jonmalibo
TS
jonmalibo
Dari Eko Yuli Kita Belajar …
“Maaf masih medali perak”


Kata-kata yang keluar dari mulu Eko Yuli Irawan saat melakukan video call bersama Menteri Pemuda Olahraga Indonesia, Zainudin Amali. Padahal, Eko Yuli baru saja mengibarkan bendera Merah Putih bersanding dengan bendera negara lain di Olimpiade! Sekali lagi, Olimpiade! Bukan kejuaraan antar negara di ASEAN atau Asia, tapi dunia!

Atlet angkat besi andalan Indonesia tersebut harus puas berada di posisi kedua, di bawah atlet Tiongkok, Li Fabin. Eko Yuli melakukan total angkatan seberat 302 kg (137 Snatch dan 165 Clean & Jerk). Sementara Li Fabin berhasil melakukan total angkatan seberat 313 kg, yang sekaligus menjadi rekor Olimpiade di nomor 61 kg putra.

Saat melihat video Eko Yuli meminta maaf karena ‘hanya’ mendapat medali perak, yang pertama kali saya rasakan adalah bingung. Ya, bingung! Untuk bisa tampil di Olimpiade saja, harus melewati perjuangan yang luar biasa. Apalagi bisa sampai meraih medali. Wajar rasanya, kalau kebingungan itu bukan cuma saya yang merasakannya.


Akan tetapi, mungkin ada satu pandangan yang berbeda dari sisi Eko Yuli. Tokyo 2020 merupakan penampilan keempatnya di ajang Olimpiade. Prestasinya tidak main-main, Eko Yuli selalu mendapat medali! Dimulai pada Beijing 2008, dengan raihan medali perunggu di kelas 56 kg. Empat tahun berselang, Eko Yuli tampil di kelas 62 kg pada Olimpiade London 2012 dengan hasil medali perunggu.

Rio De Janeiro 2016, Eko Yuli memperbaiki prestasinya dengan raihan medali perak. Bukankah medali emas akan jadi penutup karier yang bagus? Mengingat, usia Eko Yuli tak lagi muda. Mungkin, inilah yang membuat Eko Yuli ‘masih meminta maaf’ karena gagal menyabet medali emas. Tapi tetap saja, raihan medali perak Olimpiade adalah hal yang sangat membanggakan!

Lantas apa yang bisa kita pelajari dari sosok Eko Yuli? Konsistensi dan tak muda puas dengan apa yang sudah didapat harus kita contoh. Andai Eko Yuli tidak konsisten berlatih dan tak lagi punya ambisi untuk berprestasi, mungkin dia tak akan bisa mencetak sejarah dengan menjadi satu-satunya atlet Indonesia yang punya empat medali Olimpiade!

Bahkan Eko Yuli tak keberatan untuk mengeluarkan uang pribadi demi berlatih dan menjaga kondisi saat pemusatan latihan tidak digelar. Untuk latihan, konsumsi vitamin, dan juga keperluan lain tak sedikit uang yang diperlukan. Untungnya, pemerintah mulai menerapkan pemusatan latihan jangka panjang sejak 2016.

Pelajaran lain yang bisa kita ambil dari sosok Eko Yuli adalah kerendahan hati. “Maaf masih medali perak”. Mungkin kalimat tersebut tidak akan keluar dari seorang Eko Yuli andai lifter asal Lampung ini tak punya kerendahan hati. Bayangkan, bisa meraih medali di Olimpiade (bahkan sampai empat kali) Eko Yuli masih meminta maaf karena belum bisa mengumandangkan Indonesia Raya! Saya rasa, tak semua orang akan berani melakukan apa yang dilakukan seorang Eko Yuli.


Terakhir, Eko Yuli mengajarkan kita untuk bersungguh-sungguh. Maksud saya, jangan pedulikan pandangan orang tentang apa yang kita lakukan, selama itu tidak melanggar. Angkat Besi bukanlah olahraga favorit nan populer di Indonesia. Angkat Besi masih kalah jauh dari bulu tangkis atau sepak bola. Tapi Eko Yuli yang mulai berlatih angkat besi sejak usia sekolah mampu membuktikan, kesungguh-sungguhan pasti memberikan hasil yang tidak mengecewakan.

Lewat angkat besi, Eko Yuli mampu mengangkat derajat martabat bangsa Indonesia. Lewat angkat besi, Eko Yuli berhasil mengangkat taraf hidup keluarganya. Maka itu, jangan meminta maaf, Eko Yuli. Sebaliknya, kami, bangsa Indonesia yang harus berterima kasih.

Terima Kasih, Eko Yuli!
lalotusgarpupataha.w.a.w.a.w
a.w.a.w.a.w dan 22 lainnya memberi reputasi
23
4.7K
33
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sports
Sports
icon
22.8KThread10.6KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.