Jakarta, CNBC Indonesia - Pengusaha masih mengeluh tingkat bunga bank di sektor konstruksi masih tinggi. Padahal Bank Indonesia (BI) sudah mempertahankan tingkat suku bunga acuan sebesar 3,5%. Bunga komersial di perbankan masih dua digit di atas 10% per tahun.
Wakil Ketua Umum IX Gabungan Pelaksana Konstruksi (Gapensi) Didi Iskandar Aulia, mengklaim kalau perbankan masih mematok suku bunga kredit tinggi untuk di sektor konstruksi. Sehingga pengusaha kesulitan untuk bertahan di masa pandemi ini.
"Bunga perbankan di sektor konstruksi itu tidak manusiawi saya pikir dari bank pemerintah. Pemerintah butuh menunjuk bank pelaksana untuk satu bank pemerintah siapa, dan ini nilai bunganya terlalu tinggi menurut kami," jelasnya dalam program Squawk Box CNBC Indonesia, Kamis (18/3/2021).

"Dari kewajaran kami kalau mau dihitung batas kewajaran ya di atas 3% BI Rate lah. Jadi menurut saya itu wajar. Ini bank pemerintah juga efisiensi dong jangan ini itu belanja modal kebanyakan, kita sama-sama mau maju nih," tambahnya.
Pengusaha jasa konstruksi juga masih menderita akibat pandemi, yang membuat banyak proyek ditunda. Bahkan dari catatannya pengusaha jasa konstruksi sudah mulai banyak gulung tikar atau mati suri sejak 2020 lalu.

"Porsi pengusaha di Gapensi 78% berasal dari perusahaan jasa konstruksi kecil kelas K. Dari catatannya di 2019 akhir November anggota Gapensi sebanyak 42.000, menyusut menjadi 28.000. Terlihat dari pendaftaran Kartu Tanda Anggota (KTA) yang tidak diperbarui di 2020," kata Didi.
Artinya sudah hampir separuh lebih anggota Gapensi yang gulung tikar atau menyetop sementara usahanya. Karena KTA harus diperpanjang setiap tahun untuk ikut dalam tender proyek konstruksi.

Dalam jumpar pers hari ini, Kamis (18/3/2021), Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan Diputuskan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Maret 2021. Memutuskan BI mempertahankan BI 7-Days Reverse Repo Rate sebesar 3,5%.

https://www.cnbcindonesia.com/news/2...terlalu-tinggi