Artikel ini akan saya tulis bukan untuk menyebarkan isu manapun tetapi melihat kembali tentang segala aspek yang terlewatkan dari apa yang dipercaya banyak pihak.

Mungkin banyak kebanyakan orang beranggapan bahwa orang yang memiliki daya spiritual tertentu berarti memiliki tingkat spiritualitas, semakin tinggi suatu tingkat spiritualitas maka orang itu dikatakan sebagai orang yang sakti. Namun kali ini bagaimana asal-usul istilah shakti  bisa dijelaskan berasal dari peradaban keyakinan Hindu, dalam beberapa referensi di dunia maya, Shakti adalah kumpulan nama dewi yang paling  diagungkan karena sifat keabadiannya dalam agama Hindu terutama yang berhubungan aliran dengan Siwaisme, pandangan ajaran Shakti ini mengutamakan hubungan saling ketergantungan antara pria dan wanita (ada kemiripan dengan pola Adam dan Hawa dalam agama Samawi), sebenarnya pandangan itu menjadi pandangan utama dalam Tantranisme, bahkan dalam wujud meditasi terutama mengandalkan mantra pemikat (saya tak mau menyebutkan perihal apa), bahkan Tantranisme sudah diperkirakan muncul abad ke-6 berinteraksi dengan ajaran pokok Weda, bahkan menurut Geoffrey Samuel dijadikan alternatif dalam menghadapi ketidakstabilan kerajaan-kerajaan India baik secara politik internal maupun menghadapi invasi dan pendudukan Islam sesudah abad ke-14,
Karena Tantra-Shakti ini muncul abad ke-6, ada beberapa indikasi bahwa beberapa kerajaan Hindu sebelum adanya sinkretisme Hindu-Buddha berkembang , telah menerima pandangan tersembunyi dari Tantranisme, tetapi menjadi sebuah rahasia, siapa yang menjadi pelaku utama atas penyebaran Tantranisme yang terjadi bahkan telah menjadi momok pula dalam pernikahan politik di Majapahit, apalagi jika berhubungan dengan intrik politik kepentingan, terutama sesudah Indonesia dimasuki agama Islam yang diiindikasikan juga agama Islam yang saat itu berinteraksi dengan Kejawen tidak mengetahui bahwa pengaruh Tantranisme dalam Kejawen belum terhapuskan, harapan saya setidaknya ada referensi yang mengungkap dari mana asal Tantra bisa muncul di Indonesia, semakin diharapkan, di mana tantangan semakin berat dengan adanya tahun politik yang dipenuhi dengan Social Gaslighting dengan pola pelanggaran yang bercabang pada pandangan tersebut.