• Beranda
  • ...
  • Sista
  • Jika Kulit Gelap Adalah Ukuran Tidak Cantiknya Wanita, Bagaimana dengan Kartini?

anyahebat
TS
anyahebat
Jika Kulit Gelap Adalah Ukuran Tidak Cantiknya Wanita, Bagaimana dengan Kartini?

(Ibu Kita Kartini/Wikimedia Commons)

Apa yang bisa Gan Sis lihat di foto ini? Sosok Kartini dengan mukanya yang sendu namun menyiratkan kobaran semangat di dalam dirinya? Gaya rambut dengan sisiran rapi dan sanggul khas wanita Jawa? Kebaya? atau kulitnya yang sawo matang?

Diantara semua deskripsi tersebut yang akan Ane bahas pada thread kali ini adalah terkait kulit sawo matangnya Kartini atau yang dewasa kini dikategorikan sebagai kulit gelap.

Yap! kulit yang mati-matian dihindari dan ingin diubah oleh banyak orang, khususnya perempuan Indonesia. Karena berkulit gelap kini kerap dianggap 'tidak lebih baik' daripada si kulit terang, sasaran empuk hinaan atau ledekan, atau kesimpulannya adalah: sering jadi objek atau korban rasisme lingkungan.

"Hah kok kini? Bukannya rasisme terhadap kulit gelap sudah ada dari zaman dulu ya?"

Singkat cerita. Memang, stereotip buruk untuk orang-orang yang berkulit gelap sudah ada dari dulu, terutama di Negara-Negara Barat. Namun jika bicara hal ini di Negara Indonesia, rasanya agak aneh karena melihat kulit-kulit kakek nenek moyang kita zaman dahulu yang tertangkap di banyak arsip foto sejarah berwarna kuning langsat, sawo matang dan hitam.

Ironisnya, semakin berkembangnya zaman standar kecantikan di Indonesia semakin bergeser jauh dari akarnya. Akibat adanya globalisasi, pandangan dan standar kecantikan wanita nusantara pun berubah.

Entah siapa yang memulai, wanita cantik Indonesia zaman sekarang mayoritas dideskripsikan denganbadan yang kurus, rambut lurus nan jatuh, hidung mancung, bibir tipis nan imut, tinggi semampai, dan jangan lupa... kulit harus terang! harus putih! hitam atau gelap itu buruk! jelek!

Maka tak heran, produk pemutih instan atau skin care dengan iming-iming mencerahkan laku di pasaran. Tidak hanya itu, perempuan bisa dikatakan glow up atau berubah menjadi lebih bersinar dan cantik jika kulitnya yang tadinya sawo matang atau hitam berubah menjadi putih, terang, dan berkilauan~

Sebenarnya perkara kulit memang hak masing-masing sih ya... tetapi, karena adanya pergeseran standar kecantikan yang sepihak (entah dibuat oleh siapa) tersebut banyak hal yang berubah.

Mau tidak mau, suka tidak suka, setuju tidak setuju. Nyatanya di lapangan, perempuan berkulit putih atau terang lebih diuntungkan daripada perempuan berkulit hitam atau gelap.

Baik dari segi lingkungan pertemanan, percintaan, kesempatan, atau bahkan peluang pekerjaan.

"Di Indonesia, kalau kamu good-looking 99% masalahmu akan selesai!"
Nah masalahnya, good-looking di Indonesia memandang kulit! Ya kan?
Putih YES! ✅ | Hitam NO! ❎


Padahal, kecantikan dan kehebatan perempuan jauh lebih besar dari warna kulit dan penampilannya.


(akarnews.com)

Mimpinya yang tinggi, pemikirannya yang luas, kemampuannya yang mumpuni, nyalinya yang berani, dan wajah bahagianya yang berseri terlepas dari apapun jenis kulit dan bentuk badannya. Ciri-ciri itulah yang adil untuk menjadi patokan cantik atau tidaknya seorang wanita.

Dengan adanya standar kecantikan baru yang datang dari dunia antah berantah, nilai perempuan di tengah masyarakat semakin kecil dan sempit. Tidak usah ada standar kecantikan baru saja perjuangan menjadi perempuan yang merdeka sudah susah, ditambah pula!

Kini, baik perilaku dan kepintaran sudah bukan lagi pertimbangan wahid. Asal cantik, ups sorry maksudnya asal berkulit terang atau putih, mau jadi terkenal? mau dapat kesempatan lebih? mau tampil unjuk gigi? Jalan terbuka luas... (plus, terhindar dari stereotip masyarakat yang menyakitkan lagi).

Seperti yang kita semua pelajari, jalan Kartini untuk menjadi sosok emansipasi wanita yang berpengaruh juga penuh terjal dan berliku.

Kalau dulu Kartini berjuang melawan adanya diskriminasi status sosial, tingkat kebodohan, dan ruang gerak untuk wanita yang masih banyak diperjuangkan hingga kini, tantanga n Kartini masa kini bertambah, yakni diskriminasi kecantikan melalui warna kulit, bentuk tubuh, dan standar kecantikan yang serba tidak masuk akal.

Malu berkulit gelap dan hitam di negara yang nenek moyangnya  berkulit gelap dan hitam? Huft, benar-benar tidak masuk akal.

Jika kulit gelap adalah parameter tidak cantiknya,  tidak hebatnya , dan sempitnya ruang kebahagiaan seorang wanita, lalu bagaimana dengan mayoritas perempuan Indonesia yang berkulit sawo matang dan gelap?

atau...

Jika kulit gelap adalah ukuran tidak cantiknya wanita, lantas bagaimana dengan Kartini?
Diubah oleh anyahebat 20-04-2021 13:32
cheria021blunarkudanil.la
kudanil.la dan 33 lainnya memberi reputasi
32
9.1K
212
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sista
Sista
icon
3.9KThread7.4KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.