Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

gangel160487Avatar border
TS
gangel160487
Sosok Dari Balik Jendela Itu (Horor)

Saat aku berada di bangku SMK, aku mempunyai seorang teman yang baru saja pindah ke kota ku di pertengahan caturwulan, kami berteman cukup akrab untuk beberapa waktu lamanya, sangking akrabnya akhirnya kami sering bercerita satu dan lainnya dan nginap bersama, cerita ini terjadi jauh beberapa bulan sebelum kami berteman akrab dan saat awal awal kepindahan dia, dan berikut adalah penuturan daripada teman ku :
Sebut saja namaku Lily.
Ini adalah cerita yang terjadi pada saat aku baru saja pindah dari rumah lamaku di jawa, ke rumah baruku yang berada di sebuah kota P di Kalimantan.

Sebenarnya kami terpaksa pindah karena pada tahun 90'an awal ayah diberhentikan dari pekerjaan lamanya, dan setelah melamar kesana kemari akhirnya ayah diterima di pekerjaan baru yang mengharuskan kami sekeluarga dengan berat hati harus pergi meninggalkan kampung halaman dan beranjak ke kota baru dan tinggal di rumah baru tersebut.

Kali pertama kami menginjakan kaki di rumah ini, rasanya tidak ada hal aneh yang patut kami khawatirkan ataupun takutkan. Justru, di rumah baru ini kami merasakan sebuah udara sejuk khas pedesaan (yup, benar, karena walaupun di bilangan kota yang notabene panas, kota P ini berada di dataran rendah bumi khatulistiwa yang terkenal akan cuaca tropis dan panas menyengat, tetapi rumah kami yang berada di pinggiran kota dengan situasi kondisi tahun 90'an awal dimana lingkungan masih sepi dan dipenuhi pepohonan rindang dan sepi).
Suatu lingkungan yang tidak kami dapatkan di rumah lama kami.
Kami hanya tinggal berempat di rumah baru tersebut (walaupun sebenarnya rumah ini notabene rumah lama yang dijual kembali oleh pemilik lama karena suatu sebab dan hal).
Aku yang masih Sekolah Menegah Atas pada saat itu, mau tidak mau harus mempersiapkan diri untuk pindahan dari sekolahku yang lama, ke sekolah baru, yang lokasi nya persis dekat dengan rumah baruku ini.
Seteven (adikku) pun begitu. Dia kemudian juga dipindahkan ke SMP baru yang letaknya tak jauh dari rumah itu.

Intinya adalah akan banyak hal-hal yang harus aku hadapi ke depan, akan tetapi  rasanya sampai saat itu keadaan terlihat normal-normal saja hingga saat ini.
Di rumah baru kami terdapat 3 ruangan kamar dengan kondisi rumah 1 lantai. Ayah menyuruh aku untuk tidur di kamar yang kedua, terletak di dekat ruangan tamu, dimana pemandangan dalam kamar itu, terdapat sebuah jendela yang apabila aku perhatikan dengan seksama, aku dapat melihat sebuah jendela yang terpasang rapi, namun tidak ada pemandangan yang dapat aku lihat dari sana.
Di balik jendela itu terdapat sebuah tembok beton dan pintu merah dari rumah tetangga sebelah, yang kemudian menutup pemandangan dari jendela yang terpasang di kamarku tersebut.

Aku tidaklah terlalu mempermasalahkan akan hal tersebut. Akan tetapi suatu hal yang aneh terjadi, pada saat aku mulai hendak menutup kain gordyn jendela kamarku, samar samar terdengar di telingaku sebuah suara wanita yang pelan sekali, suaranya seakan terdengar mengucapkan “...kemarikan”
Aku kembali membuka gordyn itu, dan nampak tidak ada siapa-siapa di sana. Hanya terlihat pemandangan beton tinggi dan pintu merah yang menghalangi pandangan dari jendela tersebut.
Dengan perasaan tidak enak, aku berusaha menenangkan diriku dengan mengatakan mungkin ini hanyalah ilusi atau perasaanku saja.

Karena lelah, akupun tertidur hingga tanpa terasa waktu maghrib sudah tiba. Dan ibu mengetok kamar ku.
“Bangun, Kak! Mandi.. habis mandi langsung makan ya? Makanan sudah Ibu siapin.” Ucap Ibuku, dan kemudian berlalu.
Aku pun kemudian mencari handukku yang masih tersimpan rapi di dalam koper. Setelah ketemu, kemudian aku bergegas menuju kamar mandi.

Tapi, saat aku baru saja melangkahkan kakiku. Tiba-tiba aku mendengar suara  di balik gordyn kamarku. Yang membuat aku terkejut, seingatku aku sudah menutup gordyn dan jendela kamarku tetapi kenapa bisa kembali terbuka?
Saat itu, aku tidak menyalakan kipas dan cuaca waktu itu juga tidaklah berangin akan tetapi gordyn itu bisa bergerak dan gerakannya sangat tidak wajar, bukan gerakan dari gordyn yang ditiup oleh angin.
“Atau angin dari luar?” Aku seolah bertanya pada diriku sendiri.
Tapi, pada saat aku menghampiri jendela itu. Tidak lah terasa hembusan angin sore. Tidak ada angin, kecuali dari balik pintu kamar yang sengaja aku buka.

Namun, pintu kamarku terletak lumayan jauh dari posisi jendela tersebut. Lantas?
Karena tidak mau berpikir hal yang macam-macam. Aku kemudian menutup rapi gordyn itu, kembali seperti semula. Dan kemudian aku bergegas untuk mandi.
Namun, saat baru saja aku melangkahkan kakiku, tiba-tiba aku mendengar suara dari balik jendela tersebut.
Suara wanita itu, yang kini tertawa!! Ya, jelas sekali, aku benar-benar  mendengarnya. Tawa itu persis aku dengar dari balik jendela kamarku.

Aku kemudian mempercepat langkahku, dan tidak mau berpikir berlebih yang bisa membuatku semakin merasa takut.
Biar bagaimana pun, aku akan tinggal di sini sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Atau bahkan aku harus tinggal di sini hingga aku dewasa ataupun hingga aku mendapatkan penghasilan sendiri.

Setelah mandi, aku pun makan malam bersama adikku. Dan, aku sedikit bercerita kepada Seteven mengenai peristiwa tadi, adikku bukanlah tipe yang penakut, malahan ia menjadi
semakin penasaran mendengar ceritaku.
“Ada suara orang ketawa di dalam kamar Kakak!” Kataku kemudian.
Seteven diam seperti orang yang sedang kebingungan.
Setelah selesai makan, aku mengajak Seteven ke dalam kamarku. Aku hanya ingin memastikan bahwa apa yang aku dengar itu hanyalah timbul dari perasaanku sendiri.
Setelah sampai di dalam kamar, dan dengan waktu yang cukup lama, suara tawa itu tidak terdengar lagi.
Bahkan, gordyn itu pun masih tertata rapi dan tidak bergerak sama sekali.
“Ya sudah, Dek. Kamu boleh ke kamarmu sekarang.” Kataku kepada Seteven kemudian.
Seteven pun kemudian berlalu dari kamarku.
“Mungkin emang perasaanku aja kali ya?” Batinku kemudian.

Malam itu, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Dengan rasa kantuk, aku pun memutuskan untuk tidur. Karena, esok hari aku akan daftar ke sekolah baru bersama Ayah.
Cuaca pada waktu itu sedikit gerimis dan keadaan diluar yang terdengar guruh serta petir dan bunyi hujan membuatku terlelap.
Tetapi tiba tiba, Aku terjaga di pagi buta. Aku tidak merasakan ada kejanggalan dalam tidurku.

Aku pun bergegas untuk mandi dan sarapan, dan kemudian diantar oleh Ayah untuk daftar ke sekolah baru.
Setelah selesai mendaftar, aku pun kemudian diterima di sekolah baruku tersebut. Di SMK ini, aku akan melanjutkan pendidikanku yang hanya tersisa 2 tahun tersebut.
Ayah yang harus melanjutkan ke kantor, sehingga akupun pulang dengan angkot. Singkat cerita, sampailah aku kembali ke rumah.
Di rumah, Seteven juga berkata bahwa dia sudah mendapatkan sekolah baru. Dan dia akan belajar mulai dari esok hari.
“Kalau Kakak sih sudah mulai perkenalan tadi.” Jawabku.
“Oh ya sudah.. nanti siapkan saja perlengkapannya ya, Kak. Kalau baju lama masih bisa dipakai, ya pakai saja. Tinggal copot logo sekolah kamu yang lama nya..” ucap Ibu.
“Iya, Bu..”
Singkat cerita, saat kami sekeluarga sudah makan malam bersama. Aku pun kembali ke dalam kamarku.

Malam itu, akan malam yang tak akan pernah bisa aku lupakan. Saat aku sedang melihat di jendela, tiba tiba terpampang wajah di balik jendela kamarku itu.
Wajah itu menyeringai ke arahku. Tanpa sadar aku pun menjerit cukup kencang, tetapi anehnya suara ku tidaklah keluar, aku hanya bisa terbujur kaku berdiri.
Hingga tiba tiba ibu masuk ke kamar dan akupun bisa bergerak kembali, aku menangis ke pelukan ibu dan menunjuk ke jendela.
“Nggak ada apa-apa, Kak.” Ucap Ibu kemudian.
Jendela itu masih berada pada posisinya, gordyn nya pun tertutup rapi. Ibu pun dibuat keheranan.
Aku pun kemudian bercerita, bahwa aku melihat sesosok wanita yang menyeringai ke arahku, wanita itu berdiri dari balik jendela.
Ibu kemudian berinisiatif untuk membuka gordyn tersebut. Saat itu hanya gelap yang terlihat. Karena beton rumah tetangga yang menghalanginya.
“Tuh, nggak ada siapa-siapa, Kak.. kamu kecapekan mungkin. Jadi pikiran kamu ke mana-mana.” Ucap Ibu kemudian.

Aku kemudian mengangguk, dan kemudian berkata, “iya, maaf.. mungkin ini hanya perasaanku aja.”
“Ya sudah. Sekarang kamu tidur. Besok bangun pagi ya? Kamu ikut sama Ibu buat nganter Seteven ke sekolah barunya. Biar kamu juga tahu..” ucap Ibu, dan kemudian mereka pun berlalu dari kamarku.
Saat itu, hanya tersisa aku sendiri di dalam kamar tersebut. Aku kemudian mencoba untuk tidur dengan sekuat tenaga. Hingga, singkat cerita, aku terbangun pada pukul 11 malam, dengan perasaan ingin buang air kecil.
Setelah kembali dari kamar mandi, aku melihat persis ke arah jendela tersebut. Posisinya masih rapi seperti sedia kala. Tidak ada yang berubah sama sekali.

Tapi, pada saat itu, aku mendengar seperti ada yang mengetuk-mengetuk kaca jendela tersebut dengan batu.
“Tek.. tek.. tek..” kurang lebih seperti itulah bunyinya.

Perasaanku mulai tidak karuan saat itu juga.
Hingga kemudian, aku mencoba memberanikan diri untuk membuka gordyn tersebut dengan perlahan.

Hingga kemudian, aku melihat sebuah wajah wanita tertawa lebar dari balik jendela tersebut.

Setelahnya, aku tidak mengingat apa-apa lagi, sampai aku terbangun di pagi hari, dengan keadaan aku yang tergeletak di lantai.
Saat sarapan pagi, aku terkejut mendengar pertanyaan Ibu yang ditujukan kepadaku:

“Kamu semalam bersenandung di tengah malam, Kak?” Katanya.
“Hah?! Senandung?!” Kataku kemudian.
“Ibu denger suara senandung dengan lirih lho. Ibu semalem bangun jam 2. Pengin pipis..”
“Bu. Ibu tahu nggak?” Aku berniat untuk bercerita.
“Tahu apa?” Ibu berbalik tanya.
“Semalem Aku lihat lagi perempuan di balik jendela kamar! Terus pas bangun aku ada di lantai!” Kataku dengan penuh keseriusan.
“Ah, masa sih? Emang iya?”
“ Bu! Aku nggak boong!”
“Terus, yang semalam itu siapa?” Tanya Ibu.
“Ya mungkin perempuan itu, Bu!” Kataku kemudian.
“Kalau Ibu nggak percaya. Ntar malem temenin Kakak aja tidur di kamar!” Ajakku kemudian.
“Boleh.. tapi, ! Kamu kan udah gede..jangan guling guling kesana kemari ya, berat!” Kata Ibuku kemudian.
Singkat cerita, malam itu Ibuku menemaniku tidur di kamar.
Awalnya tidak ada hal aneh yang kami alami pada saat itu. Hingga kemudian, aku pun melihat Ibu sudah tertidur pada pukul 10 malam.
Saat aku mencoba untuk memejamkan mata, tiba-tiba aku mendengar suara ketukan kaca itu lagi.
Sontak, akupun bergegas untuk membangunkan Ibuku yang tertidur. Karena, pada saat itu suara ketukan kaca dari jendela tersebut, semakin keras dan cepat.
Ibuku pun menghampiri jendela tersebut, bersama aku yang berada di belakangnya.

Saat gordyn itu dibuka perlahan oleh Ibu. Di sana kembali menampilkan sosok wanita, kini begitu jelas matanya melotot ke arah kami berdua.
Ibu refleks mengucap dan berdoa, sontak aku ke kamar dan berteriak memanggil Ayah.
5 menit kemudian Ayah pun datang ke dalam kamarku dan bertanya, “ada apa?”
Setelah aku menjelaskan apa yang terjadi kepada Ayah.
Kemudian kini giliran Ayah yang membuka gordyn tersebut. Namun, pada saat itu tidak ada siapa-siapa di sana. Hanya terlihat beton gelap saja.
Ibu menceritakan duduk perkara yang sejelas-jelasnya kepada Ayah.

“Jadi tadi tuh ada yang ketuk kaca jendela ini. Terus pas Ibu buka, ada sosok perempuan yang lagi melotot! Wajahnya serem, Yah!” cerita Ibu.
Ayah sempat tak percaya, dan mengira bahwa itu hanya halusinasi saja.
Jadilah pada malam itu, kami bertiga bermalam di kamarku.
Hingga pada pukul 1 pagi, terdengar ada suara wanita yang sedang bernyanyi lirih. Namun suaranya terdengar samar, hampir tidak jelas.
Kemudian Ayah pun bergegas untuk bangun dan berjalan menuju letak jendela itu berada. Perlahan Ayah membuka gordyn dari jendela tersebut, sepintas sosok wanita itu menghilang dari pandangan.

Dengan penuh keheranan dan perasaan takut, aku melihat kearah ayah ku, beliau terlihat tenang dan setelah beberapa saat berpikir, akhirnya ayah berkata, "Besok kita coba panggil Pastor untuk berdoa untuk penyucian rumah dan lingkungan sekitar ya."
Keesokan harinya, pulang dari sekolah aku melihat dirumah ada tamu, Pastor itu sedang berkeliling dan berdoa di rumah kami.
Setelah selesai, pastor itu mengajak kami sekeluarga untuk duduk di ruang tamu. 
Ditemanin seorang bapak rekannya,  mereka mulai menceritakan deskripsi dari makhluk halus tersebut, Katanya muka nya hancur. Darah bersimbah di mana-mana. Dan posisinya yang cukup mengerikan. Ia tampak tergantung ... dan rekan pastor menunjuk ke arah pohon yang terletak persis di seberang jendela kamarku tempat makhluk itu.

Tiba tiba datang pak RT yang rupanya datang karena diundang oleh ayah ku, kemudian beliau pun menceritakan bahwa benar pernah ada seorang wanita yang pernah tertabrak lari, dan si penabrak yang setelah ditangkap akhirnya membocorkan tempat ia dikuburkan yang memang persis disamping pohon tersebut.
Akhirnya setelah ritual penyucian tersebut, kami merasakan ketenangan dan tiada nya gangguan di bulan bulan berikut nya, hingga...

Spoiler for Ending:



More to come


Spoiler for Liputan di Panti:



Quote:


Quote:


Quote:


Quote:


Quote:


Quote:
Diubah oleh gangel160487 12-07-2021 07:10
imaginaerum
raovudiga22112
read51843848
read51843848 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
2.1K
12
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.