Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

volcom77Avatar border
TS
volcom77
"Mereka Merudapaksa Kami dan Membuat Kami Kelaparan"
"Mereka Memperkosa Kami dan Membuat Kami Kelaparan"

Merdeka.com- Pasukan Ethiopia dan Eritrea merudapaksa ratusan perempuan dan gadis selama perang Tigray, menjadikan beberapa dari mereka target budak seksual dan mutilasi. Hal ini Amnesty International dalam laporan setebal 36 halaman.

Berdasarkan wawancara dengan 63 orang penyintas, laporan yang diterbitkan pada Rabu mengunjungi momok baru yang sedang diperiksa oleh pejabat penegak hukum Ethiopia, dengan setidaknya tiga polisi dihukum dan 25 lainnya didakwa.

Beberapa penyintas mengatakan mereka dirudapaksa beramai-ramai saat ditahan selama berminggu-minggu. Penyintas lain mengungkapkan dirudapaksa di depan anggota keluarga mereka.

Penyintas lainnya melaporkan, beragam benda dimasukkan ke dalam vagina mereka seperti paku dan kerikil, yang menurut Amnesty “menyebabkan kerusakan yang bertahan lama dan mungkin tidak dapat diperbaiki”.

“Jelas bahwa kekerasan dan kekerasan seksual telah digunakan sebagai senjata untuk menimbulkan kerusakan fisik dan berkepanjangan pada perempuan dan anak gadis di Tigray,” kata Sekretaris Jenderal Amnesti, Agnes Callamard, dikutip dari Al Jazeera, Rabu (11/8).

“Ratusan orang telah menjadi sasaran brutal yang ditujukan untuk melecehkan dan memperhatikan mereka.”

“Keparahan dan skala kejahatan yang dilakukan sangat mengejutkan, sama dengan kejahatan dan kemungkinan kejahatan terhadap kemanusiaan.”

'Kami semua dirudapaksa'

Ethiopia Utara dilanda kekerasan sejak November setelah Perdana Menteri Abiy Ahmed menggunakannya tentara ke Tigray untuk membatasi partai-partai yang berkuasa, Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF).

Dia mengatakan langkah itu sebagai respon atas serangan TPLF di kamp tentara federal.

Saat konflik memburuk, para pekerja penyalur bantuan berjuang menghadapi masalah-masalah yang saat ini tidak bisa mengeluh. Menurut PBB, saat ini ada 400.000 orang yang menghadapi penderitaan di Tigray.

Amnesty menyatakan, pelaku pelaku termasuk tentara pemerintah, pasukan dari negara tetangga Eritrea, termasuk pasukan keamanan dan pejuang milisi dari wilayah Amhara.

Lebih dari 12 penyintas menyampaikan kepada Amnesty, mereka dirudapaksa hanya oleh tentara Eritrea, sementara yang lainnya mengatakan pelakunya adalah tentara Eritrea dan Ethiopia.

“Mereka merudapaksa kami dan membuat kami stres. Ada banyak yang merudapaksa kami secara bergiliran,” kata seorang penyintas berusia 21 tahun yang ditawan selama 40 hari.

“Kami termasuk dari 30 perempuan yang mereka culik. Kami semua dirudapaksa.”

Amnesty, tindakan kekerasan seksual meluas dan bertujuan untuk menciptakan jaringan dan menghina para korban dan kelompok etnis mereka.

Para tentara dan milisi kerap menggunakan kalimat-kalimat kasar, hinaan, dan ancaman. Beberapa penyintas mengatakan pemerkosa mereka mengatakan kepada mereka, “Ini yang pantas untuk kalian terima” dan “Beberapa penyintas”.

Penyelidikan berlanjut

AFP sebelumnya telah mewawancarai sejumlah penyintas massal yang dilakukan tentara Ethiopia dan Eritrea.

Pada Rabu, Amnesty menambahkan fasilitas kesehatan di Tigray mencatat 1.288 kasus kekerasan berbasis gender dari Februari-April 2021, walaupun para dokter menyatakan banyak penyintas yang tidak mendatangi fasilitas kesehatan.

Menurut Amnesty, para penyintas menikmati masih menderita komplikasi kesehatan fisik dan mental yang parah.

Sementara itu banyak penyintas yang mengeluhkan trauma fisik seperti pendarahan yang terus menerus, sakit punggung, imobilitas dan fistula. Selain itu ada juga penyintas yang positif HIV setelah dirudapaksa.

Pada Februari lalu, Menteri Perempuan Ethiopia, Filsan Abdullahi Ahmed menyampaikan tidak ada keraguan telah terjadi di Tigray. Sebuah satgas yang dia bentuk sejak saat itu mengirim laporan ke kantor kejaksaan agung.

Pada Selasa, Filsan mengatakan kepada AFP, menjadi pejabat pejabat penegak hukum untuk menetapkan skala kejahatan tersebut dan siapa yang bertanggung jawab.

“Menurut saya mereka melakukan yang terbaik. harus berangkat dan benar-benar benar-benar menyeluruh sebelum mereka mengidentifikasi siapa yang melakukan kejahatan tersebut.”

“Saya lebih suka mereka bergerak lebih cepat sehingga saya dapat mengatakan keadilan telah ditegakkan, dan saya berharap kita akan melihat keadilan."

Pada Mei, kantor kejaksaan agung menyampaikan tiga terbukti bersalah dan dipenjara karena kecelakaan tersebut. selain itu tambahan 25 personel telah didakwa dengan "melakukan tindakan kekerasan seksual dan selingkuh".

Kantor kejaksaan agung juga mengatakan penyelidikan berlanjut.


"Mereka Memperkosa Kami dan Membuat Kami Kelaparan"
"Mereka Memperkosa Kami dan Membuat Kami Kelaparan"
volcom86
eyefirst2
iskrim
iskrim dan 7 lainnya memberi reputasi
8
6.6K
15
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar NegeriKASKUS Official
79.3KThread11.3KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.