Oke, kebetulan lagi iseng bikin sesuatu yang sederhana ada pertanyaan menggelitik ketika membeli sebuah produk namun brandnya itu kok gak nyambung ya dengan apa yang dijual ?

Ada yang bilang brand dan merek adalah hal yang sama, namun ada juga yang bilang berbeda. Jadi ada yang mengungkap bahwa merek merupakan identitas produk bisa berbentuk logo, wordmark, simbol atau kombinasi dari hal diatas yang menjadi ciri tersendiri baik untuk organisasi maupun personal. Entahlah, kalau ane sendiri simple aja sih penggunaan kata brand atau merek masih dalam lingkup yang sama, namun brand lebih ke arah identitas produk suatu barang.



Oke kembali lagi ke pembahasan kali ini, pernah lihat brand "Gudang Garam" tapi kok gak jual "Garam", atau "Kapal Api" tapi gak jual "Kapal", ada juga "Dua Kelinci" tapi jauh dari menjual hewan lucu itu dimana mereka menjual kacang tanah kompetitornya pun sama memakai kata "Garuda" sama-sama jual kacang tapi kok yang dijadikan merek malah nama hewan.

Banyak sebenarnya dari brand yang ada di Indonesia namun jauh sekali penamaannya dari produk yang dijual, hmmm alasannya apa ya?

Sebenarnya alasannya sih beragam, ada yang memang suka dengan nama itu atau ada kisah-kisah epic di baliknya yang berkaitan dengan bisnis dan juga kisah pemiliknya itu sendiri.



Seperti contohnya Gudang Garam, pendirinya Surya Wonowidjojo atau Tjoa Jien Hwie. Ia bermimpi gudang yang ada di dekat pabrik rokok NV Tjap 93, tempat ia bekerja dahulu gudang itu memang tempat garam yang ada dekat rel kereta api Kertosono–Bangil. Dari mimpinya itulah ia menciptakan brand yang terkenal hingga saat ini "Gudang Garam.

Beda halnya dengan kompetitor yaitu "Djarum" yang dimiliki oleh Oei Wie Gwan, beliau ini membeli pabrik rokok yang hampir bangkrut NV Murup, dan merek perusahaannya adalah Djarum Gramofon. Karena nama Djarum sudah dikenal ya beliau tinggal meneruskannya saja, karena pada saat itu banyak perusahaan asal ada namanya ya sudah beres, mau barang yang dijual berbeda dengan nama perusahaan tidak di urusi oleh pemiliknya.



Hal seperti ini juga dilakukan Pak Hari Darmawan, ia membeli toko yang hampir bangkrut dengan nama De Zon yang berbahasa Belanda, namun ia mengubahnya menjadi Bahasa Indonesia yang artinya "Matahari". Jadi Pak Hari Darmawan hanya meneruskan nama yang sebelumnya saja. Dan ternyata nama Matahari pun sukses menjadi dept store besar di tanah air.

Namun berbeda dengan "kopi kapal api" yang sangat familiar di masyarakat, awalnya bukan bernama kapal api ya sob, ditahun 1920 ada 3 saudara yang merantau ke Hindia Belanda mereka bernama Go Soe Let, Go Bie Tjong, dan Go Soe Bin. Mereka ini memasarkan kopi yang diberi nama Hap Hoo Tjan, dengan cara dagang keliling menggunakan sepeda di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.



Karena pelanggannya anak buah kapal, lambat laun kopi ini dikenal oleh banyak orang yang bekerja di kapal hingga akhirnya Hap Hoo Tjan berganti nama menjadi "Kopi Kapal Api".

Jadi ketika kita melihat sejarah brand besar di tanah air, penamaan brand kenapa bisa berbeda dengan produk yang dijual itu ada kisahnya masing-masing. Jadi bagaimana sekarang sudah tak penasaran lagikan, toh apalah arti sebuah brand yang penting manfaat, harga dan cocok dengan pembeli ya pasti laku.



Namun ada juga nama brand yang sesuai dengan produk yang dijual contohnya seperti "Teh Botol Sosro" memang benar yang dijual teh di dalam botol, atau "Mie Gelas" memang benar cara memakannya memang mie yang ditaruh dalam gelas.

Kalau pendapat kalian bagaimana dengan nama brand yang tak nyambung dengan barang yang dijual, lebih estetik atau perfect.



Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, bila ada kritik silahkan disampaikan dan semoga thread ini bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. See u next thread.





"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2021
referensi : klik, klik, klik, klik
Pic : google