Nepal sangat memikat dan menggoda kita untuk datang dan menikmati megahnya pegunungan everest, jiwa bertualang kita diajak untuk merasakan negara di puncak ketinggian.

Terutama ketika singgah di Thamel, kawasan Khatmandu surga para turisme. Para pelancong terkadang ada yang berniat ingin menaklukkan puncak tertinggi di dunia, bahkan mereka juga terpana melihat kebudayaan yang serba berwarna dan menakjubkan.

Melihat Nepal memang tempat yang asyik untuk berwisata, tapi tahukah kamu bahwa sebelum menjadi Republik Nepal negara ini adalah sebuah kerajaan Hindu yang berpusat di Istana Narayanhiti.



Bisa dibilang kerajaan Hindu tertua di dunia, yang akhirnya harus runtuh dengan insiden berdarah. Peristiwa yang terjadi di tahun 2001, memberikan tanda kehancuran bagi kerajaan Nepal.

Menurut pustakawan Ananta Koirala, kerajaan Nepal saat itu memiliki rakyat yang hidupnya tidaklah makmur. Namun di istana kerajaan, mereka selalu hidup bermegahan disinilah akhirnya karma pun berjalan.

Diawali dengan transisi yang awalnya kerajaan absolut lantas dibawa menuju demokrasi hal ini terjadi dibawah kekuasaan Raja Birendra. Sedangkan saat itu Putra Mahkotanya Dipendra belajar ke Inggris.



Dipendra memiliki sifat psikopat di dalam dirinya, ketika kecil ia suka menyiksa binatang dan merasa puas. Tak hanya disiksa bahkan hewan malang itu dibunuhnya dengan cara dibakar.

Hobinya pun cukup ekstreem yaitu mengoleksi banyak senjata, baik itu pistol hingga senjata ringan dan senapan serbu dengan merek ternama. Kegemarannya tak lepas juga dengan gaya hedonisme, yang menular ke semua anggota kerajaan seperti hobi pesta, dan haus akan hiburan.

Hingga tibalah saatnya ia ingin menikahi seseorang dari Inggris bernama Devyani Rana, namun ditolak oleh keluarga kerajaan karena si wanita berada pada kasta yang rendah. Bila masih nekat menikah juga dengan kekasihnya itu, maka ia terancam tahta kerajaan akan di berikan ke pihak keluarga kerajaan yang lain.



Disinilah awalnya terjadi pertumpahan darah, Dipendra pun marah ditambah lagi persoalan transisi dari kerajaan absolute menjadi demokrasi yang ditentangnya.

Hingga ia banyak mabuk karena minuman beralkohol, lantas di  1 Juni 2001 Dipendra memakai seragam tentara sambil menenteng beberapa senjata. Lantas ayahnya pun ditembak mati, dan sepupu ayahnya Ketaki Chester pun mati ditangannya, layaknya film action Dipendra menembak membabi buta anggota keluarga kerajaannya sendiri.

Setelah itu Dipendra pun mengakhiri hidupnya sendiri, otomatis tahta keajaan jatuh ke adiknya yang masih selamat dengan aksi brutal Dipendra.



Saat itu Gyanendra adik Dipendra pun berkuasa dan membatalkan sistem demokrasi kembali menjadi kerajaan absolut, hal ini membuat rakyat tidak suka dan timbullah curiga kemungkinan besar Gyanendra adalah dalang utama pembunuhan itu.

Dipendra dianggap hanya sebagai korban, karena secara naluri Dipendra ingin berkuasa dari tahta sang ayah hingga rela meninggalkan kekasihnya. Banyak isu konspirasi menyebar hingga raja Gyanendra akhirnya terpojok dan kehilangan legitimasinya di mata rakyat.



Maka raja kembali mengembalikan anggota parlemen yang ia bubarkan sebelumnya pada Mei 2006. Hingga akhir 2007 penghapusan sisten monarki mulai diluncurkan, lantas hal itu berlanjut pada 28 Mei 2008, Raja Gyanendra pun di turunkan dan diasingkan ke India akibat people power, rakyat Nepal tidak menganggap lagi dirinya seorang raja.

Sejak saat itu Nepal resmi menjadi negara Republik Federal, kerajaan hindu tertua itu pun harus runtuh.

Cerita ini memberikan contoh, apapun siatem pemerintahan di dunia baik itu Monarki, khilafah, parlementer, atau pilih langsung tetap saja kalau pemimpinnya tidak berbudi luhur dan berhati baik maka pemerintahannya akan kena gusur dengan sendirinya.



Masih mau ganti-ganti sistem pemerintahan? See u next thread.





"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2021
referensi : klik
Pic : google