Dulu saat ane masih duduk di kelas 3 SD, ane inget banget ada kejadian yang menghebohkan kampung ane gara-gara ada 3 anak hanyut di kali dan baru ditemukan beberapa hari kemudian di laut. Kejadiannya kalau tidak salah terjadi pada tahun 2003 dan sempat heboh karena tubuh ketiga anak itu ditemukan dalam kondisi yang tidak utuh. Kalau orang-orang Bekasi mungkin pernah dengar kisah 3 anak yang hilang di kali Sunter dan ditemukan hanyut di Laut (ane lupa nama lautnya).

Banyak orang mengira kejadian itu sangatlah janggal, karena air saat itu tidak deras dan tidak pada kondisi hujan. Menurut info dari teman-temannya, ketiga anak itu sengaja tidak naik bersama teman-temannya karena masih ingin mencari ikan. Namun hingga magrib 3 anak itu tidak juga pulang ke rumah dan dinyatakan hilang oleh kepolisian besoknya.

Dua hari berlalu, ketiga anak itu belum juga ditemukan. Orang-orang mulai berspekulasi bahwa anak-anak itu dibawa oleh penunggu pohon beringin. Sekedar informasi, dulu di bantaran sungai ini ada sebuah pohon beringin yang berukuran sangat besar. Kalau pada hari-hari tertentu suka terdapat sesajen yang digunakan orang untuk mencari wangsit.

Dulu tinggi bantaran sungai tidak setinggi ini, dari jalan ke dasar sungai paling hanya setinggi satu setengah meter. Namun karena sering banjir bahkan hingga merendam rumah disekitarnya, maka oleh pemda setempat dibuatlah bantaran sungai ini.

Balik ke cerita 3 anak hanyut tadi. Karena ke tiga anak itu tidak ditemukan selama beberapa hari, salah seorang orang tua dari anak itupun melakukan sebuah persembahan. Kalau tidak salah ibunya memotong seekor ayam dan darahnya dikucurkan ke kali tersebut. Salah seorang warga yang rumahnya di dekat kali itu melihat ibu itu sambil menangis meminta agar anaknya dikembalikan kepadanya.

Dan benar saja, sehari kemudian jazad ketiga anak itu ditemukan di laut yang menjadi saluran akhir sungai sunter. Hanya saja tubuh ketiganya sudah tidak utuh lagi dan semuanya dalam kondisi meninggal. 

Menurut desas desusnya, ibu yang tadi mengucurkan darah ayam ke kali akhirnya jadi gila karena stress anak semata wayangnya meninggal dunia. Akhirnya suaminya menceraikannya dan dibawa oleh warga ke panti sosial karena dianggap meresahkan. 

Nah yang horrornya, jadi sebulan setelah ditemukannya anak-anak itu, banyak orang yang merasa mendengar suara--suara aneh di sekiat sungai. Mulai dari suara larian anak kecil di malam hari, suara tawa anak-anak hingga kejahilan yang menimpa tukang-tukang yang lewat di daerah itu. Banyak yang mengaku mendengar suara orang memanggil dagangannya tapi ketika dihampiri tidak ada orang. Atau suara tawa anak-anak dari arah sungai.

Semenjak itulah sungai itu jadi dianggap angker. Bahkan jembatan yang awalnya ramai digunakan orang-orang jadi tak ada orang yang melewatinya satu pun. Sekedar informasi, dulu ada sebuah jembatan bambu yang menghubungkan dua wilayah ini. Namun karena sering dipakai untuk pelarian maling, maka jembatan itu akhirnya diputus warga.

Sebenarnya ketika ketiga anak itu hilang, ada juga warga yang mengkaitkannya dengan buaya putih. Karena kata temen ane yang tinggal lebih dulu di tempat ini bilang kalau dulu ada buaya putih yang sering mondar-mandir di sungai ini. Tapi setiap mau ditangkap oleh warga, buaya itu pasti gak pernah ketemu. Giliran lagi gak dicari, buaya itu suka menampakkan dirinya.

Tapi meski sekarang suasana sekitar udah jauh lebih rame, udah makin banyak rumah dan bantaran sungainya udah ditinggiin, tapi masih kerasa horrornya sih. Tadi aja pas ane ambil gambar ini masih serem hawanya. Entah karena ane ambilnya menjelang magrib atau emang hawa mistisnya yang gak pernah hilang. 

Pertanyaan untuk Rika dkk, buaya putih tuh beneran ada gak sih? Atau cuma urban legend aja? #Oktoberhantu.