raeukiAvatar border
TS
raeuki
Apakah GanSis Merasa Benci Pada Pasangan? Ketahui dan Cari Solusi!
Quote:

"Pada akhirnya permasalahan berawal dari dua orang yang tidak mendapatkan apa yang mereka butuhkan dari satu sama lain."


Pernikahan dilakukan dimaksudkan agar bertahan selamanya, setidaknya itulah yang diharapkan dan dituturkan oleh pasangan dan orang-orang di pesta pernikahan. Lagu cinta dinyanyikan, dan berbagai teks agama menganjurkan agar pernikahan berlangsung selama-lamanya, selamanya yang diharapkan tentu adalah waktu yang sangat lama. Pasangan satu sama lain menjanjikan cinta abadi saat berdiri dengan wajah segar dan berseri-seri pada hari pernikahan. Beberapa pasangan benar-benar memenuhi janji itu dua puluh, tiga puluh, atau empat puluh tahun kemudian sampai berjumpa dengan kematian, namun beberapa pasangan lain berakhir tidak demikian.

Pernikahan yang paling bahagia dan paling sehat pun membutuhkan sejumlah permasalahn untuk tetap bertahan, tetapi apa yang terjadi ketika hubungan yang sedang GanSis jalani membuat GanSis berkata, "Saya pikir saya membenci istri/suami saya?" tetapi benci yang dimaksud bukan kebencian yang mendidih kemudian mengarah pada kejahatan yang buruk, seperti ingin mencelakai atau bahkan ingin membunuh pasangan, namun muncul perasaan tidak suka yang kuat. Sehingga membuat GanSis berpikir keras untuk mengingat "kapan saya terakhir kali menikmati kebersamaan dengan istri/suami? Bahkan membuat GanSis memikirkan perselingkuhan atau perceraian .

Apa GanSis pernah merasakan perasaan rumit tersebut? Jika ia, apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan hubungan dan kembali bahagia bersama pasangan?

Quote:

Jika terkadang kita "membenci" pasangan, itu adalah normal

"Setiap hubungan jangka panjang memiliki peluang untuk menjadi tempat berkembangnya kebencian, perasaan sakit hati, kemarahan dan kekecewaan". Pasangan bekerja untuk mencapai kesuksesan hidup, mulai melalui beragam hal : mengurus anak ; menjalani karier yang sibuk ; serta beragam hal lain. Dan melupakan bahwa cinta dan romantisme membutuhkan pemeliharaan agar tidak layu.

Kita mungkin merindukan pasangan yang dulu kita kenal.


Dulu, waktu belum menikah atau awal-awal pernikahan sering jalan-jalan, menghabiskan waktu bersama berdua, menikmati beragam romansa kisah kasih bersama. Ngobrol dan membicarakan masa depan, menghabiskan pulsa untuk SMS-an dan telponan. Namun hari ini, kesenangan tampaknya menjadi hal yang paling jauh dari pikiran pasangan, dan itu membuat kita merasa bosan dan frustrasi.

Apakah ini terjadi pada GanSis?

Banyak istri membenci suami mereka karena "mereka sering merasa lelah, frustrasi, dan kesal tentang pekerjaan, atau apa yang mereka curahkan untuk rumah tangga, karier, dan keluarga"sehingga istri kehilangan waktu bersama dan merasa disalahkan.

Quote:

Namun suami sering kali memiliki tingkat kebencian yang sama atau bahkan lebih tinggi terhadap istri. Kemarahan suami cenderung tidak berakar pada frustrasi atas tugas dan tanggung jawab, tetapi karena "kerinduan akan cinta, kesenangan, dan keinginan untuk hubungan yang lebih dalam dengan pasangannya"namun sulit terpenuhi karena lelah dan kehabisan waktu untuk bekerja dan bertanggung jawab sehingga suami merasa semakin putus asa.


Peran istri sebagai seorang ibu membuat suami merasa diabaikan.

Bagi pasangan yang memiliki anak yang masih bayi atau balita, sehingga harus mengurusnya sepanjang waktu, yang mana biasanya ibu (istri) meluangkan lebih banyak waktu daripada ayah (suami) untuk mengurus anak. Karena itu tidak jarang seorang suami merasa menjadi prioritas terakhir bagi istrinya.

Pria (suami) lebih cenderung merasa diabaikan secara emosional oleh pasangannya daripada wanita (istri)," suami sering mendambakan minat, perhatian, dan kasih sayang yang ia lihat dari istri yang diberikan kepada anak-anak mereka.
Begitupun juga wanita (istri) merasa waktu yang ia punya tersita habis untuk mengurusi hal pokok rumah tangga, seperti mengerjakan pekerjaan rumah dan mengurus anak, sehingga tidak sempat lagi untuk quality time baik untuk mempercantik diri maupun menghabiskan waktu bersama suami.

Diam lebih berbahaya daripada berdebat

Berdebat dengan cara yang sopan bisa menjadi pertanda positif, karena itu berarti kedua pasangan masih salingpeduli. "Ketika pasangan masih bersuara ketika bermusuhan, maksudnya terlibat pedebatan (berkomunikasi dengan buruk) artinya salah satu atau keduanya merasa terluka atau takut terjadi sesuatu pada hubungan mereka, mereka masih memiliki kesempatan."

Mengubur setiap uneg-uneg dan kebencian alih-alih membicarakannya, dapat menyebabkan jarak yang tidak dapat diperbaiki. Menyebabkan pasangan yang tinggal di bawah atap yang sama namun menjalani kehidupan yang terpisah. Kemudian tidur di ranjang yang berbeda, jadwal yang berbeda seperti : tidak makan bersama lagi, tidak membahas masalah mereka, dan tidak lagi saling memandang untuk waktu yang lama. Seolah menjadi asing satu-sama lain.

Mungkin itu salah kita bukan pasangan kita

Kemunduran dalam usaha atau pekerjaan yang mengganggu stabiltas keuangan, pasangan suami istri menjadi setres, dapat memengaruhi kesehatan pernikahan. Ekspektasi budaya yang didasarkan pada konsep laki-laki sebagai "pencari nafkah" telah memperkuat gagasan bahwa menikah juga membawa nilai materi pada istri. Dengan ekspektasi ini juga terkadang membuat suami berlaku superior (merasa bos ) terhadap istri karena materi yang telah ia berikan.

Karena ekspektasi ini juga, pasangan biasanya memproyeksikan kekurangan yang dirasakan ke pasangannya yang ujung-ujungnya saling "menunjuk" satu sama lain.

Cobalah luangkan waktu sendiri, dan mulai menunjuk diri sendiri, mungkin yang kita benci bukan pasangan kita melainkan diri kita sendiri, kekurangan atau kesalahan mungkin ada pada kita bukan pasangan kita. 

Komunikasi itu penting

Apakah komunikasi akan mudah? Jika masalah telah berlangsung lama, banyak hal yang dipendam dan disembunyikan, tentu untuk komunikasi itu rumit. Jika tidak ada hal yang sangat disesalkan, seperti perselingkuhan, melakukan percakapan yang sepenuhnya jujur mungkin dapat menyatukan pasangan kembali.

Dalam komunikasi dengan pasangan "sangat mudah untuk terjerumus ke dalam sikap membela diri, menyalahkan, dan mengasihani diri sendiri," itulah sebabnya jika terlalu sulit coba minta dukungan dari keluarga atau sahabat yang objektif bisa sangat membantu. Dan komunikasi tidak akan berhasil kecuali pasangan mau membicarakan rasa frustrasi dan uneg-unegnya serta mendengarkan satu sama lain.

Terkadang kita (suami/istri) terlalu marah bahkan terkadang tidak tahu harus mulai dari mana untuk membicarakannya dengan pasangan.

Perselisihan pasti ada, pertengkaran akan terjadi, hanya bagaimana kita yang telah memilih menikah dan memilih pasangan menghadapi dengan sebijaksana mungkin sehingga tidak akan pernah tumbuh rasa benci dan penyesalan.

Akhirnya, dengan segala cinta dan kasih sayang yang kita miliki, semoga keluarga kita banyak ketentraman dan mampu menyenangkan hati serta bahagia untuk selama-lama-lama-lamanya.

-The End-
@raeuki2021
sumber : di sini, di sini, di sini


murayh0
cheria021
anton2019827
anton2019827 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.6K
13
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Wedding & Family
Wedding & FamilyKASKUS Official
8.8KThread9.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.