Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

Β© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

enyahernawatiAvatar border
TS
enyahernawati
Langkawi, Liburan Kaum Jet Set (episode 1)


Berjuta Pesona Langkawi, Pulau Kecil di Samudera Hindia, Liburan Kaum Jet Set

Assalamu'alaikum semuanya....
Hai, Hai, Hai!

Jumpa lagi ya, dengan Enya. Sekarang kita jalan-jalan dulu ke pulau, yang katanya tempat liburan kaum jet set, nih. Eh, apa iya, ya? Kami ke sini menjelang akhir tahun 2019 kemarin, sebelum wabah melanda.

Yuk, ah, cekidot aja!

πŸ€πŸ€πŸ€

Ke mana?

Sudah berkali-kali membuka situs tiket online, tetapi yang dicari belum juga ketemu. Kenapa sih, ini? Tumben semua penerbangan pada mahal. Promo yang biasanya berentet juga tak kelihatan. Sampai bosan memencet dan mengutak-atik hape, tetapi tiket ke tujuan belum juga didapat.

"Bagaimana, Gun, kapan jadinya kita pulang ke Indo?"

"Entah, nih. Sepertinya kita belum bisa pulang, deh. Disuruh nambah jalan-jalan tuh, kayaknya. Gimana, Dek?"

"Ya, terserah Kak aja, lah. Dek ngikut, je."

Padahal dalam hati, gue bersorak senang guling-gulingan. Asyik ... nambah jalan-jalan lagi.

"Rencananya mau ke mana, Gun?"

Pura-pura tidak acuh, gue bertanya, bangkit, dan pindah duduk di samping pria yang sudah menemani hidup gue hampir seperempat abad kurang sedikit. Wow, gue baru ngeh, ternyata doi setampan Jet Li. Uhuk!

"Belum tau, juga, nih. Ntarlah, lihat-lihat dulu. Eh, kalau gak salah, Lu pernah ngomong soal Langkawi, 'kan, ya? Udah googling belum? Gimana pulaunya, bagus gak?"

"What? Langkawi?"

Sumpah, seketika saja dua katup jantung gue bergejolak. Lub, dub, lub, dub, di hampir 100 kali per menit. Wow!

"Mau ke Langkawi, Gun? Sky Bridge? Aih, ayuk, siap-siap! Hari ini, ya, berangkat, mumpung masih pagi!"

Suer, gue harus buruan, nih, sebelum arah angin berubah, hehe.

***

Panas dikompori, akhirnya Jet Li, eh, Song Joong Ki, rupanya--buru-buru hunting tiket. Baru sadar gue, doi lebih mirip aktor Korea ini dibanding yang Mandarin. Padahal gue lebih suka Jet Li. Dilarang mual, ya, wkwkwk.

"Cari tiket bis je, Gun, kalau gak ada plane ke sana. Lagi libur Dipavali, nih. Duduk di belakang juga gak pa-pa. Ekonomi juga gak masalah."

Dari pintu gue teriak sekeras-kerasnya khawatir doi gak mendengar, maklum ... sepertinya gue lihat doi 'dah melaju.

"Eh, semangat banget, Dek? Lu ngebet ya, pengen ke sana?"

Ups! Ternyata Song Joong Ki (SJK) masih ngejogrok ngebenerin rantai sepeda yang copot.

Aih, ketahuan dah, gue. Nafsu pengen ke Langkawi. Untung aja, SJK baik hati dan tidak sombong. Tahu istrinya mau moto-moto di jembatan langit, benaran deh, doi langsung mabur cari tiket.

Gak ada tiket Dek. Habis! Libur India. Adanya buat besok, tiga kursi paling belakang. Ambil, gak? Tiba-tiba ada pesan masuk, ngasih kabar kurang sedap.

Ambil, Kak. Jangan sampai gak jadi. Bocah, biar gue yang pangku.

Biasanya itu mah, tugas doi. Namun, demi Langkawi, enggak pa-pa, dah, gue jabanin, hahaha.

Akhirnya, niat pun terlaksana. Kebagian naik bus terakhir dan duduk di belakang--bukan duduk di muka kusir yang sedang bekerja, lho, ya ... hahaha.

Memang, Malaysia saat itu sedang libur Dipavali, India. Lumayan lama juga hari liburnya, sekitar seminggu. Jadi tiket ke daerah wisata banyak yang habis terjual, termasuk ke Langkawi. Wah, bakal liburan ditemani wajah-wajah Sahrur Khan, kalau begini ceritanya, hehehe.

Jadilah malam itu, pukul 21.00 waktu Malaysia, kami berempat anak beranak berangkat dari Terminal Bus Shah Alam. Perjalanan lumayan nyaman meskipun kami mendapat duduk di kursi paling belakang. Yang penting, berangkat ....
Ciayooo.

Spoiler for Bus, duduk di belakang:


🌺🌺🌺

Ada kisah menarik, nih, saat kami tiba di Terminal Bus Kuala Perlis sebelum kami ke pelabuhan penyeberangan ferry Langkawi ini.

Amplooop deh. Asli, si sulung kami terkikik sampai keluar air mata. Kalau tidak malu, mungkin dia juga sudah berguling-gulingan di lantai terminal ferry Langkawi ini.

Aih, benar-benar super, ya, semangat orang untuk mencari uang.

Baru saja kaki kami turun dari bus menginjak aspal, kami sudah diserbu beberapa orang supir taksi.

"Sepuluh ringgit, Pak, terminal ferry. Yuk, mari saya antar," ujar salah seorang dari mereka menawarkan armadanya. Tampaknya penumpang yang lain juga mendapat tawaran yang sama. Entah dari mana mereka semua tahu kalau kami ingin jalan-jalan ke Langkawi. Apa mungkin semua orang yang turun di terminal bus terakhir ini pasti akan ke sana?

Karena lingkungan sekitar masih sangat gelap, tidak banyak lampu jalanan yang menyala, bahkan azan Subuh pun belum berkumandang, maka kami pun merasa tidak perlu terburu-buru. Apalagi dari hasil googling dan membaca kisah orang-orang yang sudah pernah ke Langkawi ini mengatakan bahwa ferry ada setiap setengah jam, dan berangkat pertama jam tujuh pagi.

Baru saja duduk di kursi terminal bus, suara azan pun terdengar.

"Yuk, Bang, kita sholat dulu, cari mesjid. Kayaknya gak jauh kalau dengar dari suara azannya. Ummi ama Adek biar tinggal dulu di sini nunggu barang. Gantian."

Sementara itu, para supir taksi masih setia menunggu, berdiri di depan kami, mengikuti dari tadi.

"Di terminal ferry saja, Pak, sholatnya, ada mesjid. Sepuluh ringgit, kami antar." Kembali mereka menawarkan 'bantuannya'.

"Gak usah, Pak. Biar kami cari mesjid dulu."

Tidak sampai lima menit, si Abang dan Abinya sudah kembali lagi ke terminal bus, mengajak saya dan si kecil untuk ikut saja sekalian ke mesjid biar tidak bolak-balik.

Sembari membereskan barang-barang, lagi para pengemudi tadi menawarkan taksinya. "Diantar saja, Pak, hanya sepuluh ringgit."

'Iya, Pak. Tapi kami sholat dulu," jawab si Abi mengajak kami menjauh dari terminal.

"Setelah sholat, nanti kita santai dululah di mesjid. Bersih-bersih, makan. Masih lama ini."

***

Baru saja sekitar dua ratus meter berjalan, saya melihat beberapa orang keluar dari sebuah bangunan besar. Sepertinya mereka sama seperti kami, turis, yang juga ingin ke Pulau Langkawi. Segera saja saya berteriak mengingatkan Abinya yang sudah berada beberapa puluh langkah di depan saya.

"Gun, itu ada pelancong. Ikuti mereka aja. Siapa tau mereka juga mau ke pelabuhan."

Eits, tunggu dulu. Lho, kok, kayaknya .... Saya langsung mengajak si Abang menyeberang, ingin lebih dekat agar bisa membaca tulisan yang tertera di atas bangunan besar yang sedang dalam tahap pembangunan dan masih tampak sangat sepi.

Dari jauh saya melihat Abinya juga sedang menyeberang. Sepertinya isi kepala kami saya.

Sesaat sebelum memasuki gedung, kami semua ditegur oleh seorang kakek yang sedang menyapu jalan. Tim orange, mah, kalau kata kita di Indonesia.

"Ha, jalan kaki? Tak naik taksi, ke?" tegur beliau memperhatikan kami sambil terkekeh-kekeh.

"Iya, Pak," jawab saya dan Abinya serempak, juga sambil mengakak berat karena hal ini.

Ampuuun, ternyata benar, cuman 500 meter saja berjalan kaki, kami sudah sampai di terminal ferry.

Berarti kalau tadi jadi naik taksi, baru saja duduk, atur-atur posisi, eh, kita udah nyampai, langsung turun, tuh, hehehe.

Bisa jadi si kakek tertawa karena sering melihat wisatawan naik taksi dari terminal bus ke pelabuhan ferry ini.

Quote:


Spoiler for Masjid di samping pelabuhan ferry:


🌺🌺🌺

Quote:


Perjalanan dari Kuala Lumpur ke terminal terakhir di Kuala Perlis ini membutuhkan waktu lumayan lama sekitar 8 jam. Namun, jika ingin cepat, kita juga bisa ke sana dengan pesawat terbang dari KLIA 2, hanya sekitar 1 jam saja.

Jangan lupa, ya, siap-siap bawa dana cadangan yang banyak. Biasanya kita suka kalap nih, pengen nyoba semua, apalagi di tempat keren begini. Ditambah pula kabar-kabarnya, wisata di Langkawi ini memang dikhususkan sebagai tempat liburan kaum elit, kaum jet set. Jadi, apa-apa bisa serba mahal. Katanya, lho, ya, ini. Katanya.

Mmmh, kalau kata saya, sih, tergantung kitanya, ya. Mau yang high class atau yang biasa, tinggal disesuaikan saja dengan isi kantong masing-masing. Sebab, selain kelas president suite, kelas standar juga ada, kok. Harga sewa mobil per hari pun bervariasi. Mau sewa Limo atau minimal Alphard? Atau menyewa mobil sedan kecil? Ada. Jadi, tinggal kita saja bijak-bijak memilih. Suai?

Yuk, lanjut ....

🌺🌺🌺

Oh ya, selain menyeberang dari pelabuhan ferry di Kuala Perlis ini, kita juga bisa menyeberang dari Pulau Penang. Cuman agak lebih jauh. Butuh waktu hampir 3 jam. Beda 1 jam dengan yang dari Kuala Perlis.

Ferrynya lumayan besar, ya. Saat kami ke sana, karena bertepatan dengan libur Dipavali,lumayan ramai pelancong yang berwajah Sahrur Khan. Akan tetapi, yang berwajah Tom Cruise juga banyak, kok, hehehe.

Turun dari ferry, kita sudah disambut dengan pelabuhan yang ciamik, terhubung dengan pusat pertokoan dan pusat jajanan seperti mall. Aneka coklat tersedia di sini. Bisik-bisik dari para pelancong dan penjaga toko, coklat dari Langkawi ini terkenal paling murah karena memang pulau ini sudah bebas cukai sejak 1987. So, puas-puasin deh, jajan dan makan coklat di sini. Sekalian bawa buat oleh-oleh. Jangan lupa, cek label halalnya, ya, buat kita yang Muslim. Meski mereka mengatakan semua coklat yang dijual di terminal pelabuhan ferry ini halal, tidak ada salahnya kita ceka-ceki ulang. Sebab hampir sebagian besar coklat tersebut berasal dari dataran Eropa.

Buat Emak-emak, juga tersedia tempat belanjaan spesial alat masak dengan segala macam perabotannya. Duh, lengkap dan keren beud. Kalau enggak kelebihan bagasi, rasanya pengen dibawa semua itu alat dapur pindah ke rumah, hahaha. Gaya! πŸ˜‚

Satu lagi. Saat tiba, kita juga disambut dan ditawari aneka mobil sewaan dengan harga kompetitif. Jadi, bagus kita santai dulu. Enggak usah buru-buru, biar tenang mau milih mobil apa yang sesuai selera.

Selain itu, pelabuhan ini juga dekat dengan lokasi wisata Dataran Lang. So, setelah puas keliling-keliling di mall pelabuhan, sebelum istirahat ke hotel, kami mampir dulu, deh, ke Dataran Lang ini buat foto-foto.





🌺🌺🌺

DATARAN LANG

Biasa disebut Eagle Square, berada di terminal penyeberangan ferry, Pelabuhan Jeti Kuah.

Quote:


Selain menikmati pemandangan ikonik tersebut, kita juga bisa menikmati pemandangan pelabuhan, melihat bermacam kapal yang sedang bersandar.

Setelah puas berfoto, duduk istirahat di pinggir laut, dan menikmati makan siang di taman, barulah kami beranjak mencari mobil sewaan menuju hotel untuk menaruh barang, dan kemudian kembali melanjutkan petualangan.













***

Setelah mendapatkan mobil sewa, kami pun segera menuju hotel. Hotel yang kami pilih ini keren, lho. Menurut kami, sih. 😁

Ada kamar tenda selain kamar biasa, meski tidak banyak fasilitas sebagaimana hotel lain. Hanya ada wifi, AC, dan kipas angin. Tidak ada TV, apalagi kulkas. Jika kita butuh air panas untuk minum, maka kita boleh minta ke front office. Sepertinya hotel ini emang khusus buat orang-orang yang suka jalan ya, makanya minim fasilitas. Hanya sayang, kamarnya kecil, cukup untuk pasangan saja.

Hotel ini juga bersih. Resepsionisnya sangat ramah dan cas cis cus berbahasa English. E, tapi, kami enggak tahu kalau ternyata anak di bawah dua belas tahun tidak dianjurkan menginap di sini.

Setelah kami amati, sepertinya hotel ini pun bertipe hotel backpacker, dilihat dari tamu yang datang. Hampir semuanya pasangan muda dan pelancong asing.

Oh ya, kami memilih hotel ini selain karena nilai 8,9 yang kami lihat di aplikasi pemesanan, yang artinya tingkat kepuasan pelanggan sangat tinggi, juga karena foto-fotonya di laman situs tersebut sangat bagus dan artistik. Rumah kayu. Sedangkan kamar tendanya malah baru kami ketahui di tempat setelah melihat langsung. Sayang sekali, hotel ini tidak cocok untuk keluarga dengan anak kecil.













Oh ya, setelah membatalkan pesanan, subhanallah, kami malah mendapatkan penginapan yang sangat sesuai dengan keinginan, di Pantai Cenang. Cocok untuk keluarga. Kamar paviliun dengan ruang tamu, dua tempat tidur besar ukuran queen, lemari dengan banyak hanger, wifi yang kencang, kulkas, kipas angin, AC, TV, ceret air panas, kamar mandi yang luas dengan air hangat, juga kolam renang. Lengkap banget, 'kan?

Pemiliknya pun sangat ramah. Suami istri, Pak Haji dan Bu Haji. Asyiknya lagi--kata sebagian tamu yang kami jumpai saat itu--kita yang menginap juga merasa santai dan nyaman karena pemilik tidak tinggal di motel, tetapi di belakang, terpisah dengan bangunan utama. Beliau juga memberikan potongan harga yang lumayan, lho, untuk kami. Subhanallah, rezeki emang tak ke mana.

















***

Sungguh, menikmati hari di pulau ini tak pernah membosankan. Dengan mobil sewa, kami mengeksplor semua tempat, bahkan hingga mengelilingi pulau. Kami juga menikmati sholat, mencoba satu masjid ke masjid lainnya. Oh ya, di beberapa masjid besar yang kami singgahi, selalu ada snack dan minuman gratis untuk jemaah. Subhanallah.

***

Bersambung ya, Gan, di episode 2 ....

Ciayo!

🌺🌺🌺

Silakan ikuti kisah jalan-jalan backpacker kami yang lain, ya ....
link

Juga kisah pengembaraan kami di Pakistan, link.

Dan kumpulan cerpen, link, link.
Diubah oleh enyahernawati 30-01-2021 22:36
Cahayahalimah
limpahkurnia280
limpahkurnia212
limpahkurnia212 dan 41 lainnya memberi reputasi
38
14.5K
118
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Mancanegara
MancanegaraKASKUS Official
5.9KThreadβ€’2.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
Β© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.