Pandemi corona, mau tidak mau membuat proses belajar mengajar harus tetap dilaksanakan secara daring hingga awal tahun ini. Anak ane yang sekolah di kelas 10 pun akhirnya masih harus sekolah dari rumah.

Halo Agan Sista, jumpa lagi dengan ane, Mayya Rossa, penyaji thread inspiratif dan informatif. Di masa pandemi ini, bagaimana agan sista menghadapi KBM daring?


Masa SMA katanya masa yang paling indah. Namun sayang, kali ini awal SMA harus dinikmati di rumah

Ane mau sharing sedikit tentang proses KBM di sekitar ane. Anak ane, duduk di kelas 10. Di sekitar ane pun banyak anak usia sekolah. Kadang pas belajar atau main bersama, ane tanya anak-anak, gimana rasanya belajar daring? Rata-rata mereka jawab, enakan tatap muka daripada daring. Katanya, mereka lebih suka belajar dengan bertemu dengan bapak ibu guru, sesusah apa pun pelajarannya, bisa masuk dikit-dikit, daripada daring, semudah apa pun kok berasanya berat.




Belajar Bahasa Prancis. Di sini, emaknya ikutan belajar, karena sama sekali belum pernah belajar bahasa Perancis.

Fenomena yang kedua adalah, tingkat stress pada anak lumayan tinggi. Sedari pagi mereka dihadapkan pada aplikasi belajar online. Dari pagi hingga siang, mereka menatap layar HP atau komputer/laptop. Disadari atau tidak, tingkat kejenuhan anak meningkat. Bila tatap muka di sekolah, mereka bisa bercanda tawa dengan teman-temannya, sehingga bisa menekan stress. Masih untung, sekarang ada sosmed yang bisa menghibur mereka.



Setiap hari daring

Fenomena ketiga, tingkat stress pada orang tua pun meningkat. Bagaimana tidak? Mereka yang terbiasa memfasilitasi kegiatan belajar mengajar anak dan menyerahkan pembelajaran sepenuhnya pada guru, kali ini dituntut untuk juga bisa mengajari anak. Orang tua yang tak punya basic mengajar pun akan kelimpungan saat diminta mengajari anak. Tak heran, kadang mereka kehabisan kesabaran. Bukannya anak paham dan bisa mengerjakan soal, yang ada mereka tambah stress juga. Beruntung, anak ane satu jurusan ama ane, jadi ane bisa dikit-dikit ngajarin dia. Tapi, sedikit banyak tetap aja ada perbedaan antara pelajaran sekarang dan dulu.


Pelajaran olahraga, harus praktek sendiri di rumah. Untung aja olahraga dari dulu pelajarannya sama

Pengamatan selanjutnya, anak-anak menjadi "agak malas" untuk beranjak. Yaa, ini tergantung sih ya. Tapi fenomena di sekitar ane, anak-anak yang biasa bangun pagi, sekarang keluar kamar agak siang. Itu karena tak ada tuntutan untuk hadir di sekolah. Beda jika mereka harus berangkat sekolah. Pagi hari biasanya sumur di sebelah rumah ane sudah antri oleh anak sekolah yang mau mandi. Sekarang, jam 7 pagi pun kamar mandi umum masih lengang. Kadang mereka cuma cuci muka aja, lalu pakai atasan seragam, dan bawahannya bebas. Ibarat kata, mereka yang penting setor muka saat presensi. Yang anaknya daring pasti paham fenomena ini, hahaha.



Yah, kesimpulannya, anak-anak memang lebih baik tatap muka, tapi apalah daya, sekarang sedang terimbas corona. Ane masih ingat, binar bahagia anak-anak saat terima raport semester 1. Mereka saat itu diberitahukan, bahwa tanggal 4 Januari 2021, akan diadakan pembelajaran tatap muka.



Pelajaran Bahasa Inggris. Untung emaknya lumayan menguasai, jadi bisa ngajari dikit-dikit

Masih ane ingat pula, bagaimana raut kecewa mereka, saat datang pengumuman bahwa tatap muka diundur. Mereka sedih. Binar harapan untuk bertemu teman-teman sekolah pun lenyap.

Ane berharap, corona segera lenyap. Atau mungkin pemerintah bisa menerapkan kebijakan agar bisa dilaksanakan pembelajaran tatap muka, tapi tetap memperhatikan protokol kesehatan yang aman untuk anak-anak. Yang jelas, hidup harus terus berjalan, belajar bisa kapan pun dan di mana pun. Tetap semangat untuk para pelajar di seluruh Nusantara! Mari bergandeng tangan, kita hadapi pandemi ini bersama. Jangan menyerah, tetap sekolah!


anak-anak yang tak sabar untuk bertemu teman baru, akhirnya ketemuan di luar sekolah

Jogja, 25 Januari 2021

Semua opini pribadi dan dokumentasi pribadi ane ya, GanSist

Sekian dari ane, emak yang sekarang juga berperan sebagai guru di rumah.