Sumber: SM Pertamina

Indonesian Basketball League atau IBL menuntaskan kompetisi di tengah pandemi. Dimulai dengan sistem bubble, kompetisi berlanjut dengan sistem best of 3 di babak playoff.

Satria Muda Pertamina rebut gelar ke-11 nya dengan menaklukkan Pelita Jaya Bakrie dengan skor 2-1 dalam sistem final best of 3. Arki Dikania Wisnu sebagai veteran mampu membangkitkan mental juara anak-anak SM.

Atmosfer kompetisi tidak redup meski penonton tidak hadir menyaksikan langsung para tim idola. Kompetisi tetap sengit, gaung persaingan tetap terdengar.

Tantangan pandemi dihadapi dengan solusi, yang solid melibatkan stakeholder, termasuk klub dan para pemain. Tak nampak banyak kepentingan ‘bisnis’, kompetisi jalan hingga ujung.

Selain itu, ada hal cermat yang dilakukan pihak IBL sehingga gaung kompetisi tetap berjalan, yaitu tayangan siaran gratis. Kenapa penting? Jelas, kompetisi yang sehat adalah yang ditonton.

Akan sangat percuma, skill dan materi sebuah tim olahraga baik, tapi tanpa aspek ketertontonan. Dengan adanya penonton, kompetisi olahraga bisa tetap hidup.

Eksposure atas kompetisi lambat laun juga secara tidak langsung mendatangkan keuntungan, meski mungkin tidak sebesar sistem hak siar ekslusif, TV, dan lain-lain.

Namun, di tengah pandemi seperti ini, akses untuk ditonton memang harus dimudahkan bagi siapapun pecinta olahraga. Sekali lagi, agar kompetisi tetap hidup, maka harus ditonton.

IBL jadi contoh cabang olahraga yang sukses dan tuntas diselenggarakan selama pandemi. Apakah cabang olahraga lain bisa mengikuti? Harusnya bisa, kalau tidak banyak kepentingan beradu ego dan mencari cuan.

PSSI harus melek atas kesuksesan IBL. Mereka harus fokus melaksanakan kompetisi yang sehat dan aman. Dan, yang lebih penting. Pecinta sepakbola harus tetap bisa nonton.