tarymentaryAvatar border
TS
tarymentary
AKU BUKAN MESIN PENCETAK ANAK
"Aku mau, kita punya anak delapan dalam jarak yang dekat-dekat, biar capenya sekalian,"

Kuingatkan berulang kali kepada istriku. Terlihat ekspresinya selalu datar saat ku ucap kata itu.

"Mama harus bisa mendidik anak-anak kita agar kelak menjadi anak yang soleh dan soleha. Mulai dari sekarang berlatihlah. Papa melarang Mama menonton Tv. Pegang Hp hanya untuk menelfon keluarga saja. Tak ada kuota internet. Jika ingin menonton Youtube tunggu Papa pulang kerja, tontonan kita harus yang berfaedah. Tinggalkan tontonan drakor yang sering Mama tonton dahulu sebelum menikah dengan Papa,"

Sengaja kubuat paraturan itu agar ia disiplin waktu. Biar waktunya bermanfaat tak terbuang percuma hanya untuk berlama-lama menonton Drakor kesukaannya. Semua kulakukan untuk kebaikannya. Karena aku sangat mencintainya.

Istriku baru saja melahirkan seorang putra yang sangat tampan. Kulihat perjuangannya saat melahirkan sangat mengharukan.

Tak tega rasanya ingin segera memberitahunya keinginan hati ini. Namun aku harus segera mengingatkannya. Takut dia lupa dan berubah fikiran.

"Setelah masa Nifas selesai, siap-siap hamil lagi ya. Biar nantinya terlihat seperti anak kembar,"

Istriku hanya diam, tak bergeming sedikitpun. Ia malah sibuk menyusui Adam, putra kami. Aku dihiraukannya.

Aku menikahinya karena kupikir ia cocok menjadi Ibu dari anak-anakku kelak.

Aisyah namanya, seorang guru TK yang membuatku terpesona. Ia begitu enerjik, murah senyum dan satu yang membuatku kagum. Ia penyayang anak-anak. Ini dia wanita yang kucari selama ini.

Namun, setelah menikah ia berubah. Tak lagi seceria dahulu. Bicara hanya seperlunya. Aku bagaikan menikahi sebuah patung!

"Aku ingin memberi asi ekslusif dulu untuk putra kita. Setelah itu baru memikirkan program punya anak lagi,"

Setelah sekian lama baru ini ia mengomentari ucapanku.

"Jangan membantah. Ini demi kebaikan kita juga. Banyak anak banyak rezeki. Ingat tujuan pernikahan, agar mempunyai keturunan untuk mencetak generasi penerus bangsa dan agama,"

"TAPI AKU BUKAN MESIN PENCETAK ANAK!"

Suaranya meledak-ledak. Baru kali ini ia terlihat sangat marah. Biasanya ia selalu menuruti semua ucapanku.

"Memang bukan, Mama adalah Istri solehanya Papa, Anak itu anugrah yang diberi Allah kepada kita sebagai orang tua. Hanya wanita terpilih saja yang diberi rahim subur seperti Mama. Papa mohon, Papa hanya ingin delapan anak saja. Apakah permintaan Papa itu terlalu berat buat Mama?"

Kulembutkan suaraku untuk menenangkan hatinya. Kubelai rambutnya yang panjang tanpa hijab dikepala.

"Beratlah Pa, sekarang kita tukar posisi aja deh kalau begitu. Aku yang kerja cari uang. Papa yang cetak anak, gimana?"

"Andai saja itu bisa akan Papa lakukan. Ya sudah, maafkan Papa jika menyinggung perasaan Mama. Papa tak ingin berdebat lagi,"

Kuakhiri drama ini dengan hati tak menentu. Sesulit inikah mengartikan perasaan wanita? Aku tak tau salahku di mana? Mengapa ia semarah itu kepadaku? Benar pepatah mengatakan. Wanita selalu benar. Jika salah, lelakilah penyebab kesalahannya.

**

"Hei Akmal, kusut sekali mukamu itu. Digosok dulu lah itu muka biar rapih. Kasih kis*ray sekalian biar licin dan wangi,"

"Huh, gimana gak mau lecek mukaku. Punya istri rasa tak punya. Sibuk sekali ngurusin anak. Sampai suami di abaikan,"

"Ha,ha,ha! Rasakan Kau! Salah sendiri paksa istri punya anak banyak. Repot sendiri kan kau jadinya! Eh, bukan kau deng yang repot. Tapi istrimu itu yang repot! Makanya sewa pembantu atau baby sitter bro, untuk bantu istrimu di rumah! Jangam tunggu istrimu jadi stres dahulu baru kau bertindak!"

"Halah, baru dua aja kok repot. Tak akan membuatnya stres juga kali. Ibuku punya anak sepuluh saja yang jaraknya dekat-dekat biasa aja tuh! Kita seharusnya mencontoh orang tua jaman dulu. Buktinya mereka bisa mengurus anak banyak tanpa bantuan Baby sitter atau pembantu. Pekerjaan rumah kepegang, suami terurus. Gimana gak hebat tuh orang tua jaman dulu!"

"Jangan samakan Bro, jaman dulu dan jaman sekarang berbeda. Kita hidup sudah di jaman moderen loh! Bukan di jaman batu lagi,"

Setelah kupikir, ada benarnya juga yang di katakan Roni. Mungkin sikapku yang terlalu berlebihan kepada Istriku sehingga membuatnya jadi stres.

Kuakui, aku tak pernah membantunya mengurus anak, bahkan memegang pekerjaan rumah pun tidak. Fokusku hanya bekerja mencari nafkah yang banyak demi keluarga. Semua urusan rumah, istriku yang menghandelnya.

**

Malam itu, seperti biasa aku pulang malam. Ada pekerjaan yang harus diselesaikan.

Setibanya di rumah, terlihat lampu depan belum dinyalakan. Sampah dihalaman rumah berserakan. Sehingga terlihat seperti rumah kosong. Ngapain aja Istriku di rumah? Dasar pemalas!

Kuketuk pintu berulang kali. Namun, tak ada jawaban. Terdengar suara anak-anakku di dalam sedang menangis. Suara tangaisnya semakin kencang dan parau.

Sedang apa sih Aisyah di dalam! Anak nangis didiamkan! Suami pulang tak di bukakan pintu!

"Assalamualaikum! Ma ... Buka pintunya! Papa pulang nih!"

Berulang kali kuketuk, tak ada jawaban. Aku geram! Sudah lelah di kantor, kini setibanya di rumah dibuat emosi!

Tanpa berpikir panjang, kudobrak pintu rumah. Saat pintu terbuka, alangkah terkejutnya  melihat rumah dalam keadaan gelap dan berantakan seperti kapal pecah.

Terlihat anak-anak tak memakai celana dengan pup yang berantakan kemana-mana.

Baby Azam tergeletak di lantai dingin, tanpa alas. Sedangkan Kakak Adam terlihat sedang merangkak kesana kemari mengacak semua barang yang bisa ia gapai.

Aku stres melihat keadaan rumah seperti ini! Kucari Istriku keseluruh penjuru rumah. Namun, tak kutemukan keberadaannya.

Kemanakah istriku pergi? Apakah ia kabur dari rumah? Mengapa ia tega melakukan ini terhadap kami?




Diubah oleh tarymentary 29-08-2021 06:42
delia.adel
bukhorigan
khuman
khuman dan 21 lainnya memberi reputasi
20
5.3K
47
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.