Jakarta – Kebakaran hutan pada 2015 menjadi bencana terburuk dalam sejarah Indonesia. Asap kebakaran hutan menjangkau hingga wilayah Thailand dan Vietnam, sementara efeknya juga dirasakan warga Jakarta.
Meskipun berbagai upaya antisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dilakukan oleh pemerintah bersama pemerintah daerah, dunia usaha dan lainnya, namun karhutla terus terjadi, khususnya di Riau dan Kalimantan Timur.
Berdasarkan pantauan satelit Modis sensor Terra Aqua dari NASA terdeteksi ada 151 hotspot di wilayah Indonesia pada Minggu (13/3) pukul 05.00 Wib. Sebaran titik panas karhutla berada di Kalimantan Timur sebanyak 76 titik panas, Riau 45, Aceh 11, Kalimantan Utara 7, Sulawesi Tengah 2, Gorontalo 2, Sulawesi Selatan 2, Sumatera Selatan 1, Sumatera Utara 1, Maluku Utara 1, dan Jawa Timur 1.
Dari 45 hotspot di Riau tersebut tersebar di Kabupaten Bengkalis 16, Indragiri Hulu 2, Kepulauan Meranti 20, Pelalawan 4, Rokan Hilir 1, dan Siak 2. Sedangkan 76 hotspot di Kalimantan Timur tersebar di Kabupaten Berau 9, Kutai Kartanegara 16, Kutai Timur 50, dan Bontang 1.
“Kondisi cuaca di Riau dan Kalimantan Timur kering. Wilayah di Riau saat ini memasuki kemarau periode pertama hingga April mendatang. Namun kemarau yang terjadi tidak sekering saat kemarau periode kedua pada Juli hingga September mendatang,” kata Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB. Meskipun demikian kondisi air sumur dan air permukaan sudah mulai menipis sehingga menyulitkan petugas saat memadamkan api.
Karhutla di Riau dan Kalimantan Timur sudah berlangsung hampir tiga minggu terakhir dengan jumlah titik panas yang fluktuatif. Jumlah total titik panas di Kalimantan Timur lebih banyak dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.
“Memang terjadi anomali, dimana karhutla sebelumnya di Kalimantan Timur relatif sedikit dibandingkan dengan yang lain. Karhutla yang terjadi pada Februari 2016, bukan hanya membakar hutan dan kebun tapi orang utan satwa langka yang dilindungi pun ikut terbakar,” papar Sutopo.
Menurut Sutopo penyebab karhutla tetap sama yaitu akibat kecerobohan dan pembakaran. Artinya disengaja dibakar untuk keperluan industri perkebunan dan perkebunan rakyat. Masyarakat dan pengusaha masih menganggap, membakar hutan lebih murah dari sisi biaya dibandingkan dengan cara menebang.
kebakaran hutan tahun lalu harusnya bisa menjadi pelajaran bagi pemerintah dan masyarakat. kita lihat 2016 ini pelajaran apa yang sudah diambil untuk antisipasi kebakaran hutan tahun ini...
0
699
Kutip
4
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!