wafafarhamuAvatar border
TS
wafafarhamu
ADA HUBUNGAN LAIN APA ANTARA SUAMIKU DAN IBUNYA?
"Dek, setelah ini. Ibu kita bawa ke kota saja, ya," ucap suami. 

Aku tahu itu bukan pernyataan meminta izin, tapi hanya sekedar formalitas memberitahu. Aku bisa apa selain mengiyakan?

Lagi pula ....
Suasana masih berkabung, lantaran bapak mertua baru meninggal beberapa hari lalu. Entah, beliau meninggal cukup misterius. Tapi, ibu mertua bilang, suaminya terkena serangan jantung mendadak.

Beberapa hari pula aku dan Mas Huda tinggal di rumah ibunya, bantu-bantu selama acara hajatan doa, juga saling menguatkan.

Aku dan suami sama-sama minta cuti selama seminggu, karena kami sama-sama kerja. Bisa kulihat betapa sedih ibu mertuaku itu. Mereka yang dikenal harmonis meski usia keduanya terpaut jauh. Ya, jarang-jarang seseorang bisa menerima pasangan yang jauh lebih tua.

Ah, aku saja sampai kaget awal ketemu dua tahun yang lalu, kupikir ibu Mas Huda adalah kakaknya.

Kami tahu, ibu mertua sangat mencintai suaminya. Itu kenapa ia terlihat sangat terpukul.

Atas alasan itu, kuiizinkan ibu Mas Huda ikut tinggal di rumah kami.

"Ya sudahlah, Mas. Mau gimana lagi? Kasihan juga ibu kalau harus sendiri di desa," jawabku. Lagi pula kedua orang tuamu sudah meninggal, jadi tak mungkin ada kecemburuan kala kami merawta ibu Mas Huda. Aku hanya ada Mas Danu kakakku sebagai keluarga.

"Makasih, ya. Kamu memang istri berbakti." Mas Huda mengusap rambutku, lalu beranjak pergi menemui ibunya. Pasti dia akan memberitahu mengenai hal ini.

Sementara itu kuteruskan kesibukan memasak untuk makan malam. Namun, beberapa kali menengok ke arah kamar ibu, kenapa tampaknya lama sekali mereka bicara. Tapi ga sudahlah ... mereka perlu waktu untuk saling menguatkan.

___________

Keesokan harinya ....
Kami akhirnya berangkat ke kota.

"Wah, akhirnya aku ke kota," ceplos ibu mertua ketika membanting bokongnya ke kursi belakang.

Mataku melebar seketika mendengar itu. Apa aku tak salah dengar, dengan nada senang dan lega, ibu mengucap senang ke kota. Namun, sepertinya ibu sadar aku menatap heran padanya. Hingga ia tersenyum canggung.
"Em, maksud ibu, ibu senang ada temannya, Nai."

"O." Aku membulatkan mulut. Lalu tersenyum tipis. Tak mau juga membuat ibu tersinggung karena aku tak mempercayainya. Memang seharusnya aku tak reaktif begini. Jadinya ibu salah tingkah.

Setelah empat jam perjalanan yang kami tempuh, akhirnya mobil kami sampai di kota, rumah kami berada.

Kami semua lelah, dan berencana langsung istirahat saja. Karena tadi di jalan kami juga sudah makan malam.

Namun, Mas Huda tak juga datang ke kamar, hingga kuputuskan untuk tidur saja duluan. Barang kali dia sedang memijit dan menemani ibunya di kamar. Hingga tengah malam aku terbangun, Mas Huda tidak ada di sisiku. Aneh sekali dia. Apa dia tak langsung tidur tadi, nonton televisi dan tertidur di sofa?

Entahlah, kuputuskan menunaikan hajatku saja ke toilet. Lalu ke dapur untuk minum. Ruang tengah hingga ke depan tampak gelap karena lampu di matikan. Aku terus berjalan ke dapur tanpa peduli.

Lalu kembali ke lantai atas, tadinya aku ingin berjalan lurus ke kamar ibu yang terletak sepuluh meter dari tangga, karena sepertinya ada pergerakan di sana. Apa ibu belum tidur?

Sudahlah, aku istirahat dan bekerja besok. Hingga kutinggalkan dan berjalan lurus ke atas. Aku terlalu lelah, tak kuat jika harus cari perhatian ibu mertuaku sekarang. Besok-besok sajalah, aku bisa saja mengajaknya ke mall atau ke mana pun hingga ia merasa senang.

___________

Pagi hari kami sarapan. Aku yang biasa membuatkan nasi goreng untuk suamiku, kini hanya harus duduk saja. Karena ibu sudah membuatkan mendoan kesukaan suami.

"Em, ini baru enak. Nanti kamu belajar masak mendoan sama ibu, ya, Nai." Mas Huda bicara dengan mulut penuh. Ibu menyambut pujian suamiku dengan senyum-senyum.

"Kan sudah ada ibu, Da. Biar saja Naira fokus ke kerjaannya." Aku senang ibu terkesan membelaku. Ia sejak kami kenal, sekalipun wanita tak pernah menampakkan sikap menyebalkan seperti cerita teman-temanku mengenai mertua mereka.

Kuberikan senyum pada ibu, dan dia membalasnya dengan senyum manis.

"Oya, Mas. Tadi malam kamu tidur di mana?" yangku yang membuat Mas Huda terhenyak. Kenapa dia begitu?

"Aku tidur di sofa, Nai. Ya, karena kecapekan tau-tau udah pagi jam empat aja." Mas Huda menjawab sambil mengayunkan sendok mengambil sambal ke piringnya.

Ya. Jelas saja dia ketiduran karena sangat capek. Aku pun sangat lelah sampai tak sadar apa pun semalam. Padahal biasanya aku sangat sensitif, ketika mendengar sedikit bunyi. Bahkan aku juga tak tahu kalau tadi malam hujan. Sampai-sampai balkon biasa tempatku menjemur baju sedikit tergenang air karena lubang saluran pembuangnya tersumbat.

Saat mereka asik makan, aku berdiri membuatkan teh untuk ibu juga Mas Huda. Namun, saat akan mengambil stoples gula, tanganku mneyenggol sesuatu hingga benda tersebut jatuh. Aku yang terhenyak, segera mengambilnya. Kuamati benda berbentuk tablet tersebut.

"Apa ini?" gumamku. Aku terkejut. Itu pil KB mirip seperti yang kugunakan dulu saat awal-awal menikah. Tapi milik siapa ini? Ibu? Atau punya selingkuhan Mas Huda yang terbawa pulang?

"Ada apa, Nai?" tanya ibu lembut.

"Ah, nggak Bu." Segera kumasukkan ke kantong gamis, benda tersebut. Aku harus mencari tahu. Tidak mungkin punya ibu. Jadi pasti ini punya kamu kan, Mas? Awas saja kamu, Mas. Aku akan mencari tahu dan mengejar bahkan sampai ke lubang semut wanita selingkuhanmu.

--

Selanjutnya, klik saja LINK INI
Diubah oleh wafafarhamu 23-01-2021 08:11
pulaukapok
wanitatangguh93
lumut66
lumut66 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
2.4K
16
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.