Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

saokudaAvatar border
TS
saokuda
Ketika Telanjang, Joko Sempat Malu Saat Terkena Bias Lampu Kendaraan
Ketika Telanjang, Joko Sempat Malu Saat Terkena Bias Lampu Kendaraan
Sebanyak 7 pria telanjang bulat keliling dusun untuk menjalani ritual malam Sura di Dusun Popongan, Gerdu, Karangpandan, Karanganyar, Senin (16/8). (TRI WAHYU CAHYONO/RADAR SOLO)

RITUAL keliling Dusun Popongan dengan telanjang bulat, Senin malam (16/8) menjadi kali pertama diikuti Joko Mardiko, warga setempat. Dia mengaku senang meskipun sempat malu-malu saat tubuhnya terkena bias sinar lampu kendaraan.

“Senang bisa berkumpul warga lainnya. Selama perjalanan ya dingin. Waktu berjalan menginjak duri tanaman kumis kucing, tapi nggak apa-apa. Tapi pas ada motor lewat, ya malu-malu begitu,” katanya.

Tidak ada persiapan khusus saat ketua Ketua RT 01 Supadi menunjukknya untuk ikut ritual setahun sekali itu. “Pak RT cuma bilang, Mas Joko nanti tumut (ikut) tirakatan dan ritual. Saya langsung jawab nggih. Keluarga juga tahu dan tidak mempermasalahkan,” ungkapnya di sela beristirahat setelah berkeliling dusun.

Sementara itu, Supadi mengaku sudah beberapa kali ikut ritual dan memimpin rombongan peserta lelaku. “Harus fokus memohon kepada Yang Maha Kuasa, bahwa yang dijalani ini guna mencari rida-Nya. Berdoa agar warga Dusun Popongan selalu dalam lindungannya,” jelasnya

Adakah persyaratan khusus saat menunjuk peserta lelaku? Supadi mengatakan, tidak ada syarat tertentu. Yang paling penting yaitu seorang pria dan sudah berkeluarga. Pertimbangannya, mereka yang telah berkeluarga memiliki tanggung jawab menghidupi anak dan istrinya, sehingga lebih dewasa dibandingkan bujangan.

Ketika menunjuk warganya untuk mengikuti ritual lelaku tanpa busana, diakui Supadi ada yang menolak secara halus. Seperti mengatakan belum berani dengan alasan beragam. “Pada intinya belum berani saat ini. Tapi tahun depan harus siap. Kami minta untuk mempersiapkan diri agar bisa ikut ritual pada tahun depan,” tuturnya.

Pengalaman Supadi ketika baru ditunjuk sebagai peserta lelaku tak jauh beda dengan yang dirasakan Joko Mardiko. “Pengalaman saya, begitu menyeberang jalan raya, ada mobil melintas. Tapi langsung mematikan lampu. Baru menyalakan lampu setelah melewati rombongan kami,” ucapnya.

Selama Supadi mengikuti ritual keliling dusun tanpa busana, belum ada peserta lelaku terjatuh atau keseleo meskipun medan yang dilintasi cukup terjal. “Paling cuma kepleset karena tanahnya licin,” kata dia.

Supadi berharap, warga Desa Popongan dapat memahami maksud dan tujuan digelarnya ritual tersebut, sehingga ketika mendapat tugas sebagai peserta lelaku, dapat lebih yakin dan membawa manfaat, minimal bagi diri pribadi.

Ditemui di lokasi ritual, Ketua RT 02 Kasidi Hadi Wiyono mengaku sudah berkali-kali menjadi peserta lelaku. Tidak ada hal ganjil ditemuinya selama menyusuri dusun, jurang, sawah, dan sungai.

“Ri (duri) dan beling (pecahan kaca) seperti menyingkir sendiri. Selama saya ikut keliling kampung, Alhamdulillah lancar. Keluarga juga mendukung,” ucapnya.

Terkait manfaat yang dirasakan setelah mengikuti lelaku, Hadi merasakan segala urusannya menjadi lebih lancar. (wa)

https://radarsolo.jawapos.com/daerah...mpu-kendaraan/

Indonesia kaya sekali akan budaya kearifan lokal
emineminna
mudokons
indrastrid
indrastrid dan 5 lainnya memberi reputasi
4
2.7K
32
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.8KThread41.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.