Setelah Joe Biden mengumumkan penarikan tentara Amerika dari Afghanistan pada April 2021, kondisi negara tersebut bukannya membaik justru semakin memburuk. Diberitakan bahwa kini Taliban sudah mulai menguasai hampir seluruh kota-kota besar di Afghanistan termasuk ibukotanya, yang lebih parah tentara Afghanistan sendiri seolah tak berdaya menghadapi para Taliban, padahal selama kurang lebih 20 tahun mereka dilatih oleh tentara Amerika.

Yang membuat Amerika tambah geram adalah ketika Taliban berhasil menguasai aset militer yang dioperasionalkan tentara Afghanistan, bahkan tentara Afghanistan seolah "membiarkan" begitu saja aset penting itu jatuh ke tangan Taliban. Baru-baru ini dikabarkan bahwa drone ScanEagle yang ditinggalkan Paman Sam untuk dipakai tentara Afghanistan berhasil dimiliki oleh Taliban.

Dkutip dari the-sun.com(12/08/2021), dalam sebuah rekaman video yang beredar menunjukkan drone ScanEagle buatan AS dan senjata yang lain kini diambil alih Taliban. Dalam video tersebut juga menunjukkan sejumlah Humvee milik AS dan kendaraan lapis baja lainnya yang dikuasai oleh militan.





Sementara itu mengutip berita dari akun twitter @oryxspioenkop (13/08/2021), disebutkan dalam 24 jam terakhir Taliban juga sudah mendapatkan "secara gratis" 2 unit helikopter UH-60 Black Hawk, 2 unit helikopter serang MD-530F, 4 unit helikopter angkut berat Mi-17, 1 unit helikopter serang Mi-35 dan 4 unit drone intai ScanEagle.

Karena ditinggalkan begitu saja, semua persenjataan ‘didapatkan’ Taliban tersebut dalam kondisi baik. Meski belum tentu mereka bisa mengoperasikannya dengan baik, mendapat persenjataan buatan Amerika bisa jadi "berkah". Dikarenakan harganya di "black market"tergolong tinggi, bisa jadi Taliban akan menjual barang gratis tersebut kedepannya jika mereka membutuhkan dana.








Saat Amerika Serikat (Rambo) dan sekutunya berada di Afghanistan, drone ScanEagle memang sering digunakan dalam tugas pengintaian. Selain Amerika, Australia juga ikut mengoperasikan ScanEagle di Afghanistan. Sementara militer Afghanistan yang merupakan "anak didik" Amerika bisa dibilang lumayan banyak memiliki ScanEagle.

Dikutip dari defenseworld.net(12/08/2021) lewat program FMS (Foreign Military Sales), Afghanistan pada tahun 2015 memesan 65 unit ScanEagle senilai US$ 70,9 juta. Pesanan tersebut lantas bertambah 5 unit pada tahun 2017 dan menjadi 35 unit pada tahun 2018. Bahkan pada November 2020, ada pesanan tambahan sebanyak 15 unit ScanEagle oleh Afghanistan.

FYI gan, ScanEagle punya reputasi yang bagus dalam segmen drone intai. Dalam menjalankan misi intai, drone buatan Boeing Insitu (anak perusahaan Boeing) ini dapat terbang selama 22 jam 10 menit. Bahkan saat melakukan uji coba dengan bahan bakar JP5, ScanEagle bisa terbang sampai 28 jam 44 menit.

Payload yang dibawa ScanEagle terdiri dari sensor thermal beresolusi tinggi DRS E6000, sensor ini menyediakan resolusi 640×480 pixels dengan 25 micron pitch. Selain itu ScanEagle juga dilengkapi short-wave infrared camera. Untuk mencari posisi sniper lawan, ScanEagle milik Angkatan Udara Ameruka bahkan dipasangi sniper gun fire detection and location system. Yang terbaru ScanEagle juga disiapakan untuk proses instalasi NanoSAR synthetic aperture radar (SAR).

Drone ini dapat beroperasi pada ketinggian 15.000 kaki (4.572 meter) dengan bobot maksimum 22 kilogram, ScanEagle digerakkan dengan mesin piston model pusher berdaya 15 horse power. Dari segi kecepatan, ScanEagle dapat terbang hingga 111 km/jam dan memiliki kecepatan maksimum mencapai 148 km/jam. Batas ketinggian terbang drone ini adalah 5.950 meter.





Komentar TS:

Baru kali ini melihat tentara sebuah negara tidak berdaya melawan kelompok militan, lalu apa gunanya tentara Amerika melatih mereka selama ini ? "Tentara Nasional Afghanistan" selama ini tidak pernah ada, yang menjadi "Tentara Nasional Afghanistan" selama kurun waktu 20 tahun terakhir adalah "American Troops".

Demikian sedikit informasi yang bisa ane sampaikan kali ini, semoga bisa bermanfaat untuk agan dan sista. Sampai jumpa

Referensi Tulisan: 1.2.3
Ilustrasi Foto: Twitter, Google Image, U.S. Army, Boeing