Corona memang tidak pandang bulu, bahkan buat orang susah pun tetap dihajar. Corona tidak melihat ia siapa, pejabat, perangkat desa, walikota, gubernur atau Presiden sekalipun bisa terpapar.

Yang kaya saja kena apalagi yang susah, rumah ngontrak dan penghasilan ngepas. Nah, mereka yang susah ini bila terpapar lebih banyak memilih diam. Mereka tak mau kejadian seperti Rafasha, salah seorang warga yang tinggal di Kelurahan Gumuruh, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung yang mengaku diusir dan dimaki oleh warga sekitar karena isoman dirumah.

Tapi dibantah oleh kepala RT setempat, tidak ada pengusiran hanya ingin membantu pindah tempat isoman yang lebih baik. Untuk jelasnya silahkan lihat kronologinya dibawah ya gan. Karena ini berkaitan dengan seorang lelaki dan wanita yang statusnya pacaran tapi dalam satu rumah ketika isoman dianggap tak etis.



Bagaimana makin pusingkan, ada dua cerita yang berbeda tapi intinya sama harus pindah tempat isoman.

Kita tinggalkan cerita diatas, yang jelas bagi orang susah, isoman akan membuat mereka makin susah. Makin banyak utang menumpuk apalagi harus bayar kontrakan, kostan, kalau ga cari uang mana mau mereka di utangin.

Apalagi rumah kontrakan atau kostan di Jakarta jenisnya petakan, bayangkan tidak keluar selama isoman saja mereka mau makan darimana? Sedangkan mereka juga butuh usaha untuk mencari pengganjal perut, daripada bikin ribut tak jarang mereka berdayakan obat warung, berdayakan ramuan herbal dan diam saja walau tahu terkena gejala covid. Bilangnya biasa meriang, ntar juga baikan.

Bagi imun tubuhnya yang baik setelah 2 minggu ya biasa saja, sehat seperti sedia kala. Namun buat yang imun kurang baik, otomatis akan sesak nafas dan bertambah parah. Bagi yang punya biaya akan langsung dibawa ke RS bagi yang tak punya biaya paling keluarga menghibur diri sudah waktunya, karena setiap yang bernyawa akan mati.



Tanda-tanda covid bisa dibilang mirip kalau lagi ga punya uang apalagi banyak utang, pusing, ga ada yang bisa dimakan, setiap ditagih deb collector demam alias meriang, nafas kembang kempis, rasanya hidup kok merana banget, kalau ga kuat-kuat bisa depresi dan terjun dari monas. Ujungnya meninggal pak, sama kaya covid. Jadi bagi orang susah covid ini sama dengan kayak orang ga punya uang, mereka sudah terbiasa mengalami hal itu. Makanya kalau kena covid banyak yang di kalangan kaum marjinal memilih diam, karena masih ada kesempatan sembuh.

Lalu bagaimana bila menularkan covid tersebut ke orang lain? Hukum alam yang bekerja siapa kuat dia bertahan, begitulah kehidupan di alam liar punya mekanismenya sendiri.





Walau secara manusiawi kok mendengarnya miris, tapi bila dibandingkan dengan perang, dimana korban perang dan genosida bisa membantai ratusan ribu orang perhari dibandingkan covid. Jadi manusia sebenarnya lebih kejam dari covid, makan atau dimakan.

Apalagi melihat kasus pengusiran warga terhadap korban covid, walau masih bisa diperdebatkan kronologinya tentu hal ini semakin banyak saja pasien positif yang diam. Lebih baik bagi-bagi rejeki penyakit kalau korbannya satu RT banyak, kemungkinan besar lockdown wilayah tak bakalan di usir macam melakukan tindakan kriminal.

Siapa sih yang mau sakit, siapa sih yang mau terpapar, siapa sih yang mau bayar swab dan pcr dengan harga yang bikin kantong bolong. Jelas semuanya tidak mau, melihat fenomena pengusiran korban covid seperti ini apa tanggapanmu nih.



Berita pasien isoman yang mengaku diusir warga.

Menarik bukan untuk dibahas, yuk diskusi tentang hal ini.

Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, semoga bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. See u next thread.





"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2021
referensi : klik
Pic : google