Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

gabener.edanAvatar border
TS
gabener.edan
AS Selidiki Penyakit Misterius yang Muncul Dekat Gedung Putih
AS Selidiki Penyakit Misterius yang Muncul Dekat Gedung PutihJakarta, CNN Indonesia -- Pihak berwenang Amerika Serikat tengah menyelidiki penyakit misterius yang menimpa dua pejabat Gedung Putih sekitar November 2020 lalu.
Sejumlah sumber mengatakan bahwa kepada CNN bahwa "sindrom misterius" itu setidaknya menimpa dua pejabat Dewan Keamanan Nasional (NSC).

Salah satu pejabat NSC mengalaminya sehari setelah Pilpres AS, dan satu pejabat lainnya mengidap gejala yang sama sepekan kemudian.

Pejabat pertama dikabarkan menderita sindrom aneh tersebut saat tengah melewati gerbang kantor NSC yang tidak dijaga dekat Ellipse.

Ia hanya menderita gejala ringan seperti sakit kepala dan susah tidur yang berangsur menghilang sepekan kemudian.

Sementara itu, pejabat kedua menderita gejala yang sama, tapi lebih parah, sepekan kemudian saat memasuki gerbang Gedung Putih. Pejabat tersebut sampai harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan medis.

Gejala penyakit misterius yang dialami para pejabat itu hampir sama, yakni gangguan sensorik saraf dan gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan.

Gejala tersebut disebut sama seperti yang dialami lebih dari 100 diplomat, mata-mata, dan pasukan AS di seluruh dunia sejak lima tahun terakhir dan dikenal sebagai "Sindrom Havana."

Para korban dikabarkan mengalami sakit vertigo secara tiba-tiba, tekanan kepala, dan dalam beberapa kasus hingga menyebabkan penderita mendengar "suara tajam yang menusuk."

Selama lima tahun terakhir, penyelidik masih kesulitan menjelaskan sindrom aneh tersebut, yang kebanyakan dialami oleh diplomat atau pekerja perusahaan AS di Kuba, Rusia, China, dan beberapa negara lainnya.

Komunitas intelijen AS masih belum yakin pihak yang menyebabkan gejala penyakit saraf aneh tersebut dan sindrom itu dapat dianggap sebagai bentuk "serangan" atau tidak.

Komunitas intelijen AS bahkan masih memperdebatkan teknologi atau sumber yang memicu gejala-gejala tersebut timbul.

Akibat tekanan dari Kongres dan para korban, pemerintahan Presiden Joe Biden menggencarkan penyelidikan untuk mengidentifikasi penyebab sindrom aneh tersebut.

Juru bicara Kantor Direktur Intelijen Nasional AS menyatakan pihaknya saat ini masih menganggap penyakit misterius itu sebagai "insiden kesehatan yang tidak wajar" dan sedang meningkatkan pengumpulan data untuk mencegah hal serupa terjadi lagi.

Menurut dua sumber yang mengetahui masalah ini, Direktur Badan Pusat Intelijen AS (CIA), Bill Burns, juga mulai menerima perkembangan harian dari penyelidikan kasus ini.

Sumber itu mengatakan bahwa para ahli pun kesulitan mendapatkan diagnosis pasti demi membuktikan bahwa seorang individu terkena Sindrom Havana. Sebab, para korban sejauh ini menderita gejala berbeda.

Para ilmuwan dan ahli medis pun tidak satu pendapat mengenai semua kasus Sindrom Havana selama ini dapat dikaitkan dengan satu penyebab yang sama atau tidak.

Sejauh ini, pemerintah AS sudah mengidentifikasi dan melakukan tes darah terhadap para pengidap Sindrom Havana dan mendapatkan penanda yang bisa mengindikasikan paparan penyakit tersebut.

Beberapa agensi AS juga tengah mencoba membuat jenis sensor yang dapat digunakan untuk mendeteksi aktivitas anomali. Secara teori, sensor itu dapat membantu memastikan jika ada personel AS yang terserang sindrom tersebut.

https://www.cnnindonesia.com/interna...t-gedung-putih

Kira2 apa yakkk itu ganemoticon-Takut (S)emoticon-Takut (S)emoticon-Takut (S)
Diubah oleh gabener.edan 17-05-2021 14:54
shabira.elnafla
rama.alansyah
eyefirst2
eyefirst2 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.1K
11
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar NegeriKASKUS Official
79.3KThread11.3KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.