skiesmanAvatar border
TS
skiesman
Investor Ngutang buat Beli Saham: Minim Pemahaman & Tergoda Influencer
Foto: Agung Pambudhy


Jakarta - Minat masyarakat Indonesia terhadap investasi di pasar modal semakin tinggi. Terbukti dari jumlah investor pasar modal yang meningkat 56% di sepanjang 2020 menjadi 3,87 juta.

Menariknya lagi penambahan jumlah investor ritel di pasar modal Indonesia itu didominasi oleh kalangan milenial. Namun sayangnya penambahan jumlah investor itu sepertinya tidak dibarengi dengan edukasi yang mumpuni. Terbukti dari fenomena-fenomena yang muncul belakangan ini. Seperti para influencer yang justru dipercaya menjadi rujukan dalam memilih saham.


Tak hanya itu, muncul juga fenomena investor yang membeli saham menggunakan uang panas. Mulai dari utang pinjaman online, menggunakan uang titipan arisan ibu-ibu PKK hingga nekat menggadaikan surat tanah dan BPKB.

Pemerhati dan Praktisi Pasar Saham, Desmond Wira salah satu yang menggunggah fenomena itu di media sosial. Menurutnya fenomena itu muncul juga karena pandemi COVID-19.

"Fenomena seperti ini sering terjadi, dulu juga sering. Namun perbedaannya sekarang investor banyak dimudahkan oleh teknologi. Pinjam duit bisa online. Gadai juga bisa online. Buka rekening saham bisa online. Kebetulan saat pandemi banyak orang yang tinggal di rumah, berusaha mencari penghasilan tambahan," ucapnya kepada detikcom, Minggu (17/1/2021).

Tak hanya itu para influencer yang ramai memamerkan portofolionya juga turut berkontribusi menimbulkan fenomena beli saham pakai uang panas. Akhirnya banyak investor baru yang menilai investasi di pasar modal merupakan hal yang mudah.

"Kebetulan setelah anjlok dalam saat pandemi, lalu rebound tajam. Ini sangat menarik terutama orang awam. Easy money dianggapnya. Saat rebound kan pasar saham relatif tidak ada koreksi. Apalagi sekarang banyak influencer saham di sosial media, mulai dari FB, IG, twitter, tiktok. Semakin ramailah yang ikut ke pasar saham," tuturnya.

Menurut Desmond, fenomena ini juga menjadi bukti minimnya edukasi terhadap investor-investor dadakan. Padahal edukasi sangat penting sebelum terjun di instrumen investasi yang memiliki risiko tinggi itu."Rata-rata yang investor muda yang baru terjun memang kurang teredukasi. Hal ini dapat dimaklumi karena investor dadakan, ya mungkin saja belum sempat belajar tapi sudah kepingin profit besar. Walaupun sebenarnya kalau mau belajar banyak materi belajar yang tersedia di internet, gratis pula," terangnya.

Banyak investor pemula yang justru menilai pasar saham merupakan jalan pintas untuk menambah hartanya. Apalagi memang beberapa bulan terakhir pasar modal Indonesia tengah rebound setelah anjlok di awal pandemi.

"Kebanyakan memang ingin dapat profit besar secara instan. Banyak pula yang berpikir jual beli di pasar saham itu mudah, kebetulan kan pasar saham beberapa bulan terakhir naik terus. Banyak pula influencer, banyak yang pamer profit. Itu yang mengakibatkan banyak orang nekat membeli saham di harga tinggi, kalau perlu pakai uang panas," tuturnya.

Desmond mengingatkan membeli saham menggunakan uang panas sangat berbahaya. Sebab samanya saja menggunakan leverag atau efek pengungkit. Hasilnya jika berhasil memang bisa mendapatkan profit besar, tapi sebaliknya jika rugi juga akan berkali-kali lipat.

"Selain itu menggunakan uang panas berlebihan juga merusak psikologi investor tersebut, biasanya menjadi mudah panik, stres. Biasanya keputusan yang diambil sangat emosional dan merugikan," tutupnya.


SUMUR
orang Indonesia mah emg ga ngedip kalo soal duit... menuhi kebutuhan primer sekunder tersier aja susah, dana darurat ga punya, langsung maenan sahammm
Diubah oleh skiesman 18-01-2021 00:34
areszzjay
yugeel
ksatriabajaputi
ksatriabajaputi dan 2 lainnya memberi reputasi
3
2.4K
27
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.