Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

wmcofficialAvatar border
TS
wmcofficial
KOMA Part 1


Malam sepi di sebuah komplek perumahan setelah berbuka puasa. Tampak jalan-jalan komplek yang lengang, tidak nampak seorang pun karena semua orang sedang berada di dalam rumah masing-masing bersama keluarga. Menikmati kehangatan buka bersama. Sedang pada sebuah rumah lama yang berjendela kayu berukuran besar dengan pot-pot bunga yang berjejer rapih di teras rumah terlihat sepi. Lampu terasnya belum lagi dinyalakan. Hanya lampu dari ruang makan yang tampak menyala dan cahayanya menyemburat keluar melalui jendela kayu yang belum tertutup rapat itu. Tiba-tiba dari dalam rumah terdengar suara benda yang jatuh pecah disusul suara tubuh yang ambruk menghantam lantai.  

Beberapa saat kemudian, suara sirine ambulan terdengar Cumiak telinga membelah jalanan menuju rumah sakit terdekat. 


KOMA : Waktu Yang Terlepas


Suara ramai terdengar dari sebuah restoran makanan sunda di pinggir jalan raya saat sore menjelang. Sekumpulan muda-mudi terlihat saling bercengkerama, bertegur sapa dan bercanda. Seperti sekumpulan teman-teman lama yang baru berjumpa lagi. Bisnis apa sekarang? Kerja di mana? Wah sudah sukses ya? Sudah menikah belum? Anak berapa? Menjadi kalimat-kalimat pembuka untuk melanjutkan ke perbincangan yang lebih hangat lagi di kalangan teman yang lama tak berjumpa. 

Rizki adalah salah satu pemuda di antara mereka. Ia begitu sumringah dan senang bisa bertemu kembali dengan teman-teman semasa sekolahnya dulu ini. “Riz, loe inget ga waktu kita tidak hadir pas bulan puasa trus ketauan Pak Dadang lagi nongkrong di warung, trus dihukum suruh nyikat lapangan bendera pake sikat gigi?” tanya seorang teman lalu tertawa. Rizki mengangguk-ngangguk teringat kejadian itu lalu ia ikut tertawa juga diikuti tawa teman-teman lainnya. “Trus siapa sih yang ngisengin guru matematika pake iguana di laci mejanya? Sampe tu guru ngibrit keluar kelas dan kita ga jadi ulangan?” seru temannya yang lain. Semua telunjuk mengarah pada Rizki. Rizki nyengir, mengangguk malu-malu. “Iya itu gue … yah namanya juga masih SMA, lagi bandel-bandelnya hehehe,” kilahnya lalu pecah tawa teman-temannya. Kemudian perbincangan yang ramai dipenuhi canda terus berlanjut.

Drrrttt. Drrrttt. Drrrttt.

Bunyi getar dari sebuah telepon genggam terdengar. Salah seorang teman menepuk bahu Rizki. “Eh Riz, Itu telpon lo bukan? Ada yang nelpon tuh,” sahut temannya mengingatkan. Rizki menoleh melihat pada telepon genggamnya yang bergetar-getar. Ia menatap layar telpon genggamnya melihat siapa yang menghubunginya. Rizki menghela nafas setelah melihatnya lalu menolak teleponnya, kemudian ia kembali dalam keseruan perbincangan bersama teman-temannya.

Drrrttt. Drrrttt. Drrrttt.

Tak lama, suara getar dari telpon genggam itu terdengar lagi. Tanpa menoleh atau melihat, Rizki segera menolak telepon itu lagi begitu saja, sedang ia terus ngobrol bersama teman-temannya. Terdengar suara notif dari telepon genggamnya, sebuah pesan telah masuk, tapi Rizki tidak menggubrisnya juga, ia sedang seru bercerita dengan teman-temannya. Beberapa saat kemudian terdengar adzan Magrib berkumandang. “Akhirnya,” gumam Rizki senang mendengar suara adzan itu. Ia mengambil segelas es buah di hadapannya. “Selamat berbuka Gaes!” seru Rizki sumringah pada teman-temannya. Mereka semua pun berbuka puasa bersama hari itu dengan penuh tawa.

Suara detik jarum jam yang berdetak terdengar di sebuah ruang makan.

Adzan magrib baru saja berlalu. Seorang perempuan paruh baya tampak duduk sendiri di meja makan. Sebuah meja makan sederhana dengan empat buah kursi kayu dan hanya ia seorang yang mengisi satu kursinya. Matanya menatap pada telepon genggam di atas meja dengan helaan nafas pelan lalu tersenyum sabar meski tak bisa disembunyikannya semburat kecewa yang mengiringi senyumannya itu. 

Ia menuangkan teh hangat pada cangkir bermotif kembangnya, lalu memasukkan gula secukupnya dan mengaduknya. Tampak makanan lezat telah disiapkannya di atas meja meski tak banyak. Setelah membaca doa berbuka puasa ia meminum tehnya perlahan seraya matanya menatap pada kursi-kursi kayu kosong di depannya. Ia pun menatap sebuah gelas mug bercorak loreng di atas meja yang telah diletakkannya sejak sore tadi. Ia menghela pelan nafasnya lagi. Kemudian berdiri dari duduknya, membawa cangkir berisikan teh ke depan jendela, melempar pandangan keluar melalui jendela, melihat pintu gerbang yang masih tertutup rapat, menggeleng pelan, kemudian menutup rapat jendelanya. Ia meminum kembali tehnya dengan perasaan kosong.


penulisan dan ide saya sendiri.
no copyright
sumber foto : google gambar
Diubah oleh wmcofficial 14-07-2021 06:13
bukhorigan
aryanti.story
aryanti.story dan bukhorigan memberi reputasi
2
47.9K
11
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.