Berangkat dari kebutuhan manusia yang sekedar sandang, pangan, dan papan beranjak ke kebutuhan sekunder kendaraan, internet, pulsa, rekreasi, HP, laptop, naik level lagi ke kebutuhan tersier, barang branded, aktualisasi diri, rumah mewah, wisata luar negeri, jalur VIP, dan lain-lain.
Lantas apa yang menggerakkan hal tersebut?
Nafsu manusia yang sekedar ingin makan, minum, berpakaian untuk melindungi tubuh dan tidur mulai berubah menjadi meningkatkan kualitas makan, minum, pakaian dan tidurnya. Berubah lagi menjadi pengakuan atas orang lain mengenai kualitas makan, minum, pakaian, dan tidur. Diaplikasikan lewat label "branded" sebagai sebuah klenik prestise pengakuan dari orang yang memberikan valuasi dengan history, gimmick seni, dan bualan hiperbolik yang anehnya diakui oleh khalayak dunia.
Valuasi nilai dasar barang bukan lagi menjadi ukuran ketika label "branded" melekat. Marketing yang jeli membodohi harga valuasi untuk mencapai keuntungan maksimal juga investasi 'nama baik' dengan embel-embel 'premium', 'pilihan', dan 'limited' maka orang-orang akan tersihir.
Iklan besar-besaran dan informasi media untuk mempengaruhi persepsi hal ideal dan mewah itu seperti apa. Semua mendesain otak kita menjadi seorang yang judgemental akan kelas seseorang bergantung pada 'branded' yang dipakai. Komunitas buzzer mendengungkan produk-produk dengan mengeksklusifkan diri sebagai sosialita mewah.
Kelas dan strata dibentuk dengan kebanggaan barang "branded". Seseorang dalam sebuah komunitas dapat diperolok dan dikucilkan karena tidak menggunakan barang "branded". Adiksi dipuji yang menyebabkan endorfin yang menyenangkan tubuh mereka. Like dan puja-puji di medsos yang semakin membuat mereka terbuai akan barang branded.
Yak, uang yang bisa digunakan untuk membantu orang lain lebih baik digunakan mereka ke barang "branded" dengan alibi "self awarding". Ujungnya uang berputar lebih banyak hanya untuk kalangan komunitas mereka. Orang miskin hanya bisa menonton melongo menyaksikan parade kemewahan atas konten para budak branded.
Budak branded tetap tertawa terbahak-bahak menikmati kenikmatan puja puji atas barang klenik mereka. Untuk orang non-kaya hanya bisa menjual diri ke prostitusi untuk menikmati atau juga bisa mencuri. Untuk yang politisi bisa dari korupsi, mencari atensi sesasi untuk artis atau pengusaha yang mutilasi hak buruh pekerjanya.
Sungguh hebat nian pencipta barang "branded" membuat kelas strata sosial dan menyebabkan adiksi dipuji yang luar biasa hingga ada yang terjerumus menjadi budak barang "branded".
Terima kasih Monarki
Terima kasih Kapitalis
Terima kasih Oligarki