peluru per menit, jika dikalikan dua dengan jumlah laras, maksimal mencapai 5.000 peluru per menit. Sistem magazine-nya mengadopsi kotak yang dipasok dengan rantai, diisikan ke dalam modul melalui palka munisi yang terletak disisi modul. Saat penembekkan berlangsung, selongsong peluru langsung dibuang keluar kendaraan. Jarak tembak efektif meriam ini adalah 2.000 meter untuk target bergerak, sementara jarak tembak target statis bisa mencapai 4.000 meter.

Dan sebagai senjata pamungkas adalah rudal 9M335 (57E6), rudal ini punya jarak tembak efektif hingga 20 km dengan ketinggian maksimum 15 km. Sementara kecepatan luncur rudal mencapai 1.300 meter per detik dalam waktu dua detik fase peluncuran, selanjutnya kecepatan turun menjadi 1.100 meter per detik saat menuju target.


Quote:



Untuk radar yang digunakan adalah jenis radar 2RL80 dengan basis PESA (Passive Electronically Scanned Array), sistem radar yang juga digunakan pada pesawat tempur Su-35. Radar ini dapat beraksi cepat dari mode standby ke pencarian dalam waktu dua detik saja. Untuk jangkauan deteksi berbeda-beda, bergantung pada ukuran RCS (Radar Cross Section) dari target yang bergerak di udara serta kondisi cuaca.

Secara umum radar ini mampu melacak 20 target secara simultan dan mengeksekusi 3 diantaranya. Untuk pesawat tempur dengan RCS 2 m2, radar dapat mendeteksi dari jarak 36 km, serta 32 km untuk helikopter yang terbang rendah. Untuk rudal jelajah dengan RCS hanya 0,1 m2, kemampuan deteksinya hanya tinggal 20 km. Sementara saat menghadapi ancaman bom dan smart bom, radar dapat melakukan deteksi dari jarak 16 km.

Untuk penjejak pada sistem radar, digunakan radar X-band 2RL80E yang punya bentuk seperti drum. Perangkat ini akan mengirimkan perintah ke antena command link yang bertugas mengarahkan rudal ke target sesuai perintah penjejakan sasaran.


Quote:



Modul Pantsir S-1 diangkut memakai basis truk 8x8. Bagian konsol kendali dan kompartemen untuk tiga orang awak ditaruh di bagian depan, dibelakangnya ada sistem elektronik dan prosesor, disusul modul kubah dan yang paling belakang adalah modul generator listrik. Modul Pantsir S-1 sendiri dapat diangkut oleh berbagi platform truk 8x8 dengan kapasitas payload 12 - 14 ton.

Varian Pantsir S-1 milik Rusia memakai truk MZKT-7930 dan BAZ-6909 produksi dalam negeri. Namun, pihak pembeli bisa juga memakai platform truk dari Eropa Barat, seperti MAN Cat SX45 dan SX A1, yang jadi platform truk pada Pantsir S-1 milik Arab Saudi.

Pantsir S-1 dirancang oleh KBP Instrument Design Bureau, sementara pihak NATO memberi nama kesayangan "SA-22 Greyhound". Varian awalnya dirancang pada tahun 1994, dan berlanjut ke tahap produksi oleh Ulyanovsk Mechanical Plant pada tahun 2008. Saat ini, Pantsir sudah diproduksi sebanyak 200 unit, selain Rusia, pengguna Pantsir S-1 adalah Aljazair, Brazil, Iran, Irak, Yordania, Suriah, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Serbia dan Vietnam. Ditambah Myanmar yang sedang dalam proses pengiriman.

Dengan waktu penggelaran yang lebih cepat, efisiensi sistem yang terintegrasi dalam satu platform, serta bisa berpindah dengan cepat membuat Pantsir S-1 masih sangat layak untuk dilirik. Sebagai tambahan, untuk menghadapi serangan drone pihak KBP sebagai desainer Pantsir pada bulan Juni 2020 lalu sudah mengembangkan rudal anti-drone, meski belum diketahui persis spesifikasi dari rudal anti drone terbaru ini. Menurut artikel Top Warrudal anti drone tersebut memiliki diameter yang kecil, bahkan satu tabung rudal 57E6 dapat diisi dengan empat rudal berukuran kecil tersebut.


Quote:



----------



Demikian sekilas pembahasan tentang hubungan Rusia-Myanmar di bidang militer serta sedikit pembahasan Pantsir S-1, semoga pembahasan kali ini bisa bermanfaat untuk agan dan sista. Tetap semangat dan jaga kesehatan, sampai jumpa emoticon-Angkat Beer




Referensi Tulisan: 1.2.3
Foto: Anadolu Agency, Google Image, Wikimedia
Diubah oleh si.matamalaikat 29-08-2021 04:27
anjaultras
MasterSims
alifrian.
alifrian. dan 21 lainnya memberi reputasi
22
5.5K
42
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer dan Kepolisian
Militer dan KepolisianKASKUS Official
2.2KThread2.2KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.