Ritual mitembeyan








Mitembeyan meliputi dua masa:

1. Mitembeyan melak pare

Melak pare alias menanam padi ada dua teknik yakni tandur untuk menanam padi di sawah. Ada yang untuk menanam padi di ladang yakni ngaseuk. Aseuk atau tugal adalah alat pada sistem pertanian terkuno yang masih bertahan hingga sekarang.



Biasanya pada masa persiapan lahan pun mitembeyan ada yang melakukannya. Intinya semua kegiatan bertani harus tertib dan tak melupakan doa kepada leluhur.



Biasanya mitembeyan melak pare diawali dengan pembacaan mantra oleh kasepuhan atau tetua kampung. Dibarengi membakar kemenyan atau dupa di pinggir sawah atau ladang. Biasanya asapnya akan diarahkan ke empat penjuru. Sasajen dilengkapi sebakul nasi dilengkapi lauk pauk. Biasanya ayam bakakak. Lalu sesepuh akan memulai menanam bibit padi sawah atau menghunjamkan tugal ke dalam tanah lalu diikuti warga lainnya.






Panen padi atau ngala pare merupakan proses paling dinanti oleh para petani. Hasil jerih payahnya terbayarkan dengan kuning keemasan dari padi siap panen.

Sebagai ungkapan rasa syukur, sebelum panen diadakan ritual mitembeyan seperti pada ritual melak pare. Hanya doa atau mantra yang diucapkan berbeda.

Biasanya setelah beres menyalakan dupa sesepuh akan memulai dengan mengarit padi secara simbolis lalu diikuti warga lainnya.



Di zaman sekarang mulai terjadi akulturasi budaya islam ke dalam tradisi sunda kuno ini. Sekarang banyak yang sudah mengganti ritual ini dengan pembacaan surah Al-fatihah dan solawat. Tidak ada sasajen atau dupa.



Esensi dari mitembeyan ini sebenarnya tetap pada ungkapan syukur kepada sang pencipta atas anugerah alam dan hasil panen yang melimpah. Hanya saja bentuk dan prosesnya yang berbeda.

Bagaimana dengan daerah agan sista? Adakah ritual sejenis?


Opini pribadi
Gambar:
klik
klik
klik
Dokpri