Simpanse Mulai Meniru Aktifitas Manusia Saat Pandemi. Mungkinkah Mereka Berevolusi?

Beranda

...

The Lounge
Simpanse Mulai Meniru Aktifitas Manusia Saat Pandemi. Mungkinkah Mereka Berevolusi?

machin

07-08-2021 20:54

Simpanse Mulai Meniru Aktifitas Manusia Saat Pandemi. Mungkinkah Mereka Berevolusi?

Selamat pagi agan aganwati. Sehat dan bahagia selalu. emoticon-rose

sumber screenshot

Seekor simpanse bernama Yuhui yang berada kebun binatang di Cina bikin heboh jagat maya. Simpanse ini berusaha meniru apa yang dilakukan manusia disaat pandemi.

Quote:

Simpanse adalah salah satu hewan paling cerdas di dunia, dan Yuhui, 18 tahun, simpanse jantan yang tinggal di Kotamadya Chongqing, China barat daya, tidak kalah. [1]

Dalam video di bawah ini, Yuhui mencoba memasang masker di mulut dan hidungnya. Meskipun berulang kali gagal, namun Yuhui ada proses belajar menggunakan masker tersebut.

Tidak hanya mencoba menggunakan masker, Yuhui juga mencuci tangannya menggunakan sabun seperti halnya manusia melakukan aktivitas tersebut dikala pandemi ini. Bukan kali ini saja Yuhui menghebohkan dunia maya tentang tindakannya yang meniru kebiasaan manusia. Pada tahun 2019 Yuhui juga menghebohkan dunia maya karena mencoba mencuci kaos dengan menggunakan sabun dan sikat layaknya manusia.

sumber

Yuhui melakukan aktivitas tersebut persis seperti apa yang manusia lakukan. Tidak hanya menggunakan kaos, sabun, dan sikat untuk mainan. Dalam video di bawah ini, Yuhui benar-benar berusaha mencuci kaos tersebut dengan bahan dan alat yang tersedia.[4]

Quote:

Pertanyaan besar yang muncul di benakku saat melihat fenomena ini, mungkinkah mereka berevolusi menjadi seperti manusia ? Maksudnya berevolusi adalah bisa membangun peradaban layaknya manusia. Menjaga kebersihan, memiliki kesadaran akan kerapihan, mengolah makanan, dan sebagainya.

Pertanyaan tersebut aku coba cari jawabannya di internet. Jawabannya bisa tidak bisa juga mungkin. Mengapa tidak bisa ? Begini penjelasannya.

Quote:

Dr Paul Willis, ahli paleontologi dan direktur RIAus (The Royal Institution of Australia) sering mendapatkan pertanyaan seperti ini.

"Jika evolusi itu nyata, mengapa masih ada monyet? Bagaimana bisa kita dianggap sebagai keturunan monyet jika mereka semua tetap monyet?"

Menurut Dr Paul Willis, pertanyaan itu merupakan pertanyaan yang muncul akibat kesalahpahaman atas konsep evolusi dan cara kerjanya. Dia menjelaskan bahwa manusia tidak berevolusi dari monyet, namun manusia dan monyet memiliki nenek moyang yang sama dan keduanya berevolusi sekitar 25 juta tahun yang lalu. Hubungan evolusi antara manusia dan monyet ini didukung dengan adanya catatan fosil maupun analisis DNA.
Studi tahun 2007 menunjukkan bahwa manusia dan monyet rhesus berbagi DNA sekitar 93%. Berdasarkan persamaan dan perbedaan antara kedua jenis DNA, para ilmuwan telah memperkirakan bahwa 25 juta tahun yang lalu, manusia dan monyet rhesus merupakan dua makhluk hidup yang menyimpang dari nenek moyang mereka yang sama.[3]

sumber monyet rhesus

Oleh karena itulah, monyet ini menjadi hewan yang sering digunakan sebagai uji coba oleh para ilmuan untuk mengembangkan sesuatu. Misalkan pembuatan vaksin untuk penanggulanan pandemi covid-19 ini.[2]
Lebih jauh lagi tentang evolusi, Dr Willis mengatakan bahwa kebanyakan kesalahpahaman orang tentang konsep evolusi adalah evolusi adalah proses linier di mana satu spesies berevolusi menjadi spesies lain. Dr Willis melanjutkan penjelasannya bahwa evolusi sebenarnya adalah proses percabangan di mana satu spesies dapat memunculkan dua atau lebih spesies.

sumber

Quote:

"Kekeliruan konsep evolusi linier paling jelas diilustrasikan dengan analogi bertanya; bagaimana saya bisa berbagi kakek-nenek yang sama dengan sepupu saya jika sepupu dan kakek-nenek saya masih hidup?,"
"Jawabannya tentu saja kakek-nenek Anda memiliki lebih dari satu anak dan mereka masing-masing pergi dan memulai keluarga mereka sendiri dengan membuat cabang baru dari pohon keluarga Anda sendiri." kata Dr Willis.

Hal yang sama terjadi dalam proses evolusi pada manusia dan monyet. Suatu spesies dapat membelah menjadi dua atau lebih spesies keturunan dan mereka dapat membelah lagi dan lagi lintas generasi.[3]

Jadi, begitulah kurang lebih penjelasannya tentang konsep evolusi manusia dan monyet. Berdasarkan informasi tambahan yang aku temukan, monyet mungkin juga berevolusi seperti layaknya manusia berevolusi. Namun, hal itu tidak bisa dibuktikan dengan waktu yang sangat singkat. Proses evolusi membutuhkan waktu yang sangat lama. Ribuan bahkan jutaan tahun lamanya. Beberapa hewan berevolusi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Jika kondisi alam memaksa dia untuk mempertebal bulu, beberapa hewan berevolusi dengan mempertebal bulu atau bulu mereka memiliki zat tertentu yang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan. Namun, untuk kasus yang terjadi pada manusia. Otak adalah bagian terbaik dari manusia yang sangat mungkin berevolusi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka.[5]

sumber

Jadi, masih adakah diantara kita yang tidak percaya dengan konsep evolusi? Tidak apa, itu bukan kesalahan, itu hanya masalah keyakinan, tidak usah diributkan layaknya bumi bulat dan bumi datar.

--
Terimakasih sudah membaca thread sederhanaku.
Seperti biasa, sehat dan bahagia selalu. emoticon-rose

Sumber terlampir.

Diubah oleh machin 07-08-2021 20:59