Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

joko.winAvatar border
TS
joko.win
Saat India, Malaysia, sampai Indonesia Tinggalkan Dolar AS



Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) telah berhasil menjalin kesepakatan dengan beberapa negara penggunaan mata uang lokal atau local currency settlement (LCS) dalam transaksi perdagangan maupun investasi.

Adalah India, Malaysia, Thailand, Jepang serta China juga sudah menyepakati hal yang sama untuk meninggalkan dollar AS. Selanjutnya ada beberapa negara lagi yang menjadi incaran BI.

"Ke depan, terdapat 2 negara yang akan dijajaki untuk melakukan kerjasama LCS yaitu Korea Selatan dan Filipina," kata Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan BI, Donny Hutabarat kepada CNBC Indonesia.

Dengan LCS maka kedua negara yang bekerja sama bisa mengurangi ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sehingga kedua mitra dagang, tidak perlu menukar dolar AS terlebih dahulu jika ingin melakukan transaksi perdagangan dan investasi.

Transaksi melalui LCS ini mencakup penggunaan kuotasi nilai tukar secara langsung serta perdagangan antar bank untuk mata uang negara tersebut dan rupiah. Selain itu ada juga sharing informasi dan diskusi secara berkala antar otoritas.

Sejauh ini Indonesia sudah menjalankan LCS dengan Malaysia, Thailand, dan Jepang mencapai US$ 117,3 juta rata-rata setiap bulannya atau setara dengan Rp 1,68 triliun (kurs Rp 14.400/US$). Indonesia juga sudah sepakat dengan China dan akan diimplementasikan pada bulan ini.

"Pada awal Agustus 2021, terdapat penyempurnaan aturan untuk LCS Indonesia-Malaysia dan LCS Indonesia Jepang, serta implementasi LCS Indonesia-Tiongkok," jelas Donny.

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono menjelaskan lebih dari 90% perdagangan Indonesia dengan negara mitra, baik di kawasan Asia maupun luar Asia menggunakan dolar Amerika Serikat (USD).

"Dominasi USD sebagai settlement currency dalam transaksi perdagangan dan investasi menimbulkan ketergantungan tinggi terhadap USD di pasar valas domestik," kata Erwin.

Sehingga, lanjut Erwin penggunaan dolar AS yang tinggi menyebabkan tingginya sensitivitas pergerakan rupiah terhadap global shock seperti pandemi saat ini.

Selain itu, volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang berlebihan, kata Erwin berdampak negatif terhadap stabilitas harga atau inflasi dan dapat mengganggu kemampuan pelaku usaha dalam memenuhi kewajiban utang luar negeri atau perdagangan.

"Oleh karena itu, dalam rangka mencapai dan memelihara stabilitas nilai tukar rupiah, serta mendorong pendalaman pasar keuangan non USD domestik, BI terus mengupayakan peningkatan penggunaan mata uang non-USD dalam transaksi perdagangan dan investasi dengan luar negeri," jelasnya.

https://www.cnbcindonesia.com/market...n-dolar-as/amp
tepsuzot
nomorelies
muhamad.hanif.2
muhamad.hanif.2 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
884
11
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.9KThread41.6KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.