Peran seorang istri adalah untuk mendampingi suami untuk membina sebuah rumah tangga yang harmonis dan bahagia, dan peran seorang istri juga sangat penting dalam rumah tangga dimana sebagai pengatur keuangan, membantu suami, dan merawat anak-anak. Yang artinya jika tidak ada sosok istri pada umumnya rumah tangga akan berantakan.

Meskipun peran seorang istri sangat dibutuhkan dalam rumah tangga, peran suami juga tidak kalah penting dari istri. Yang mana suami juga harus bisa melakukan tugas yang pada umumnya dilakukan istri alasannya jika istri sedang sakit atau kelelahan maka suami dapat menyelesaikan tugas rumah.

Tapi banyak istri yang tidak memahami sifat suaminya meskipun mereka sudah kenal lama, baik ketika pacaran maupun saat berumah tangga. Hal itu disebabkankan, karena istri tidak mau belajar memahami karakter dan sifat sang suami. Bila istri bijak pasti dia akan memperhatikan bagaimana karakteristik dan sifat asli suaminya baik ketika sedang, emosi, cemberut, terpuruk, senang, bercanda.

Saya tidak menyalahkan jika anda curhat kepada orangtuamu karena kelakuan suamimu yang kasar dan suka memukul, itu justru pilihan yang sangat tepat. Namun, tulisan ini membahas tentang suami yang tidak kejam dan tidak mau main tangan saat marah



Mempelajari karakter suami bukan berarti untuk mengetahui kelemahannya akan tetapi untuk menutupi kelemahannya tersebut. Suami adalah tipe orang yang sangat sensitif dan itu dimiliki oleh setiap suami meskipun sebelum menikah dia memiliki jiwa legowo namun setelah menikah secara alami jiwanya akan berubah menjadi sosok yang sensitif, meskipun demikian para suami tetap dapat memendam itu dan menguburnya dalam hati dan sangat jarang meluapkannya meskipun situasi sedang cekcok dengan istri.

Bilapun suamimu meluapkan isi hatinya, mungkin itu faktor dari tekanan yang dipendam-pendam selama ini sehingga ia meluapkannya. Sebenarnya saat ia memarahimu, hatinya juga menangis meskipun nada suaranya tinggi. Saat ia marah percayalah suamimu tidak benci padamu dia hanya melepaskan emosional sesaat saja dan sebenarnya dia tidak ingin mengeluapkan yang dia pendam, jadi artinya semarah-marahnya suamimu ia tidak ingin membuatmu menangis akibat ucapannya.

Pada umumnya, suami itu selalu melindungi harkat istrinya dari isu-isu miring yang mengunjingnya, dan gunjingan paling telak biasanya datang dari mertua (orang tua suami). Saat mertuamu mengkritik dan mengcelamu pasti suamimu akan selalu membelamu meskipun omongan orang tuanya benar. Karena harga diri istri adalah bagian dari harga diri suami, jadi siapa saja tidak boleh mencela atau mencoba menyepelekannya termasuk orangtua sendiri.

Namun lucunya, banyak para istri lebih mendukung orang tuanya sendiri dibandingkan suaminya sendiri. Hubungan mertua dan menantu perempuan memang sangat jarang akur, berbeda dengan mertua dan menantu pria yang pada umumnya akur. Anehnya, istri kebanyakan selalu curhat keburukan suaminya kepada orangtuanya dibandingkan kebaikannya terutama keburukan orang tua suaminya.

Menceritakan kekurangan suami kepada orang tua sebenarnya sudah menjatuhkan harga diri suami, istri semestinya menjaga harga diri dan martabat suami baik dilingkungan masyarakat terlebih dihadapan orangtuamu sendiri. Bila suamimu dikucilkan orangtuamu atau saudaramu kamu harus berani melindunginya meskipun harus menyakiti perasaan keluargamu, karena suamimu adalah keluarga terdekatmu dan juga teman hidup dan matimu.

Bila kamu tidak berani membela dan lebih memilih mendukung orangtuamu berarti kamu tidak layak menjadi seorang istri. Bagaimana perasaanmu jika kelak kamu memiliki anak lelaki dan anak lelakimu memiliki istri yang kelakuan mirip denganmu?



Berikut beberapa ciri-ciri suami yang mungkin bisa dipahami istri versi penulis:





Bagi istri, ketika saat cekcok atau sedang berantam dengan suami jangan terlalu berlebihan sampai ngadu ke orangtuamu. Yang pastinya orang tuamu akan mendukung dan membelamu dan akan menyalahkan suamimu. Seorang istri semestinya harus melindungi harga diri suami, karena suami adalah kepala keluarga yang harus dihormati.



Penulis: Cika Ayunda
Editor: Sambelterasi052
Referensi: ©Pemikiran Cika Ayunda
Komunitas: Toba Ethos