Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) merupakan anggota legislatif yang terpilih pada pemilihan legislatif (Pileg) yang mereka berhak duduk di gedung parlemen. Anggota dewan tersebut adalah orang-orang terpilih yang dipilih langsung oleh rakyat pada pemilihan suara (Pemilu).

Para anggota DPR memiliki beban moral serta tanggung jawab atas amanah yang diberikan oleh rakyat. Seluruh permasalahan hidup masyarakat ditumpukan kepada anggota dewan untuk kemudian diaspirasikan ke pemerintah sebagai penyambung suara agar apa yang dikeluhkan tersebut bisa mendapatkan solusi terbaik.



Selain itu, para anggota DPR yang terhormat tersebut juga memiliki tugas sebagai pembuat undang-undang, penyusun aturan hukum yang ada di negeri ini.

Jika saja anggota dewan tersebut bekerja sesuai hati nurani, benar-benar mengemban amanah dengan penuh tanggung jawab maka tidak akan mungkin banyak rakyat yang mengeluh atas kinerja mereka. Kebanyakan dari para perwakilan tersebut hanya menjadikan jabatan untuk memperkaya diri sendiri. Hal itu terbukti dengan seringnya ditangkap anggota DPR atas praktek korupsi. Selain itu, mereka juga kerap tampil hidup mewah yang mana di satu sisi kesehjateraan rakyat masih belum juga sempurna.



Anggota DPR memang identik dengan rapat dan rapat hal itu mungkin karena salah satu bagian dari kerja mereka. Namun, terkadang ketika rapat dewan perwakilan rakyat tersebut sering kedapatan sedang tertidur di tengah berlangsungnya acara rapat dan ada juga yang kedapatan sedang menonton film porno.

Selain itu, rapat juga kerap kali berkahir dengan kericuhan. Hujan interupsi di antara sesama anggota dewan menjadi salah satu alasan rapat menjadi kisruh. Semua ingin suaranya didengarkan, tak ada yang mau mengalah, ego yang tinggi lebih dikedepenkan hingga membuat jalannya rapat tersebut berjalan tidak baik. Peristiwa ini tidak hanya terjadi di DPR daerah saja namun juga di tingkat nasional sering kali terjadinya keributan saat rapat.



Sebuah tontonan tak elok diperagakan oleh DPRD Solok yang kedapatan menjadikan rapat berakhir ricuh. Saat itu, anggota dewan tersebut sedang melaksanakan sidang dengan sebuah pembahasan Rapat Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang berlangsung pada Rabu, 18 Agustus 2021.

Sidang paripurna itu dipimpin langsung oleh ketua DPRD Kabupaten Solok, Dodi Hendra. Rapat dimulai pukul 11.00 WIB siang. Sejak palu diketuk, jalannya sidang sudah memanas. Hujan interupsi membuat suasana semakin memanas. Melihat kondisi tidak memungkinkan lagi, akhirnya rapat terpaksa diskors selama 30 menit.



Lalu, rapat kembali dibuka oleh pimpinan sidang. Bukannya semakin membaik dan mereda, suasana sidang masih juga tetap memanas. Salah satu anggota dewan dari Fraksi PKS dan Gerindra memulai interupsi, kemudian diikuti oleh para wakil rakyat lainnya hingga membuat sidang menjadi tak terkendali.

Percikan ketegangan mulai timbul, sidang berakhir ricuh. Sejumlah anggota dewan yang emosi tak bisa menahan dirinya. Asbak kaca dilempar hingga pecah, tak hanya itu meja pun turut dibalik, dan terjadi saling dorong satu sama lain. Sejumlah petugas Sat Pol PP pun diturunkan untuk melerai ketegangan. Melihat kondisi semakin mencekam, rapat pun dilaksanakan hanya dewan internal saja.



Kericuhan memang kerap terjadi dalam sidang anggota dewan. Inikah gambaran para wakil rakyat negeri ini? Menyelesaikan sesuatu dengan penuh emosi. Wajar jika sering terjadi gesekan di akar rumput, sebab pejabat sebagai role model memang bertingkah demikian.

Sumber :

Ulasan dan opini pribadi

1

Gambar : Google