Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

tombol.surgaAvatar border
TS
tombol.surga
Budaya Kota Ini Berubah Total, Setelah di Invasi Keturunan Pengungsi
Trappes, kota di perbatasan Paris, diberi label sebagai pusat ekstremisme Islam. Wali kotanya mengatakan, tuduhan itu tidak akan membantu kotanya mengatasi masalah yang ada.

Salon HairCoiffure di Rue Jean Jaurès, dekat stasiun Trappes, menawarkan potong rambut seharga 18 euro untuk wanita dan 15 euro untuk pria. Penata rambut dan klien mereka menjadi berita utama setelah salah satu guru, Didier Lemaire, mengklaim tidak ada salon campuran untuk wanita dan pria di Trappes, menunjukkan kota itu berada dalam cengkeraman radikalisasi Islam, lapor The Guardian.

Dia juga mengklaim anak-anak sekolah dilarang bernyanyi dan beberapa perempuan dilarang masuk kafe. Lemaire sejak itu ditempatkan di bawah perlindungan polisi menyusul dugaan ancaman pembunuhan.

Tuduhan itu muncul pada malam anggota parlemen Prancis memberikan suara pada RUU kontroversial untuk memerangi ekstremisme Islam, yang diajukan setelah pembunuhan brutal guru Samuel Paty Oktober lalu.

“Ya, ada masalah narkoba, kenakalan, dan radikalisasi. Saya tidak pernah menyangkal hal itu. Namun kami sedang berupaya untuk mengatasinya dan serangan semacam ini tidak membantu. Tentu saja anak-anak kita boleh bernyanyi: mereka bernyanyi di taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan sekolah menengah. Kami bahkan memiliki paduan suara sekolah.”

Trappes, di pinggiran barat Paris dekat Versailles, memegang rekor nasional yang suram setelah lebih dari 60 pemuda setempat pergi untuk bergabung dengan ISIS di Irak dan Suriah, menjadikannya sasaran empuk dalam konflik politik dan ideologis ini.

Lemaire (55), profesor filsafat, juga mengklaim kota itu berada di bawah pengaruh Salafisme dan “secara definitif sesat”. “Tidak ada lagi penata rambut campuran, wanita Afrika utara tidak bisa lagi pergi ke kafe, ada tekanan pada wanita karena kerudung … Trappes tidak lagi di Prancis,” kata Lemaire kepada TV Prancis. Dia mengklaim penduduk setempat “hidup dalam ketakutan” dan sekularisme telah terkalahkan.


Memang, gambaran kota itu tidak semuanya indah: lebih dari seperempat warga Trappes hidup di bawah garis kemiskinan dan Rabeh mengatakan masalah radikalisasi Islam adalah masalah “kompleks” dan didorong oleh perasaan bahwa republik telah meninggalkan komunitas lokal seperti Trappes.

Pastor Etienne Guillet, pastor Katolik setempat, membantah pernyataan Lemaire, penduduk non-Muslim telah melarikan diri. Jemaatnya memiliki 700 orang dari 45 negara berbeda.
“Ketika ada ketegangan, saya bertemu dengan imam setempat dan kami menyelesaikan masalah,” kata Guillet kepada The Guardian.
“Tidak mudah bagi semua orang untuk hidup bersama dan selalu ada godaan bagi komunitas untuk mundur, tapi yang saya lihat di kota ini semuanya berjalan dengan baik.”

Ketika kru TV melakukan kunjungan mendadak, penduduk setempat berkerumun untuk mempertahankan kota mereka. Jacques Michelet, yang mengelola klub bola basket Trappes menolak anggapan bahwa klub itu telah ditinggalkan oleh ekstremisme Islam: “Kami telah melihat semua ideologi, kami telah melihat ekstremis dan bukan hanya kaum Islamis … tetapi ini adalah fenomena marjinal di Trappes.”

https://www.matamatapolitik.com/buda...nan-pengungsi/

Aceh cabang prancis



emoticon-Matabelo


SpiritOfZoro
yoseful
tien212700
tien212700 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.5K
24
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar NegeriKASKUS Official
79.2KThread11KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.