powerpunkAvatar border
TS
powerpunk
Mohon Doa Restu Tapi Kok Dateng Harus Bawa Amplopan?

Selamat pagi, siang, sore, petang, dan malam kawan - kawan kaskuser semua yang baik hati. Bertemu kembali di thread sederhana ane.
emoticon-Nyepi




Bulan - bulan ini kayaknya memang musimnya orang hajatan. Ane aja awal bulan ini udah dapet 5 undangan, yang terdiri dari 3 undangan nikahan dan sisanya undangan khitanan. Kalau ane perhatikan, dari semua undangan tersebut rata - rata hampir sama formatnya. Dibagian sampul luar ada nama si empunya hajat disertai dengan kalimat mohon doa restu, lalu dibagian bawahnya ada nama ane sebagai pihak yang diundang.

Dibagian dalam, meski kalimatnya panjang dikali lebar, tapi pada intinya adalah undangan itu bermaksud mengundang kita untuk hadir dan memberikan doa restu pada waktu yang telah ditentukan. Jadi karena yang diminta hanya doa dan restu, kalau kita dateng nggak bawa apa - apa, boleh lah ya?

Sebelum membahas lebih jauh, ada sebuah cerita menarik. Jadi ane punya teman dari luar pulau, lebih tepatnya luar Jawa (tidak perlu ane sebutkan pulau mana ya). Saat dia datang ke Jawa katanya dia kaget, karena disini kalau dapet undangan, kayak semacam undangan nikah atau khitan, kita harus bawa amplop berisi uang dan diberikan nama pada amplopnya. Tujuannya memang supaya tau kalau kita datang dan memberi sumbangan kan? Tapi temen ane itu bilang kalau ditempatnya, saat memberi amplop tidak perlu dikasih nama. Karena katanya, namanya juga sumbangan ya nggak perlu tau dong siapa yang ngasih. Dari sana ane baru tau, kalau ternyata di daerah lain tradisi memberi amplop itu nggak selalu sama ya.

Kembali ke soal apakah kita wajib membawa amplop kalau diberi undangan. Emang harusnya gimana sih?

Tradisi Yang Mengakar.



Karena ditempat ane tradisi ini sudah sangat mengakar kuat sebagai sebuah budaya, meski tidak ada aturan atau hukum yang dilanggar, baik hukum agama maupun hukum negara, tapi tetap saja kita akan sungkan kalau datang tanpa membawa apa - apa. Masak keliatan dateng tapi pas di cek amplopannya nggak ada. Mau ditaruh dimana muka kita kalau ntar ketemu sama yang punya hajat. Itulah alasan sebagian besar orang pasti akan ngasih angpaosaat diundang dipesta nikahan ataupun khitanan. Tapi ini juga tetap tergantung pada masing - masing pribadi ya Gansis. Juga, budaya yang ada disekitar kita.

Awal Mulanya Dulu Gimana Sih?



Dulunya, orang yang datang ke hajatan itu ngasihnya bukan uang, tapi perlengkapan untuk syukuran, seperti misalnya beras, gula, kelapa, mie, minyak goreng dan segala keperluan untuk syukuran. Di sebagian tempat, memberi perlengkapan syukuran seperti ini masih tetap dilakukan. Meski di sebagian besar lainnya, terutama di perkotaan, tradisi seperti ini sudah bergeser. Karena membawa barang - barang dianggap ribet, sehingga sekarang mereka menggantinya dengan memberi uang. Nah, dari sinilah awal mula kenapa saat ada undangan hajatan kita memberi sumbangan dalam bentuk uang.

Harus di Budget-in.



Meski banyak orang pandai memanajemen keuangan mereka, tapi ane nggak yakin mereka membuat perencanaan untuk hal seperti ini. Padahal kalau lagi musim - musimnya, ngasih angpao undangan bisa bikin kantong kita bolong loh. Ya mungkin karena nggak setiap bulan selalu ada, makanya emang nggak di budget-in. Malahan, ada juga yang buat ngasih angpao undangan doang musti cari pinjeman dulu.

Nggak Mau Rugi.



Prinsip memberi sumbangan untuk membantu meringankan beban si empunya hajat lama - lama luntur. Malahan ada yang punya prinsip, kalau dateng ke acara nikahan nggak mau rugi. Kalau nyumbangnya 100 ribu ya paling nggak yang dimakan harus senilai 100 ribu, atau kalau bisa lebih. Apalagi kalau acaranya prasamanan, kalau perlu semua dicobain, semua diambil nggak peduli ntar kemakan atau nggak. Yang penting kita nggak rugi.

Berharap Kembali.



Udah nggak mau rugi, tapi masih berharap kembali, bahkan kalau bisa kembalinya lebih banyak. Itulah ya g dianut sebagian orang. Kenapa ane tahu? Karena ane melakukan survey kecil - kecilan di kalangan teman - teman dekat ane. Rata - rata mereka berharap uang angpao yang sudah mereka sumbangkan bakalan kembali minimal sama atau bahkan lebih besar saat nantinya mereka gantian punya hajat.

Tradisi dan budaya setiap tempat tentu saja berbeda. Begitu juga dengan niat masing - masing pribadi saat memberikan angpao undangan. Misalnya dalam hal memberi nama pada amplop angapo. Ada yang sekedar berharap agar si empunya hajat tau kalau dia datang sehingga memberinya nama. Ada pula yang niatnya agar nanti si empunya hajat mengembalikan uang sumbangannya senilai yang ia sumbang.

Kalau Gansis, gimana sih budaya yang ada disekitar kalian? Dan gimana juga Gansis menyikapi undangan doa restu tapi harus bawa amplopan? Dan perlukah memberi nama pada amplop angpao kita? Silakan tinggalkan jejak di kolom komentar ya..





Disclaimer : Asli tulisan TS
Referensi : Ini dan Ini
Sumur Gambar : Om Google






aine.yennni
dhinyzfrn
betiatina
betiatina dan 24 lainnya memberi reputasi
25
10.8K
143
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Wedding & Family
Wedding & Family
icon
8.8KThread9.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.