- Beranda
- Stories from the Heart
Pelet Bulu Perindu
...
TS
tatikartini
Pelet Bulu Perindu
Pelet Bulu Perindu
By : Tati Kartini
Memasuki waktu Maghrib gelisah hati semakin menjadi.
Tepat jam 12 malam
Kusibak tirai jendela lampu teras padam,
Perlahan aku membuka pintu
Berjinjit berjalan keluar tanpa sandal.
Kuhampiri berniat menyalakan lampu cadangan
Stop kontaknya di luar.
Gelap malam, dedaunan menutupi bias celah, temaram
Ada getaran rasa aneh, membuat bulu pori-poriku berdiri, merinding.
Kupercepat langkah, resah.
Seakan ada bayang tak nampak jelas.
Terdengar suara, mengejutkan
"Diluar dingin, izinkan aku bersamamu, mencintaimu, menghangatkanmu."
Serupa bisikan terdengar lirih
Ada bayang yang perlahan tampakan diri Berubah terlihat jelas.
Dengan mengucek kedua mataku mencoba untuk meyakinkan, benarkah ini? hatiku bicara sendiri.
"Ya, benar aku datang menjemputmu, ikutlah denganku."kali ini aku yakin ini bukanlah mimpi.
"Tapi bagaimana bisa tiba-tiba saja kamu ada? sedangkan hari belum beranjak pagi."
"Begitulah cinta, kamu akan tahu akhirnya, bagaimana cinta bisa menyatukan kita, tak perlu lagi ada tanya, kita akan arungi hidup bersama setelah ini."
Aku pun tertegun mendengar jawabannya seraya menatap wajah tampan yang seakan pernah ku kenal, tapi siapakah dia?
Tak ada laki-laki yang pernah singgah di hati, walau begitu banyak yang berusaha mendekatiku.
Mungkinkah ini salah satunya?
Tapi siapa?
Bahkan kemarin, salah satunya sempat ku tolak mentah-mentah karena keinginan yang diutarakan nya untuk menikah, aku merasa belum siap menerima sebuah hati yang ingin singgah.
Tanpa sadar aku membuang ludah, karena kesal melihat ulahnya yang tak henti bertingkah, menggoda.
Tapi betapa terkejutnya aku melihatnya mengambil ludahku dan membungkusnya, lalu dimasukkan ke dalam tas.
Diam-diam ada rasa takut melandaku maka aku pun berdoa mohon perlindungan Nya.
Semoga saja ludahku tidak untuk pelet bulu perindu, yang kutahu dari banyak kisah bisa membuat hati jadi menyerah, kalah ….
Tapi kenyataan berkata lain, malam ini sungguh aku gelisah, tak tahu harus apa.
Rasanya benar-benar salah tingkah, menghadapinya.
Ada perasaan rindu yang tiba-tiba saja singgah
Apakah aku telah kalah, sehingg pasrah tak lagi bisa menolaknya, malam ini terasa begitu indah, aku menikmatinya.
Kubiarkan saja ia mencumbui penuh gairah bercinta, perasaan yang tak pernah kurasakan sebelumnya.
"Ah, sayang …" tiba-tiba saja kata itu keluar tanpa sadar.
Untunglah dia seakan tak mendengar, dia sibuk dengan kerinduannya, mencumbu dan mengelus seluruh tubuhku dengan penuh perasaan gairah cintanya yang lama terpendam.
Aku hanya bisa membiarkannya tanpa keinginan untuk melepaskan, bahkan ketika pelukannya semakin erat aku tetap diam.
Entah mengapa perasaan ini begitu indah, aku seakan terbawa melayang menikmati alam yang sebelumnya belum pernah ku temukan.
Udara sejuk romantis, tepi danau yang sejuk dengan semilir anginnya.
Nampak dedaunan turut bergoyang menikmati keindahan alam yang tengah kurasakan.
Aku seakan tak ingin semua berlalu begitu saja.
"Biarlah ku habiskan waktuku bersamamu saja."lagi-lagi aku berucap tanpa sadar.
Tak ada keinginan lain lagi selain merasakan indahnya bercinta dengannya.
Kunikmati malam ini penuh keindahan antara sadar dan tidak, mungkin karena aku terlena.
Tetiba terdengar sayup-sayup suara adzan, perlahan aku sepenuhnya mulai sadar.
Kupandangi tempat tidur ku yang terlihat berantakan, aku mulai mengingat-ingat kejadian indah semalam.
Aku tercenung menahan gairah perasaan yang masih saja menyisakan kenikmatan.
Seakan ingin mengulangi lagi.
Padahal itu hanya sebuah impian.
Tiba-tiba mataku tertuju pada sebuah bungkusan, kucoba untuk menghampiri dan mengambilnya.
Secarik kertas yang terlihat agak kumal dan basah, tertulis kalimat.
'Terimakasih sayangku, akhirnya aku mendapatkanmu, hubungi aku bila kau masih mau, Herman.'
Astaghfirullahaladzim, aku pun mohon ampun atas perilaku kemarin yang telah membuat dia tersinggung.
Jadi teringat pesan ibuku,' jangan pernah memperlihatkan mimik kebencian kepada kaum lelaki.'
Ya, inilah akibatnya, sehebat apapun wanita, akan kalah secara kodrati.
'Terimalah jodoh yang Allah beri tanpa harus melihat wajah dan hartanya.
Lihat saja kedalaman agamanya, InsyaAllah kamu akan bahagia.'ibu melanjutkan petuahnya.
Kini aku dalam kebingungan yang nyata setelah kualami kejadian semalam antara sadar dan tidak.
Hati ini terus merindukannya.
Harus kah aku menghubungi seperti pesan yang ditinggalkannya?
Aku berfikir sambil menenangkan diri.
Terlintas untuk menghubungi pak ustadz guru mengaji.
Bergegas aku membersihkan diri, mandi junub untuk kemudian berdandan ala kadarnya berniat untuk pergi ke rumah pak ustadz tempat dimana aku biasa mengaji.
Sesampainya di depan pintu rumahnya, belum sampai aku mengetuknya dan memberikan salam, pak ustadz keluar menyambut dengan senyuman indahnya.
Keindahan wajah seorang alim yang kharismatik punya pesona tersendiri yang hanya di miliki oleh orang-orang soleh yang memilik kedekatan kepada Illahi Robbi.
"Ayuuukkk, silahkan masuk Ukhty, tumben silaturahmi pagi sekali, apakah akan mulai mengaji?."ujarnya ramah.
"Terimakasih pak ustadz, saya ingin berkonsultasi tentang masalah yang sedang saya hadapi."aku menjawab langsung ke permasalahan.
Dengan jujur aku menceritakan apa yang terjadi tadi malam dengan perasaan malu.
Tanpa disangka pak ustadz menanggapi dengan santai nampak biasa saja seolah masalah aku bukan hal yang luar biasa.
"Hetty, itu masalah biasa pada orang yang menginjak dewasa, pertanda kamu sudah membutuhkan pendamping yang bisa mencukupi kebutuhan lahir batin kamu, menikahlah denganku, aku sudah lama berniat mengutarakan ini kepadamu.
Aku akan segera melamar kamu."
MasyaaAlloh, terkejut bercampur rasa bahagia yang tiada tara.
Tanpa disangka-sangka guru ngajiku seorang da'i tampan dan masih muda melamarku.
Karunia yang tak terhingga, berkali kali kuucap sukur di dalam hati.
Tanpa bisa menjawabnya kecuali aku menganggukkan kepalaku sebagai tanda setuju.
"Nikmat mana lagi yang kau dustakan?."
Begitu firman Allah disalah satu surat di dalam Al-Qur'an.
Maha benar Allah swt dengan firmanNya.
Tak pernah salah semua bimbingan di dalam Islam, semua terjadi begitu alamiah.
Tak perlu kita mencari jodoh dengan menjajakan diri seakan sudah tak ada lagi memiliki rasa malu, padahal sabda nabi, "Malu itu sebagian dari iman."
Tapi di zaman ini semua memang sudah berubah, muda mudi tanpa malu-malu menjajakan diri.
Mengumbar kemesraan dimana saja, terutama di dunia maya.
Seakan semua lupa bahwa setiap kata akan dihisab oleh Nya.
Pena bisa saja tiada tapi yang tertulis akan tetap abadi menjadi amal jariah yang bisa memasukkan kita ke surga atau ke neraka.
Maka mari berhati-hatilah.
Yakinlah jodoh akan datang pada waktunya.
"Laki - laki yang baik akan bertemu dengan perempuan yang baik."
InsyaAllah.
Maka gantungkan harapan hanya kepada Allah swt saja, biarkan Dia yang Maha mengatur hidup kita.
Sesungguhnya takdir kita telah tertulis bdi Lauh Mahfud jauh sebelum dunia ini di ciptakan.
Itulah hasil perenunganku dari semua yang diuraikan oleh ustadzku setelah bicara banyak dengan pak ustadz guru mengajiku yang InsyaAllah dalam waktu dekat akan segera melamarku untuk di jadikan pasangan halal baginya.
Begitulah bagi orang yang bisa menahan perasaan cinta karena rasa takut kepada Allah, maka Allah mengantarkan jodoh terbaik untuknya.
Tidak ada pacaran di dalam Islam
***End
Jakarta, 30 Mei 2021
franssinaga dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.6K
5
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.2KThread•46.4KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya