Penggunaan drone di era modern ini bagi pihak militer di seluruh dunia seakan sudah menjadi kewajiban, apalagi setelah melihat konflik antara Armenia dan Azerbaijan. Pada konflik tersebut drone ternyata cukup efektif untuk menghancurkan musuh. Selain biaya operasi yang murah, dengan menggunakan drone bisa mengurangi korban jiwa dari pasukan yang bertugas.

Saat ini banyak negara yang berlomba untuk menciptakan drone, salah satunya adalah Ukraina. Pada akhir tahun 2020 lalu, negara yang menjadi tetangga Rusia ini memperkenalkan drone pertama buatan dalam negeri. Nama drone tersebut adalah Sokil 300,pada kesempatan kali ini TS akan membahas drone tersebut. Sudah ane siapkan pembahasannya, selamat membaca.





Sama seperti Indonesia yang memulai program drone kombatan sendiri, Ukraina juga mulai melakukan hal yang sama. Pengembangan drone ini selain sebagai wujud kemandirian juga merupakan persiapan menghadapi konflik dengan Rusia, seperti yang sudah banyak diberitakan, hubungan Ukraina-Rusia sedang memburuk. Kemungkinan kedepannya akan terjadi konflik bersenjata antara kedua negara.

Di Kiev, full mockup dari drone Sokil 300 pertama kali dirilis ke media oleh Biro Desain Luch pada bulan November tahun 2020 dan diperkenalkan sebagai first domestic combat drone. Penyelesaian desain awal Sokil 300 memakan waktu hampir satu setengah tahun, drone ini juga menggunakan teknologi dari sistem rudal anti kapal Neptune RK-360MC.

Rudal Neptune RK-360MC adalah program kebanggaan industri persenjataan Ukraina, elemen dari rudal Neptune yang dipakai pada Sokil 300 adalah sistem kendali dan perangkat lunaknya. Seperti halnya drone Elang Hitam yang sedang dikembangkan Indonesia, Sokil 300 diproyeksikan sebagai produk drone kombatan andalan dalam negeri. Perlu diketahui, selama ini Ukraina hanya membeli drone dari negara lain. Ukraina saat ini menggunakan drone Bayraktar TB-2 buatan Turki dan beberapa drone kamikaze buatan Israel.





Sokil 300 sendiri untuk saat ini ditawarkan dalam tiga varian yang berbeda, varian tersebut dibedakan dari jenis mesin yang digunakan. Versi pertama, disiapkan menggunakan mesin tunggal MC-500B yang diproduksi Motor Sich yang berbasis di Zaporizhia. Dengan mesin ini Sokil 300 nantinya akan beroperasi selama 3 jam saja dengan kecepatan jelajah 335 km/jam dan jangkauan maksimum 1.000 kilometer.

Kemudian versi kedua, akan menggunakan mesin AI-450T2 yang diproduksi oleh Ivchenko-Progress. Mesin ini akan memungkinkan Sokil 300 terbang selama 5 jam dan memiliki jangkauan mencapai 1.300 km, tetapi kecepatan jelajahnya lebih rendah, hanya 275 km/jam.

Sementara pada varian terakhir menawarkan mesin turbo-charge Rotax 914 buatan Austria, mesin ini akan memungkinkan penerbangan maksimum selama 26 jam, sementara jarak jelajahnya adalah 3.300 kilometer. Akan tetapi mesin buatan Rotax ini hanya punya kecepatan jelajah sampai 150 km/jam.





Penggunaan mesin pada Sokil 300 saat ini masih belum ditentukan, keputusan penggunaan mesin tergantung pada keinginan pengguna. Apakah lebih mengejar kecepatan tinggi atau biaya operasional yang lebih rendah ?

Semua versi Sokil 300 dapat membawa 4 rudal udara ke permukaan (RK-2P) dan sistem rudal anti-tank Barrier portable atau rudal Luch RK-10. Total muatan senjata yang dapat dibawa adalah 300 kilogram. Jika dilihat secara seksama, desain Sokil 300 banyak dipengaruhi oleh MQ-1 Predator. Dari foto yang beredar, drone ini juga sudah dilengkapi kamera pengintai, namun belum disebutkan spesifikasinya.

Sokil 300 memiliki lebar sayap 14 meter dan panjang 6,5 meter. Total biaya pengembangan Sokil-300 mencapai US$ 1,4 - US$1,6 juta, sebuah pilihan yang jauh lebih murah daripada harus membeli drone dari negara lain. Elang Hitam buatan Indonesia dan Sokil 300 buatan Ukraina termasuk drone tipe Medium Altitude Long Endurance (MALE) yang masih berwujud full mockup.

Meski dalam pengembangan drone kombatan tersebut Ukraina juga terkendala masalah 'dana', sama seperti yang dialami oleh Indonesia. Namun, melihat tantangan dan ancaman yang ada di depan mata, kemungkinan besar Sokil 300 yang akan lebih dulu mengudara ketimbang Elang Hitam buatan Indonesia. Alasannya jelas, karena Ukraina diambang konflik bersenjata dengan Rusia di wilayah perbatasan.







Negara Asal: Ukraina
Produsen: Biro Desain Luch
Status: Tahap pengembangan
Dimensi Drone: lebar sayap 14 meter dan panjang 6,5 meter
Mesin: Belum ditentukan
Persenjataan: 4 rudal udara ke permukaan (RK-2P) dan sistem rudal anti-tank Barrier portable atau rudal Luch RK-10





Pengembangan drone merupakan cara terbaik bagi negara dengan dana militer ngepas. Mengingat komponen drone mudah didapat dan tidak sulit untuk merancang sebuah drone, kedepannya industri pertahanan di negara maju dan berkembang di seluruh dunia akan berlomba-lomba merancang drone buatan mereka sendiri. Yang sukses mengembangkannya akan mendapat laba, sementara yang gagal mengembangkannya hanya akan menjadi pengguna.

Terimakasih sudah membaca tulisan ini dari awal sampai akhir, semoga pembajasan kali ini bisa menambah wawasan baru buat kita semua. Sampai jumpa di pembahsan menarik lainnya, keep ngaskus ya