orang.bajinganAvatar border
TS
orang.bajingan
Ini Lifter Transgender Pertama di Olimpiade, Nurul Akmal dari Aceh
Ini Lifter Transgender Pertama di Olimpiade, Lawan Nurul Akmal dari Aceh




Lifter putri Indonesia Nurul Akmal akan berlaga di Olimpiade Tokyo 2020 pada kelas +87 kg Grup A, Senin (2/8/2021) sore. Salah satu pesaingnya adalah Laurel Hubbard dari Selandia Baru.

Nurul Akmal menjadi atlet asal Aceh pertama yang berkompetisi di Olimpiade sejak penampilan Alkindi pada cabor anggar di Olimpiade Seoul 1988.

Laurel Hubbard juga akan mengukir sejarah tersendiri sebagai atlet transgender pertama yang tampil di Olimpiade. Berusia 43 tahun, ia pun menjadi atlet angkat besi tertua ketiga dalam sejarah pesta olahraga dunia empat tahunan itu.

Keikutsertaan Laurel Hubbard pada nomor putri di Olimpiade sempat menjadi kontroversi. Kondisi fisik Laurel yang seperti pria dianggap kurang fair bagi rival lifter perempuan.

"Atlet perempuan bisa bertanding di olahraga ini sejak 16 tahun lalu, dan sekarang ada laki-laki yang mencoba merebut sorotan di atas podium yang seharusnya untuk perempuan," kata Katherine Deves, salah satu pendiri Save Women's Sport Australasia seperti dikutip Today NBC.

Komite Olimpiade Internasional (IOC) memperbolehkan atlet transgender berlaga sejak 2004. Pada 2015, peraturan tersebut dipertegas lagi bahwa atlet yang bertransisi dari laki-laki menjadi perempuan dapat bertanding di nomor putri tanpa harus menjalani operasi kelamin.

Asalkan, atlet transpuan (transgender perempuan) sudah mengumumkan identitas barunya sebagai wanita setidaknya empat tahun dan menjaga level hormon testosteron di bawah 10 nanomoles per liter selama 12 bulan sebelum tampil di Olimpiade.

Laurel Hubbard terlahir sebagai pria pada 9 Februari 1978 di Auckland, Selandia Baru. Olahraga angkat besi sudah dilakoninya sebelum menjadi transgender.

Ketika masih berlaga di kelas junior pada 2001, Laurel yang waktu itu baru berusia 23 tahun membuat catatan rekor nasional setelah mengalahkan rival lifter pria dengan total angkatan 300 kg.

Di tengah perjalanan kariernya, ia harus menghadapi pergumulan dengan seksualitasnya. Pergumulan tersebut cukup berat sampai Laurel harus meninggalkan olahraga angkat besi yang telah membesarkan namanya.

Baru pada 2012 saat berusia 33 tahun, ia mengumumkan diri sebagai seorang transpuan. Laurel Hubbard pun kembali menggeluti olahraga angkat besi meski kemunculannya sebagai atlet transpuan mengundang banyak cibiran.

Kejuaraan Angkat Besi Dunia 2017 menjadi kompetisi pertamanya sebagai lifter transpuan. Ia berhasil membawa pulang dua medali perak untuk negaranya.

"Aku di sini bukan untuk mengubah dunia. Aku hanya ingin menjadi diriku dan melakukan apa yang kucintai," kata Laurel Hubbard kepada awak media Selandia Baru sepulang dari ajang tersebut.

Meski berharap orang lain bisa menerima dirinya apa adanya, ia tak mau terlalu memusingkan opini mereka.

"Bukan tugasku untuk mengubah pikiran orang, apa yang mereka rasakan dan percayai. Aku hanya berharap mereka bisa melihat gambaran besarnya, ketimbang hanya mengandalkan prasangka," kata dia.




Sejak itu, Laurel tak pernah berbicara lagi kepada media agar bisa fokus membangun kembali kariernya sebagai atlet. Namun, baru-baru ini IOC merilis keterangan resmi yang memuat pernyataan dari Laurel Hubbard.

"Aku melihat ajang Olimpiade sebagai perayaan global akan harapan, idealisme, dan nilai. Aku berterimakasih kepada IOC atas komitmennya untuk membuat olahraga lebih inklusif dan terbuka," kata Laurel Hubbard.

Laurel Hubbard bukan satu-satunya atlet dari kelompok minoritas seksual yang berlaga di Olimpiade Tokyo 2020. Menurut Outsports, dari 11.326 atlet yang berpartisipasi Olimpiade kali ini, 168 di antaranya adalah atlet LGBTQ (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, dan Queer). Jumlah tersebut tiga kali lipat dari Olimpiade Rio 2016 yang menyertakan 56 atlet LGBTQ.

"Setiap atlet yang luar biasa dan bangga adalah suar bagi orang lain yang belum berani melela, atau yang tidak yakin apakah mereka bisa menjadi diri mereka sendiri dan memainkan olahraga yang mereka sukai," kata Joanna Hoffman, direktur komunikasi di Athlete Ally, kelompok advokasi nirlaba yang berbasis di AS, dilansir dari TIME.




Tom Daley, atlet loncat indah andalan Inggris, menyampaikan pesan yang sama setelah berhasil meraih medali emas di Olimpiade Tokyo 2020.

"Aku berharap anak-anak muda LGBTQ di luar sana bisa melihat, apapun yang kalian rasakan sekarang, kalian tidak sendiri. Kalian bisa meraih prestasi apapun dan banyak orang yang mendukungmu," katanya seperti dikutip CNN.

https://wolipop.detik.com/worklife/d...240.1579675154
baaay
nomorelies
bks.pro
bks.pro dan 4 lainnya memberi reputasi
-3
1.8K
22
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.2KThread40.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.